LAMONGAN, KOMPAS - Tim.relawan dari Berbagi dengan Ikhlas(Berkas)memenuhi janjinya. Kini, Ardiansyah Bayu Saputra (11), warga Kandangrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur punya sepeda dan sandal baru.
Anggota Berkas, Brigadir Kepala Purnomo Rabu (2/5/2018)menjelaskan bocah itu meninggalkan sekolah demi merawat ibunya, Fitri Maya Wulandari (34) yang sakit parah. Sebelumnya, Sabtu (27/4/2018) pihak guru sekolah meminta bantuan agar relawan memotivasi agar Ardi tetap mau sekolah. Sekolah memberi keleluasaan agar Ardi bisa merawat dan menyuapi ibunya saat istirahat.
Tim relawan Senin (30/4/2018)mendatangi rumah Ardi.sambil menyetahkan bantuan sembako,.sepatu, tas,.dan.peralatan sekolah untuk Ardi. Bahkan Purnomo membujuk Ardi agar mau sekolah dengan membelikan sepeda baru di Pasar Babat Selasa (1/5/2018).
"Anaknya memilih sendiri jenis sepeda BMX. ia juga memilIh sendiri sandal gunung," kata Purnomo.
Ia berharap Ardi bisa semangat lagi bersekolah dan oendidikannya tidak tetputus. Rencanananya Ardi mulai masuk sekolah lagi Senin (7/5/2018)mendatang. Tahap awal ada yang mengantar jemputnya untuk memastikan bahwa anak itu benar benar mau sekolah lagi.
Guru Agama SD Negeri Kandangrejo Abdul Rouf merasa senang ada pihak lain yang mendorong Ardi kembali sekolah. Selama semester ini Ardi menghilang. Semester sebelumnya masih masuk dan istirahat pulang untuk merawat ibunya.
"Kami agak susah membujuknya. Guru kelas hingga kepala sekolah datang ke rumah Ardi baik untuk membesuk ibunya yang sakit maupun membujuknya agar sekolah. Tapi dua beralasan kasihan.ibunya kalau ditinggal sendirian, sedang ayahnya sibuk bekerjan," kata Rouf.
Ardi, sendiri menuturkan tidak tega meninggalkan ibunya sendirian. Ibunya lumpuh, makan minum pun pun harus disuapi. \'Kasihan tak ada yang menunggu," ujarnya kepada wartawan.
Saat ini Ardi memenuhi undangan salah satu stasiun televisi di Jakarta untuk mengisi salah satu acara. Di satu sisi, Ardi menginspirasi sebagai bentuk kebhaktian anak pada orangtua. Di sisi lain, kisahnya mengundang iba, bocah itu harus mengorbankan pendidikannya demi sang ibunda.
Sementara kondisi sosial ekonomi keluarga itu kurang mampu. Ayahnya Puryanto (39)hanyalah buruh tani dengan.upah Rp 40.000 hingga Rp80.000 per hari. Keluarga itu juga tak tersentuh program jaminan sosial baik program keluarga harapan maupun beras untuk masyarakat sejahtera.