Harian Kompas mengambil pendekatan yang berbeda dalam mengangkat peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Sabtu (28/10) lalu. Mengangkat kiprah kaum muda di era digital dan kontribusinya kepada Indonesia menjadi gagasan utama saat itu. Namun, tahun ini rencana yang berbeda dieksekusi.
Tidak sekadar memuat wawancara ataupun foto, para anak muda juga dilibatkan dalam produksi koran. Caranya, mengajak 35 desainer dari generasi milenial untuk menuangkan kreativitasnya dalam tata letak dan perwajahan koran yang terbit pada edisi 28 Oktober 2017.
Bayangan tentang desain harian Kompas yang konvensional dan cenderung kaku untuk hari itu saja didobrak hanya demi mewadahi kolaborasi bersama anak muda. Kisah di balik kolaborasi tersebut sudah dituangkan dalam artikel di kompas.id berjudul ”Saat Milenial Jadikan ’Kompas’ sebagai Kanvas”.
Tentu saja langkah tersebut mengundang beragam komentar, mulai dari apresiasi, ketidakpercayaan, protes, kemarahan, hingga pujian.
Beragam komentar akan desain ”Kompas milenial” memang bisa dimaklumi karena menjadi edisi janggal dibandingkan karakter yang terbangun sejak terbit pertama kali 52 tahun lalu.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo dalam tulisan berjudul ”Kolaborasi ’Kompas’ dan Desainer Muda” menyebut proyek ini sebagai kolaborasi antara dua zaman, dua generasi, dan dua pemikiran yang kerap bertolak belakang.
Memberikan panggung bagi ekspresi vandalisme muda di koridor jurnalistik. Memberikan ruang bagi generasi milenial untuk terlibat dan berkolaborasi untuk sebuah eksperimen untuk membuktikan bahwa institusi mapan seperti harian Kompas pun tidak alergi memberi ruang bagi generasi muda.