Iran berusaha menggunakan segala cara agar tetap bisa menjual minyak mereka ke pasar dunia, menyusul diterapkannya sanksi AS terhadap Teheran setelah AS mundur secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran, Mei 2018.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
Iran ternyata berusaha menggunakan segala cara agar tetap bisa menjual minyak yang mereka produksi ke pasar dunia, menyusul diterapkannya sanksi Amerika Serikat terhadap Teheran setelah AS mundur secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran pada Mei 2018.
Iran disinyalir masih dapat menjual 500.000 barel per hari setelah sanksi AS itu. Situs Bloomberg melansir, Iran masih menjual minyak dalam jumlah terbatas ke China, Turki, dan Suriah.
Sanksi AS agar ekspor minyak Iran terhenti total dinilai sementara ini gagal karena Iran masih bisa menjual minyaknya. Sebelum sanksi AS, Iran menjual minyak 2,1 juta hingga 2,5 juta barel per hari.
Kasus kapal tanker Iran Adrian Darya 1, yang sebelumnya bernama Grace 1, menunjukkan tentang tekad Iran terus bisa menjual minyak itu dengan segala cara.
Tuduhan
Inggris secara resmi pada Selasa (10/9/2019) menuduh Iran telah menjual minyak yang diangkut kapal tanker Adrian Darya 1 ke Suriah. Penjualan itu dinilai melanggar kesepakatan Inggris-Iran tentang pembebasan kapal tanker Iran, Adrian Darya 1, di Selat Gibraltar pada 15 Agustus lalu.
Di antara kesepakatan itu, Iran berjanji tidak akan menjual minyak yang diangkut tanker Adrian Darya 1 ke Suriah dengan imbalan pembebasan kapal tersebut.
Inggris menyebut, penjualan minyak yang diangkut tanker Adrian Darya 1 ke Suriah itu telah melanggar sanksi Uni Eropa atas rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, Senin (9/9), telah memanggil Duta Besar Iran untuk Inggris Hamid Baeidinejad, menyampaikan protes London atas tindakan Teheran melanggar perjanjian Iran-Inggris tentang pembebasan Adrian Darya 1 dengan menjual minyak ke Suriah.
Menlu Inggris itu menegaskan akan membawa kasus penjualan minyak yang diangkat kapal tanker Adrian Darya 1 oleh Iran ke Suriah itu dalam forum PBB pada September ini.
Namun, Hamid Baeidinejad membantah tuduhan Inggris tersebut. Pada Rabu (11/9/2019) kepada kantor berita Iran, Baeidinejad mengungkapkan, minyak yang diangkut kapal tanker Adrian Darya 1 telah dijual di laut kepada perusahaan swasta. Baeidinejad secara tidak langsung membantah bahwa kapal tanker Adrian Darya 1 menuju Suriah.
Bagi Teheran, penjualan minyak yang diangkut tanker Adrian Darya 1 tersebut merupakan salah satu jalur dari empat jalur gelap penjualan minyak Iran setelah sanksi AS.
Stasiun televisi Al Jazeera melansir ada empat jalur penjualan minyak Iran di luar jalur konvensional itu.
Pertama, Iran menjual minyak ke pasar bursa yang tidak dikontrol AS dan juga tidak menggunakan mata uang dollar AS. Pasar bursa tersebut seperti bursa Shanghai di China yang menggunakan mata uang China, yuan.
Kedua, Pemerintah Iran menjual minyak kepada individu atau perusahaan swasta Iran melalui bursa di Teheran. Kemudian, individu dan perusahaan swasta Iran menjual minyak itu ke pasar di luar negeri.
Ketiga, Iran memindah minyaknya ke negara lain, kemudian negara lain tersebut menjual minyak Iran itu ke pasar dunia tanpa mengatasnamakan Iran lagi.
Keempat, mengubah nama kapal tanker dan memakai bendera negara lain untuk mengangkut minyak Iran dengan tujuan negara tertentu yang sudah sepakat membeli minyak Iran itu, atau Iran menggunakan cara memindah minyak dari kapal tanker satu ke kapal tanker lain di tengah lautan.
Cara keempat tersebut yang ditempuh Iran ketika menggunakan kapal tanker dengan nama Grace 1 dan memakai bendera Panama untuk menyamar dari nama asli Adrian Darya 1.
Namun, Badan Pusat Intelijen AS (CIA) berhasil melacak muatan dan tujuan kapal tanker Grace 1 itu. AS segera meminta Inggris menahan kapal tanker Grace 1 ketika melewati Selat Gibraltar pada 4 Juli lalu dengan tuduhan kapal tanker tersebut mengangkut minyak Iran menuju Suriah.
Marinir Inggris segera beraksi menahan kapal tanker Iran tersebut, yang kemudian dibebaskan pada 15 Agustus melalui kesepakatan antara Iran dan Inggris.
Tanker
Menurut stasiun televisi Al Arabiya yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab, dalam beberapa pekan terakhir, ada tiga kapal tanker yang mengangkut minyak Iran mengubah nama, selain kapal tanker Adrian Darya 1.
Sebagaimana disebutkan, perubahan identitas kapal tanker itu dilakukan agar Iran bisa menjual minyak secara rahasia.
Tanker-tanker itu adalah kapal tanker Sea Dragon yang mengubah nama menjadi Nexo, lalu tanker Ming Zhu yang berubah menjadi Artemis, dan kapal tanker Gas Infinity menjadi Echo Star.