JAKARTA, KOMPAS — Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia menggelar rapat pimpinan nasional yang dimulai Kamis (25/1) di Jakarta. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan konsolidasi gerakan nasional Pelajar Islam Indonesia.
Ketua Pelaksana Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Pelajar Islam Indonesia (PII) Fajar Imam Hasanie mengatakan, 135 pengurus dari 21 wilayah menghadiri Rapimnas PII yang digelar hingga Minggu.
Hadir, antara lain, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad, Staf Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Kepresidenan Yahya Tatang, dan Perwakilan Keluarga Besar PII Ahmad Yani.
Fajar mengatakan, beberapa rangkaian kegiatan Rapimnas PII, antara lain, diisi dengan seminar literasi dan focus group discussion dengan para pemateri dari lintas lembaga dan kementerian, seperti pimpinan organisasi pelajar (Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, dan Ikatan Pelajar Al Washliyah), Kemdikbud, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Kemkominfo, Perpustakaan Nasional, Kemenkop dan UKM, serta Deputi Kantor Staf Kepresidenan.
Ketua Umum PB PII Husin Tasrik Makruf Nasution menyebutkan, tujuan kegiatan tersebut sebagai upaya membangun sinergi dengan pemangku kepentingan organisasi, dengan semangat kolaborasi untuk mencapai harmonisasi dan konsolidasi tujuan organisasi. Oleh karena itu, tema Rapimnas PII kali ini adalah ”Harmonisasi Gerakan PII, Menuju Pelajar Berkeadaban”.
Husin mengatakan, PII di era kepemimpinannya siap mengambil peran dengan empat titik fokus Misi PB PII periode 2017-2020. Diputuskan, PII berperan dalam penguatan pendidikan karakter, peningkatan budaya literasi, serta pendidikan lingkar ketiga dan keadilan pedidikan.
Ia menambahkan, keberadaan pelajar berkarakter mewakili komunitas yang terdidik dan relatif berkeadaban.
”Generasi muda harus kuat dalam meneliti dan mengkaji berbagai ilmu pengetahuan. Dengan gerakan literasi, akan mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Husin.
Libatkan masyarakat
Pendidikan lingkar ketiga, lanjut Husin, maknanya pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan karakter pelajar. ”Masyarakat” di sini bisa berarti masyarakat umum atau pemangku kepentingan yang peduli pada dunia pendidikan dan kepelajaran, khususnya PII.
”Keadilan pendidikan juga penting kami perjuangkan. Dewasa ini, orang-orang kaya sangat mudah mengakses sekolah dengan kualitas serba high, sedangkan orang-orang miskin hanya mampu bersekolah dengan bangunan yang memprihatinkan. PII mendorong pemerintah lebih memperhatikan pemerataan pendidikan,” tutur Husin.
Ahmad Yani mengingatkan agar keberadaan PII dapat dirasakan manfaatnya bagi bangsa. Kaum pelajar Muslim harus punya kepribadian yang soleh, memiliki wawasan keislaman yang baik, serta punya keterampilan/keahlian untuk hidup mandiri.