Bersiap Membuat Resolusi 2022
Sebagian orang menjadikan resolusi sebagai tradisi perbaikan diri yang akan dimulai pada Tahun baru. Resolusi menjadi motivasi, tuntunan hidup, atau tujuan yang akan dicapai selama satu tahun ke depan.
Tahun 2021 akan berakhir dalam beberapa hari. Semua orang telah melalui berbagai hal selama setahun ini. Keadaan yang selalu berubah setiap harinya menuntut untuk beradaptasi cepat dan terus berjalan maju.
Sebagian orang mungkin merasa tahun 2021 merupakan tahun miliknya karena target dan tujuannya telah tercapai. Namun, bagi sebagian orang lainnya mungkin tidak.
Momen pengujung tahun ini merupakan saat yang tepat untuk merencanakan resolusi, baik resolusi baru maupun resolusi yang sempat gagal pada tahun sebelumnya. Tradisi ini merupakan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai pada Tahun Baru. Sebagian besar orang menjadikan resolusi sebagai motivasi, tuntunan hidup, atau tujuan yang akan dicapai selama satu tahun ke depan.
Hal ini tampak dari hasil jajak pendapat Kompas pada 7-9 Desember 2021 yang memotret skala prioritas masyarakat dalam memandang resolusi tahunan. Sebanyak 47,8 persen responden memandang bahwa menyusun resolusi untuk menyambut Tahun Baru merupakan hal yang penting. Bahkan, 23,8 persen responden merasa sangat penting.
Baca juga : Warga Kian Optimistis Hadapi Pandemi
Ada banyak ragam janji perbaikan hidup yang kerap dikenal dengan resolusi ini, mulai dari hal keuangan, kesehatan, hubungan sosial, pendidikan dan keahlian, hingga hubungan spiritual.
Banyak hal yang ingin dipulihkan pada tahun mendatang dan menjadi tujuan resolusi. Namun, kondisi pandemi Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun terakhir membuat perbaikan dalam bidang keuangan dan kesehatan menjadi hal yang paling diinginkan.
Tak dapat dimungkiri, pembatasan sosial menyebabkan aktivitas ekonomi menurun sangat drastis. Gejolak ekonomi yang terjadi, baik dari sisi penawaran maupun permintaan, membuat daya beli menurun. Kondisi ini berimbas pada penurunan pendapatan sehingga kondisi keuangan di berbagai sektor ekonomi menjadi tidak stabil dan memburuk.
Pembatasan sosial juga menyebabkan aktivitas terganggu. Anjuran untuk tetap berada di rumah membuat ruang gerak semakin sempit. Aktivitas fisik dan ruang olahraga yang terbatas berdampak pada pola hidup atau kesehatan yang kurang terjaga. Karena itu, tidak heran jika keuangan dan kesehatan menjadi resolusi yang ingin dipulihkan oleh mayoritas masyarakat.
Di samping itu, responden juga ingin memperbaiki hubungan sosial dan lebih memberikan perhatian pada pendidikan serta keahlian yang sedikit banyak terganggu dengan adanya pandemi.
Hambatan
Meskipun sudah ditetapkan dari jauh-jauh hari, banyak yang mengalami kegagalan dalam mencapai resolusi tersebut. Setidaknya 3 dari 10 responden merasa resolusi tahun ini tidak berjalan sesuai dengan rencana atau tidak berhasil.
Berdasarkan jajak pendapat, tidak fokus dan kondisi yang tidak mendukung menjadi alasan umum penyebab resolusi tidak terealisasi. Sebanyak 54,2 persen penyebab kegagalan disumbang oleh dua hal tersebut.
Hasil tersebut sejalan dengan pendapat para ahli psikoterapis. Kurangnya tekad membuat niat menjadi goyah atau tidak fokus sehingga banyak orang terjebak dalam kegagalan. Kesiapan untuk berubah menjadi faktor penentu tekad seseorang.
Apabila seseorang telah siap untuk mengubah hidupnya menjadi lebih berkualitas, fokus dan semangat akan mudah diraih. Selain itu, kesiapan diri ini dapat menjadi perisai untuk mengantisipasi hambatan dan tantangan pada masa yang akan datang.
Penyebab lain resolusi tidak terealisasi karena tidak mengevaluasi pencapaian, perencanaan yang tidak matang dan realistis, kekurangan dana, serta waktu yang belum tepat. Tidak mengevaluasi pencapaian merupakan suatu kesalahan besar. Hal ini diamini hampir seperlima responden.
Baca juga : Menghalau Badai Omicron
Proses monitoring penting dilakukan untuk memantau kemajuan dan menciptakan perubahan yang konsisten. Melalui proses monitoring, target pencapaian dapat dievaluasi.
Jika hasil monitoring menyatakan pencapaian tidak sesuai waktu target, perlu dibuat penyesuaian perencanaan dan trik agar resolusi tetap dapat terealisasi.
Cara efektif
Memang, mewujudkan resolusi tidak semudah saat merencanakan. Perlu kerja keras, kepercayaan diri, dan konsistensi untuk mencapai visi ini. Dalam hal ini, setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam meraih tujuannya.
Hampir separuh responden jajak pendapat menerapkan cara efektif dengan menyusun rencana resolusi dan mengevaluasi pencapaiannya secara mandiri. Sementara itu, seperempat lainnya menerapkan cara efektif dengan meminta bantuan keluarga atau teman untuk menyemangati dan mengingatkan kemajuan yang telah diraih.
Sebanyak 19,4 persen responden memanfaatkan bantuan teknologi untuk memonitor dan mencatat perkembangan produktivitas. Pelacakan dengan mudah dan efektif bisa diketahui menggunakan fitur aplikasi pada ponsel pintar.
Sebagai contoh, aplikasi 7 Minute Workout digunakan untuk melatih kebugaran dan mencatat latihan kebugaran yang telah dilakukan. Apabila ada yang terlewatkan dan tidak sesuai rencana, aplikasi akan rutin mengingatkan penggunanya.
Contoh lainnya, aplikasi Money Lover digunakan untuk mempermudah mengelola keuangan. Kematangan keuangan bisa dilatih dengan melakukan pencatatan keuangan secara rutin untuk melacak pengeluaran yang tidak dibutuhkan dan meningkatkan tabungan.
Meskipun cara dalam mencapai tujuan resolusi berbeda- beda, kedisiplinan mengevaluasi diri merupakan kunci agar resolusi tak sekadar menjadi ”wacana” dan menjadi fenomena tahunan belaka. Saatnya beranjak dan menatap hari baru berbenah diri memperbaiki hidup.
Sudahkah Anda memiliki rencana atau resolusi di tahun mendatang?