Sejumlah aplikasi bermunculan untuk membantu orang mendalami agama. Kemudahan mengakses sumber ajaran agama ini dapat membuka ruang dialog keagamaan yang lebih luas.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemunculan hadis digital dinilai mampu mendorong anak muda untuk lebih memperdalam ilmu agama. Kemudahan untuk mengakses sumber ajaran kedua dalam Islam setelah Al Quran ini dapat membuka ruang dialog keagamaan yang lebih luas.
Afi (23), mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Jakarta, selama ini jarang membaca kitab hadis. Meski begitu, Afi tidak pernah menutup diri untuk memperdalam ilmu keagamaan. Dia memilih cara yang lebih praktis seperti mendengarkan khotbah Jumat di masjid dekat indekosnya di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.
”Kalau lihat hadis, rasanya berat, ya. Sahih atau tidaknya juga banyak perdebatan. Biasanya aku dengerinaja dari khotbah Jumat. Kebetulan materi yang disampaikan juga dekat dengan kehidupan sehari-hari,” katanya saat dihubungi Jumat (26/2/2021).
Diskusi soal keagamaan juga beberapa kali dilakukan Afi dengan teman-temannya. Kebetulan salah satu teman indekosnya ada yang tergabung dalam lembaga dakwah kampus yang menurut dia lebih memahami ilmu agama. Diskusi biasanya muncul setelah Afi membaca kutipan-kutipan menarik di media sosial.
”Misalnya semalam dari aplikasi Tiktok aku nemu kutipan menarik. Kalau naik pesawat kita bisa sangat percaya sama pilotnya, terus kenapa kita masih khawatir dengan jalan hidup kalau sudah ada Allah yang mengaturnya. Habis itu diskusi ringan aja sama teman,” ungkapnya.
Menurut Afi, munculnya hadis digital sangat berpotensi mendorong anak-anak muda seperti dirinya untuk mencari tahu soal hadis tertentu. ”Sangat memudahkan, sih. Dulu pernah sekali aku penasaran banget soal puasa Rajab. Terus nyobanyari-nyari hadisnya di internet,” katanya.
Rizal Kurniawan (29), karyawan swasta asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengaku sering mencari hadis melalui mesin pencarian Google. Menurut dia, hal ini jauh lebih mudah ketimbang harus mencari hadis melalui kitab yang punya banyak versi.
”Selama ini memang selalu lewat daring karena aku enggak punya kitabnya. Tapi, kalau lewat daring, biasanya hadisnya ada di dalam artikel yang berhubungan sama kata kunci,” ungkapnya.
Rizal mengaku masjid-masjid di lingkungan tempat tinggalnya tidak sering menggelar pengajian. Hal ini yang membuatnya lebih aktif mendengarkan ceramah agama melalui daring. Dari situ, rasa penasarannya terhadap hadis yang disampaikan ulama tersebut kemudian muncul.
”Biasanya kalau habis nyimak ceramah di Youtube, jadi penasaran sama hadis yang disampaikan,” katanya.
Kemunculan hadis digital, menurut Rizal, bisa menjadi angin segar. Sebab, selama ini pencarian dari Google tidak menampilkan hadis secara murni, tetapi hadis yang dikemas dalam artikel. Dengan adanya hadis digital dari banyak versi, dia mengaku bisa lebih mudah membandingkan hadis satu dengan hadis lainnya.
Dengan membaca hadis-hadis tersebut, Rizal mengaku bisa memperbaiki diri. Di sisi lain, hadis yang dia baca bisa menjadi rujukan dalam diskusi keagamaan bersama teman-temannya.
”Bukan untuk menggurui, ya. Lebih tepatnya, ikut menyampaikan saja yang pernah aku baca ke teman-teman, dalam obrolan santai, kalau momennya pas,” ujarnya.
Hadis digital
Aplikasi-aplikasi hadis kini banyak tersedia di Play Store ataupun App Store. Salah satunya ialah aplikasi Kumpulan Hadits (Lengkap 9 Imam Full Offline) yang dirilis oleh Firdaus Kurniawan Zulqornain sejak 29 November 2019.
Berdasarkan deskripsi yang ditampilkan, aplikasi ini berisi kumpulan hadis dari sembilan imam besar, yaitu Imam at-Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad, Bukhari, Darimi, Ibnu Majah, Malik, Muslim, dan Nasai. Hingga saat ini aplikasi ini telah diunduh lebih dari 50.000 pengguna Android.
Sementara itu, Kamis (25/2/2021), aplikasi Kesan (Kedaulatan Santri) juga meresmikan fitur terbarunya, yakni Hadispedia. Fitur Hadispedia ini bertujuan memudahkan para pengguna untuk mencari hadis melalui kata kunci berbahasa Indonesia ataupun Arab.
Setidaknya ada sekitar 350.000 hadis yang disimpan pada basis data Hadispedia. Hadis-hadis itu merujuk pada 50 kitab hadis, termasuk sembilan kitab hadis primer (kutubut tis’ah) yang kerap dijadikan rujukan banyak ulama.
”Fitur ini kami buat berdasarkan masukan dari para pengguna yang selama ini mengaku kesulitan mencari hadis. Dengan Hadispedia, pengguna dapat menemukan hadis dengan cepat dan akurat. Pengguna juga bisa menemukan hadis yang lebih beragam, baik yang umum maupun jarang didengar,” kata Chief Executive Officer Kesan Hamdan Hamedan.
Hingga saat ini aplikasi Kesan telah diunduh lebih dari 300.000 pengguna Android. Menurut Hamdan, mayoritas pengguna Kesan ialah kelompok usia 25-34 tahun. Di bawahnya adalah kelompok usia 18-24 tahun dan kelompok usia 35-44 tahun. Dalam hal ini, fitur Hadispedia, salah satunya, bertujuan meningkatkan literasi keagamaan anak-anak muda.
”Dengan membaca hadis-hadis ini, saya berharap orang awam bisa mendiskusikannya dengan orang-orang yang lebih ahli. Dengan begitu, pengetahuannya akan lebih lengkap karena satu hadis dengan hadis lainnya saling melengkapi,” ujarnya.
Hadis-hadis tersebut selama ini juga dijadikan rujukan untuk membuat artikel di aplikasi Kesan. Setidaknya ada satu artikel yang ditampilkan setiap hari.
”Misalnya, hari ini kami buat artikel soal cara berbakti kepada orangtua. Sambutannya cukup baik. Artikel kami setiap hari bisa dibagikan antara 200-300 kali,” ujar Hamdan.