Kali Bekasi Bersih Tinggal Kenangan
Tahun 2016, sampel uji dari sembilan lokasi di Kali Bekasi, Jawa Barat, menunjukkan pencemaran level ringan. Sampel uji dari lokasi sama setahun kemudian, level pencemaran naik di delapan lokasi.
Senin (14/5/2018), dari tepi Kali Bekasi, Susanto (36) membangun kembali ingatan masa kecilnya. ”Waktu masih anak-anak sering sekali mandi di sini,” kata koordinator Pasukan Katak Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi itu.
Siang itu, ia baru menunaikan tugas harian membersihkan Kali Bekasi. Pukul 08.00-15.00, bersama 33 anggota pasukan katak lainnya mereka menyusuri Kali Bekasi yang membentang 6 kilometer dari Kelurahan Cikiwul, Bantar Gebang, hingga Teluk Pucung, Bekasi Utara.
Penyusuran tak hanya menggunakan perahu, tetapi juga berenang di sungai berair coklat pekat. Sampah daun, kemasan plastik, batang pohon, hingga perabot rumah tangga silih berganti terbawa arus sungai.
Lelaki yang lahir dan besar di wilayah Kelurahan Marga Jaya, Bekasi Selatan, itu mengatakan, dulunya gatal-gatal di kulit tak pernah ia rasakan meski mandi dua kali sehari di Kali Bekasi tahun 1980-an. ”Airnya masih sangat jernih,” ujar Susanto. Kini, gatal seperti sudah biasa.
Saking jernihnya masa itu, beragam ikan tampak dari permukaan. Melihat gerak ikan sambil memancingnya menjadi keasyikan tersendiri. Menikmati keindahan ekosistem sungai bagai melihat ikan di akuarium.
Bagi Muhammad Onin (65), warga Marga Jaya, sungai yang bersih dan jernih juga jadi tempat menciptakan momen berkualitas bersama keluarga. Setiap pagi dan sore hari, ia dan anak-anaknya mandi di sungai. ”Kadang air sungai juga kami minum,” katanya.
Kejernihan air dan keramaian aktivitas di sekitar Kali Bekasi tersohor hingga luar kota. Sudirno (53), warga Brebes, Jawa Tengah, adalah salah satu yang tertarik. Tahun 1992, ia mengadu nasib dan menjadi penarik perahu eretan di Kali Bekasi.
Sejak tiba di Margahayu, Bekasi Timur, Sudirno tinggal di atas perahu berukuran 5 meter x 1,5 meter buatannya. Ia tak gusar akan penghasilan harian. Dengan mengeret perahu pukul 06.00-22.00, ia hidupi istri dan tiga anaknya di kampung.
Indeks pencemaran
Sayang, semua itu tidak bertahan lama. Menurut Astari (47), warga Marga Jaya, akhir dekade 1990-an, air sungai mulai keruh. Kian hari warnanya kian gelap dan pekat tercampur limbah pabrik. Masyarakat tak mau lagi mencuci di sana. Mancing pun enggan.
”Sekarang ini, mau ke kali pun kami harus mikir-mikir,” ujar Supardi (54), warga sekitar.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, indeks pencemaran Kali Bekasi naik dalam dua tahun terakhir. Tahun 2016, pemeriksaan laboratorium lingkungan pada sampel dari sembilan titik semuanya tercemar kadar ringan. Tahun 2017, pengujian di sembilan titik yang sama, hanya ada satu titik tercemar ringan, delapan titik tercemar sedang, dan satu tahap menuju pencemaran berat.
”Air Kali Bekasi tahap kritis,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Jumhana Luthfi. Berdasarkan pertimbangan kondisi fisik dan hasil uji laboratorium, air sungai itu tak layak digunakan langsung.
Bahkan, kata Jumhana, pengelolaannya sebagai air minum pun butuh proses lebih rumit dan jauh lebih mahal. Pihaknya telah mengingatkan perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Bekasi agar berhati-hati. Air Kali Bekasi masih menjadi salah satu sumber air baku.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Masriwati menjelaskan, dari pemeriksaan indeks pencemaran tahunan, ditemukan lebih dari 60 persen pencemaran disebabkan limbah domestik. Adapun sisanya disebabkan limbah industri. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bekasi menetapkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Limbah Domestik.
Menurut Jumhana, Kali Bekasi perlu direvitalisasi. Namun, revitalisasi membutuhkan sinergi antarpemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sebab, selain persoalan di dalam kota, Kali Bekasi juga mendapatkan kiriman sampah dan limbah dari hulu, yaitu Sungai Cikeas dan Cileungsi. Akibatnya, kualitas air menjadi buruk. Tumpukan lumpur di sungai pun semakin tebal.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi telah mengajukan kepada Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) agar mengangkat lumpur yang mengendap bertahun-tahun di Kali Bekasi. Selain itu, kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk memonitor kualitas air serta mengurangi limbah juga telah dilakukan.
Di dalam kota, salah satu upaya yang dilakukan untuk merevitalisasi sungai adalah membuat tempat wisata di pinggir sungai dan mengerahkan pasukan katak. Lebih dari itu, kata Susanto, penanganan masalah Kali Bekasi membutuhkan kesungguhan hati sebagaimana dilakukan pasukan katak yang kebanyakan berdomisili di sekitar Kali Bekasi.
”Kami ingin generasi mendatang bisa merasakan Kali Bekasi yang jernih dan bersih, bukan hanya sekadar cerita,” tutur Susanto.