Cuaca Surabaya Boleh Panas, tetapi Kepala Harus Tetap Dingin
Pergelaran hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Minggu (16/6/2019), tampak lebih ramai dari biasanya. Ribuan orang berkaus putih memadati ruas jalan utama di Surabaya itu, terutama di depan Monumen Perjuangan Polri.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Peserta jalan sehat Deklarasi Antikerusuhan melintasi Jalan Darmo menuju Monumen Polisi Istimewa, Surabaya, Minggu (16/6/2019).
Pergelaran hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Minggu (16/6/2019), tampak lebih ramai dari biasanya. Ribuan orang berkaus putih memadati ruas jalan utama di Surabaya itu, terutama di depan Monumen Perjuangan Polri.
Sengatan sinar matahari yang cukup panas seakan tak menghalangi semangat warga Jawa Timur untuk menghadiri acara Deklarasi Tolak Kerusuhan pagi itu. Saat itu, ribuan warga dari sejumlah kota di Jatim datang berbondong-bondong menghadiri deklarasi yang digagas Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jatim. Kepala mereka boleh panas karena sengatan matahari, tetapi penyampaian dukungan untuk menolak kerusuhan tetap dilakukan dengan kepala dingin.
Warga dari beragam latar belakang suku, agama, ras, dan beragam golongan bersatu padu menyuarakan hal yang sama, yakni menolak kerusuhan. Semboyan yang digaungkan adalah #TOLAKKERUSUHAN #JOGOJAWATIMUR #JOGOSUROBOYO #UNTUKINDONESIADAMAI.
Aksi diawali dengan jalan sehat di Jalan Raya Darmo yang berakhir di Monumen Perjuangan Polri. Warga yang hadir kemudian diajak menandatangani deklarasi tolak kerusuhan. Beberapa di antaranya terlihat berswafoto. Forkopimda yang hadir kemudian melepas burung merpati sebagai simbol perdamaian.
”Saya hadir untuk menunjukkan bahwa banyak warga Indonesia yang menolak aksi kerusuhan dalam menyikapi hasil Pemilihan Umum 2019,” ujar Mufida (31), warga Surabaya yang ikut dalam deklarasi.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga membubuhkan tanda tangan saat berlangsung Deklarasi Antikerusuhan di Monumen Polisi Istimewa, Surabaya, Minggu (16/6/2019).
Mufida berbaur dengan ribuan aparat kepolisian dan TNI menyuarakan hal yang sama, seakan tak ada lagi sekat perbedaan untuk menggelorakan perdamaian. ”Tugas menjaga keamanan memang berada di tangan kepolisian, tetapi saya sebagai warga negara ingin ikut berpartisipasi menjaga keamanan Surabaya. Saya tidak ingin ada kerusuhan di kota ini,” katanya.
Saya hadir untuk menunjukkan bahwa banyak warga Indonesia yang menolak aksi kerusuhan dalam menyikapi hasil Pemilihan Umum 2019.
Aksi kerusuhan memang sempat mengemuka ketika Mahkamah Konstitusi sedang menggelar sidang perselisihan hasil pemilihan umum. Ada kelompok yang sempat berbuat rusuh dalam menyikapi hasil Pemilu 2019 di Jakarta dan Sampang. Mereka menolak hasil pemilu yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Di luar acara, seruan untuk untuk menolak kerusuhan juga digaungkan sejumlah masyarakat di Surabaya. Spanduk bertuliskan #TOLAKKERUSUHAN menghiasi sejumlah sudut jalan ”Kota Pahlawan”. Spanduk tersebut dipasang oleh masyarakat yang sepakat untuk menjaga perdamaian di Surabaya.
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA
Spanduk tolak kerusuhan dipasang warga Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Surabaya, Selasa (25/6/2019).
Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Sandi Nugroho menegaskan, spanduk yang terpasang di beberapa ruas jalan di Surabaya bukan berasal dari polisi, tetapi dipasang masyarakat sesuai keinginannya sendiri. ”Spanduk-spanduk ini menjadi bukti nyata masyarakat Surabaya mendukung deklarasi tolak kerusuhan,” katanya.
Sandi menilai, antusiasme masyarakat saat menghadiri acara deklarasi tolak kerusuhan merupakan wujud dukungan dan apresiasi kepada Polri dan TNI. Dukungan lain ditunjukkan dengan memasang spanduk di lingkungannya masing-masing. Dukungan itu kemudian diimplementasikan dengan menjaga kondisi keamanan Surabaya tetap damai.
Spanduk-spanduk ini menjadi bukti nyata masyarakat Surabaya mendukung deklarasi tolak kerusuhan.
Beberapa demonstrasi terkait penolakan hasil pemilu di Surabaya juga berlangsung damai. Penyampaian pendapat dijaga dengan ketat oleh polisi, tetapi setiap peserta juga mampu menjaga diri dari provokasi sehingga tidak terjadi gesekan yang berujung pada kerusuhan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menuturkan, aksi kerusuhan dalam menyikapi hasil pemilu tidak akan meningkatkan produktivitas masyarakat. Kerusuhan hanya akan memicu konflik yang merugikan masyarakat.
”Konflik yang berkepanjangan berawal dari kerusuhan yang mengalami pembiaran, kemudian meluas menjadi konflik sosial, politik, masyarakat, dan pengalaman itu nyata di depan mata, bagaimana kemudian proses itu membenturkan elemen-elemen strategis di banyak negara,” ujarnya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Jajaran Forpimda melepas burung merpati saat berlangsung Deklarasi Antikerusuhan di Monumen Polisi Istimewa, Surabaya, Minggu (16/6/2019).
Belajar dari konflik
Belajar dari konflik sosial di negara-negara lain itu, sebaiknya semua elemen masyarakat harus ikut menjaga kerukunan dan persatuan. ”Menjaga persatuan dengan tidak setuju adanya kerusuhan sekecil apa pun. Saya minta semua saling mencoba melakukan langkah-langkah pencegahan,” ucap Khofifah.
Kepala Kepolisian Daerah Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan pun berterima kasih kepada semua pihak yang bergabung dan berkomitmen menolak kerusuhan. Jangan sampai kerusuhan pada 21-22 Mei lalu di Jakarta, termasuk pembakaran Mapolsek Tambelangan di Sampang, kembali terulang saat sidang PHPU di MK.
”Kami sudah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Jatim untuk tidak memobilisasi massa ke Jakarta ketika sidang putusan PHPU di MK,” ujarnya.
Menurut Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya Wisnoe Prasetja Boedi, masalah keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab seluruh warga. Mereka setidaknya bisa berpartisipasi dengan tidak mudah percaya terhadap berita bohong dan tidak menyebarluaskannya ke media sosial.
Kami sudah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Jatim untuk tidak memobilisasi massa ke Jakarta ketika sidang putusan PHPU di MK.
Kriminolog Universitas 17 Agustus 1945, Kristoforus L Kleden, menilai, banyak warga Indonesia, terutama di Jatim, yang ingin pemilu berlangsung damai hingga selesai seluruh tahapannya. Kedatangan ribuan warga menghadiri deklarasi tolak kerusuhan merupakan satu bukti komitmen tersebut.
Menjaga keamanan kota memang tidak hanya menjadi tugas kepolisian. Sebagai penghuni kota, masyarakat wajib ikut serta bersama polisi menjaga keamanan dan ketertiban. Tak peduli cuaca di Surabaya sering panas, warga Surabaya selalu bisa bertindak dengan kepala dingin, tak mudah tersulut kondisi politik yang selalu memanas.