JAKARTA, KOMPAS — Kebocoran pipa gas milik Perusahaan Gas Negara atau PGN akibat bor proyek tiang pancang kereta ringan di Jakarta Timur, Senin (12/3) malam, patut diikuti pengecekan segmen-segmen lain yang terhubung pipa yang bocor. Hal itu untuk memastikan keamanan secara keseluruhan.
”Gas kalau satu kita tekan akan mendorong ke bagian lain. Bagaimana kalau ada kebocoran di dalam bagian lain yang tidak terdeteksi,” kata Guru Besar Bidang Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan Manlian Ronald A Simanjuntak yang dihubungi pada Selasa siang.
Jika ada kebocoran yang tidak terdeteksi, gas bisa mencemari air tanah, bahkan bisa memicu ledakan dan kebakaran, yang kian berbahaya apabila berada di area padat, seperti kerumunan atau kemacetan.
Ia juga meminta pemeriksaan pada proyek konstruksi lain di Jakarta yang kemungkinan dibangun di atas pipa gas atau jaringan utilitas lain, termasuk kabel listrik dan telepon. Standar pemasangan pipa bawah tanah tidak boleh ada konstruksi berat dibangun di atasnya.
Kejadian pada Senin malam itu, kata Manlian, merupakan bentuk kelalaian yang berlebih pada pengerjaan proyek konstruksi dan tak logis. Tim perencana kontraktor proyek dinilai tak cermat memeriksa kondisi lapangan sebelum proyek dimulai. ”Seharusnya tidak hanya mengecek butiran tanah seperti apa dan segala macamnya, tetapi juga ada apa saja di bawah tanah,” ucapnya.
Terkait insiden pipa bocor akibat proyek konstruksi nasional itu, Kepala Balai Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Danis H Sumadilaga menegaskan, itu disebabkan Jakarta dan semua kota besar di Indonesia tidak memiliki peta utilitas. Hal itu membuat perencanaan pekerjaan konstruksi pasti akan berhadapan dengan utilitas dan tidak bisa mengidentifikasi sepenuhnya jaringan utilitas.
”Insiden ini merupakan kejadian yang berbeda, ini bukan kecelakaan. Ini utilitas. Sejak awal, kami tahu ada utilitas-utilitas itu. Masalahnya, kami tidak memiliki peta bawah tanah,” kata Danis.
Dari pemilik utilitas pun, kata Danis, mereka juga sering tidak mengetahui lokasi dan kedalaman jaringan utilitasnya. ”Kita belum sepenuhnya memiliki peta utilitas yang bisa saja terdiri dari jaringan PDAM, gas, PLN, ataupun telekomunikasi sehingga tidak teridentifikasi dengan jelas,” ujarnya.
Peta utilitas
Hingga kini, Provinsi DKI Jakata memang belum memiliki peta utilitas. ”Ini merupakan pekerjaan rumah besar untuk kita karena Jakarta dan seluruh kota besar di Indonesia tidak punya peta utilitas,” kata Danis.
Edy Junaedi, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta, menerangkan, dinas yang ia kelola lebih banyak mengeluarkan izin. ”Kami tidak punya peta utilitas itu,” ujarnya.
Mengenai ruwetnya jaringan utilitas bawah tanah di Jakarta, MRT Jakarta pada awal-awal memulai konstruksi bawah tanah di ruas Bundaran Senayan hingga Bundaran Hotel Indonesia juga mengalami hal serupa, yakni berhadapan dengan tata letak jaringan listrik, telekomunikasi, serta pipa gas dan air di bawah tanah yang ruwet. Namun, hal itu teratasi.
William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, menjelaskan, untuk masalah utilitas, dimulai dari fase rancangan teknis dasar (basic engineering design/BED). ”Ini fase perencanaan teknis, dilakukan pengecekan terhadap seluruh utilitas yang mungkin ada di bawah tanah,” kata William.
Lalu, pada saat kontrak pekerjaan, dilakukan lagi detailed design oleh kontraktor dengan supervisi konsultan. ”Ini tingkatannya lebih teliti. Ada banyak utilitas yang tak diperhitungkan pada BED ternyata didapatkan pada detailed design,” katanya.
Terakhir, saat pekerjaan dilakukan, tidak tertutup kemungkinan ada utilitas yang belum diantisipasi di detailed design ditemukan lagi. ”Memang ini tantangan besar karena kita tidak punya peta utilitas bawah tanah dan ketika dipasang tidak ada koordinasi. Akibatnya, utilitas berseliweran di bawah tanah. Ini tantangan MRT juga. Kuncinya adalah kehati-hatian dan sebisa mungkin dilakukan pendeteksian sebelum pekerjaan dilakukan,” kata William.
Rabu selesai
PGN menargetkan perbaikan saluran gas bumi yang bocor di Jalan MT Haryono itu selesai pada Rabu (14/3). Tidak ada rencana relokasi saluran pipa itu. Segmen pipa yang rusak akan diganti pipa baru.
Sekretaris PGN Rachmat Hutama mengatakan, perbaikan akan dimulai setelah garis polisi dilepas. ”Estimasi Rabu selesai. Upaya perbaikan dikerjakan nonstop,” ujarnya.
Rachmat belum dapat memberikan kepastian pukul berapa distribusi gas melalui saluran tersebut dapat normal kembali. Selasa kemarin, pukul 13.00, garis polisi dilepas petugas kepolisian. Namun, hingga Selasa sore, bau aroma gas masih tercium samar-samar di lokasi kejadian.
Perbaikan akan dilakukan dengan metode cut and replace, segmen yang rusak akan dipotong dan diganti baru. (DD17)