Sekitar 100.000 orang berjubel memadati Jalan Tunjungan Surabaya, Kamis (29/3). Mereka benar benar dimanja untuk menikmati kuliner, hingga aneka hiburan.
Jalan Tunjungan sejak pukul 16.00 hingga pukul 21.30 menjadi panggung hiburan sekaligus pusat jajanan serba ada. Ada angklung, ada reog, ada tari tarian.
Bagi yang sekedar ingin nongkrong bisa menikmati, dan menyeruput minuman ringan atau secangkir kopi. Tak ada hiruk pikuk kendaraan, tak ada kemacetan di jalan itu. Jalan Tunjungan malam itu menjadi lautan manusia.
Bukan sekedar menikmati kuliner atau menikmati hiburan langka. Warga juga bisa berswa foto dengan latar belakang Hotel Majapahit dulu Hotel Yamato.
Hotel itu menjadi cagar budaya, tempat saksi sejarah perobekan bendera biru hingga tinggal merah putih di masa perang 1945. Tunjungan juga menjadi bagian dari saksi bisu sejarah dahsyatnya pertempuran hingga lahirnya Hari Pahlawan 10 November.
Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini menuturkan "mlaku mlaku nang Tunjungan" diharapkan bisa menghibur warga Surabaya. Itu bisa menjadi potensi wisata event dan menumbuhkan ekonomi kreatif. Warga bisa menikmati aneka kesenian dan makanan.
Bagi Edri Gasyraf, wajah Tunjungan Kamis malam serasa berbeda. Tunjungan jadi ramah pejalan kaki. "Ini nongkrong, pesan kopi, di tengah jalan ada sensasi beda. Event ini bisa dibuat tiga bulanan atau enam bulan sekali," katanya.
Bukan hanya warga Surabaya yang menikmatinya, tetapi juga warga daerah sekitarnya. Bahkan terlihat beberapa warga negara asing yang menikmatinya.
Ya, mlaku mlaku nang Tunjungan mengingatkan pada lirik lagu Rek Ayo Rek. Rek ayo rek, mlaku mlaku nang Tunjungan. Rek ayo Rek mlaku mlaku bebarengan. Mangan duku ojo dicampur karo timun. Malem minggu, ojo dinggo ngelamun.
Meskipun hanya beberapa jam, mlaku-mlaku nang Tunjungan sudah cukup membuat warga berasa asyiknya menikmati jalan jalan. Ramai ramai bersama teman dan keluarga, walau sekedar untuk cuci mata.