BANDUNG, KOMPAS — Banjir yang selalu melanda dataran terendah di wilayah Bandung selatan secara bertahap diatasi. Tak hanya menyiapkan jalur dan penampungan air banjir, pemerintah juga secara terpadu menangani daerah aliran Sungai Citarum. Semua akan dilakukan secara bertahap.
”Paling penting adalah penanganan terpadu dari pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dari hulu sampai hilir,” kata Presiden Joko Widodo seusai meninjau pembangunan kolam retensi Cieunteung di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin (4/12). Turut mendampingi Presiden dalam peninjauan ini Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Presiden Joko Widodo menegaskan, tiga wilayah yang berada di dataran terendah di Bandung, yakni Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah, semestinya tak terus terendam banjir. Sejak puluhan tahun, wilayah ini bisa mengalami banjir belasan kali dalam setahun.
Untuk tahap awal, dibangun kolam retensi yang akan menampung air berlebih. Kolam ini terletak di lahan seluas 8,7 hektar. Dalam laporan Willem kepada Presiden, lahan yang dibebaskan baru 6,5 hektar.
Kolam ini sudah mulai dibangun. Menurut rencana, kolam retensi akan berkapasitas 220.000 meter kubik lengkap dengan tiga pompa banjir berkapasitas 3,5 meter kubik per detik dan satu pompa harian berkapasitas 1,5 meter kubik per detik. Dengan biaya sekitar Rp 202 miliar, kolam dikerjakan dari 2015 sampai 2018.
Kolam retensi akan berkapasitas 220.000 meter kubik lengkap dengan tiga pompa banjir berkapasitas 3,5 meter kubik per detik dan satu pompa harian berkapasitas 1,5 meter kubik per detik.
Tahun depan, terowongan Nanjung juga akan dibangun di Desa Nanjung, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Terowongan yang disiapkan sepanjang 2 x 230 meter dan berdiameter 2 x 8 meter. Debit maksimum terowongan ini adalah 469 meter kubik per detik. Terowongan ini diharapkan mengurangi durasi dan tinggi genangan banjir.
”Ini bisa menurunkan (banjir) kira-kira 1 meteran. Jadi, yang banjir biasanya 1-1,5 meteran bisa turun satu meter. Kalau banjirnya 1 meter, langsung ilang. Kalau banjir 1,5 meter, masih ada setengah (meter),” ujar Presiden. Namun, menurut Presiden, pembangunan kolam retensi dan terowongan belum cukup. Penanganan terpadu dan perbaikan DAS Citarumlah yang akan membuat banjir benar-benar diatasi.
Sebanyak empat anak Sungai Citarum juga dinormalisasi sepanjang 2017-2018. Keempat anak sungai itu adalah Sungai Cikeruh, Cimande, Cikijing, dan Citarik. Adapun penanganan Sungai Citarum Hulu pada 2018-2019 akan dimulai dari penanganan Sungai Cilember dan Cibeureum, Sungai Citerus, pengendalian banjir Gedebage dengan pembangunan embung Gedebage, dan normalisasi Sungai Cinambo.
Sebanyak empat anak Sungai Citarum juga dinormalisasi sepanjang 2017-2018. Keempat anak sungai itu adalah Sungai Cikeruh, Cimande, Cikijing, dan Citarik.
Selain menurunkan muka air banjir setinggi satu meter, luas genangan banjir pun dipersempit. Bila biasanya luas yang terkena banjir di Dayeuhkolot mencapai 301 hektar, diharapkan setelah pembangunan kolam retensi dan terowongan, luas menyurut menjadi 41 hektar dan terus berkurang dengan penanganan terpadu.
Untuk DAS Bengawan Solo dan DAS Brantas, menurut Presiden, penanganan terpadu juga akan dilakukan. Namun, saat ini diawali dari DAS Citarum.