Huda Jadi Legenda Sepak Bola, di Lamongan Ia Dipahlawankan
Musim kompetisi Liga 1 Go-Jek Traveloka menorehkan cerita duka. Penjaga gawang Persela, Choirul Huda (38), meninggal pada Minggu, 15 Oktober, saat membela klubnya. Ketika itu, ia berbenturan dengan rekan setimnya, pemain belakang Ramon Rodrigues de Mesquita.
Keduanya sama-sama berupaya menyelamatkan gawang agar tidak kebobolan saat melawan Semen Padang. Nyawa Huda pun akhirnya melayang saat di Rumah Sakit Dr Soegiri, Lamongan. Kini ia menjadi salah satu legenda sepak bola. Bahkan, ia dipahlawankan oleh masyarakat Lamongan.
Genap sebulan meninggalnya, pada Rabu (15/11) digelarlah laga untuk mengenang dan memberi penghormatan atas kiprah Huda dalam sepak bola di Tanah Air. Bagaimanapun kepergian Huda bukan hanya duka Persela, melainkan duka dunia sepak bola Indonesia.
Bahkan, ia dipahlawankan oleh masyarakat Lamongan.
Pemain dan mantan pemain tim nasional, para pemain dan mantan pemain Persela, serta mantan pelatih Persela pun didatangkan, seperti Widodo C Putra, Erik Ibrahim, Iwan Setiawan, dan Heri Kiswanto. Laga bertajuk ”Tribute Choirul Huda” itu disaksikan 14.500 penonton di Stadion Surajaya, Lamongan.
Andik Vermansyah, Boaz Salosa, Ponaryo Astaman, Kurniawan Dwi Yulianto, Irfan Bachdim, Andritany, Ricardo Salampesy, Ahmad Bustomi, Ruben Sanadi, Benny Wahyudi, Firdaus Ramadhan, Terens Puhiri, Riski Pora, Stefano Lilipaly, Ramdani Lestaluhu, FX Yanuar, Dian Agus Prasetyo, I Gede Sukadana, Riyandi Ramadana, Ugik Sugiyanto, Dendy Sulistyawan, Valentino Simanjuntak, dan Widodo C Putra dalam laga itu memperkuat Tim Nasional Indonesia All Star dengan Pelatih Jacksen F Tiago.
Persela dalam laga itu diperkuat Ferdiansyah, Edi Gunawan, Eki Taufik, Jose Manuela Barbosa, Addison Alves, A Birul Walidain, Samsul Arif Munip, Fabiano Darosa Deltram, Srdan Lopicic, Marcel Sacramento, Ramon Rodrigues de Mesquita, Alexander, Aang Suparman, M Zaenal Haq, M Agung Pribadi, Rio Pratama, Samsul Arifin, Taufik Kasrun, Boby Wirawan, Eka Ramdani, Juan Revi, Tasuke Yamasaki, Sandi Septian, Ahmad Nurhadianto, Bima Nizar, Vaiz, Sugeng Efendi, Zaenal Arifin, dan Erik Ibrahim memperkuat Persela di bawah besutan Aji Santoso.
Bagi Jacksen F Tiago, sosok Huda menginspirasi pemain sepak lainnya. Huda punya dedikasi luar biasa, terutama terkait kesetiaan pada klubnya. Ia turut merasa kehilangan meski tidak pernah menjadi bagian dari Persela. Huda salah satu penjaga gawang terbaik yang dimiliki Indonesia.
”Saya bangga menjadi bagian momen laga ini. Ini lebih berarti dari laga-laga yang pernah saya ikuti baik sebagai pemain maupun pelatih,” ujar Jacksen yang didapuk sebagai Pelatih Timnas Indonesia All Star.
Pemain timnas, Andik Vermansyah, pun merasa bangga bisa dilibatkan dalam laga mengenang Huda. Hasil pertandingan tidaklah penting baginya. Yang terpenting adalah mengenang, mendoakan Huda. Ia salut atas antusiasme para pemain yang terlibat juga para pencinta bola di Lamongan.
Ada keharuan, ada pula kemeriahan dalam momen itu. Saat gambar Huda dalam ukuran sekitar 6 meter x 10 meter dibawa ke lapangan oleh pengemudi Go-Jek, iringan lagu ”Selamat Tinggal” dari Endank Soekamti mengalun. Para suporter Persela pun ikut menyanyi dari tribune sambil menyalakan lampu ponsel atau lilin memberi suasana syahdu.
Ribuan suporter lainnya menghambur ke lapangan untuk bernyanyi bersama sambil mengibarkan bendera dan membentangkan spanduk bertuliskan nama Huda. Di papan skor ditampilkan ekspresi dan selebrasi Huda saat membela Persela.
Apresiasi
Sebelumnya, saat laga menjamu Persib Bandung pada 22 Oktober, bahkan ada prosesi gambar Huda dibawa keliling bersama oleh perwakilan Persib juga Persela, termasuk Bupati Lamongan Fadeli. Jersey yang dipakai terakhir oleh Huda pun dibingkai kaca turut dibawa keliling. Nomor punggung 1 tidak akan dipakai lagi di Persela untuk menghormati Huda.
Bupati Lamongan Fadeli, yang juga menjadi bagian dari Persela, menyampaikan duka mendalam. Ia mengangggap Huda sebagai sosok sahabat, teman, pejuang, dan pahlawan. Huda setia mengiringi sejarah jatuh bangunnya Persela.
Sebagai apresiasi, Pemerintah Kabupaten Lamongan berkomitmen memfasilitasi biaya pendidikan anak-anak Huda hingga tamat SMA. Pihaknya juga akan memfasilitasi jika Muhammad Raul Maulana dan Muhammad Rasyad Rafael Ramadhan ingin menekuni sepak bola mengikuti jejak ayahnya.
Huda dinilai turut membesarkan nama Lamongan. ”Ia layak disebut pahlawan. Huda bergabung ke Persela bukan sekadar bermain bola. Tetapi itu didasari karena cintanya pada bola dan kebanggaannya sebagai warga Lamongan,” ujpar Fadeli.
Huda tidak pernah putus membela Lamongan. Dedikasi dan kesetiaannya pada Lamongan tetap tumbuh meski ditawari bergabung dengan klub-klub besar.
Pihaknya tetap menampung usulan masyarakat terkait upaya menghormati Huda. ”Ada usulan membuatkan patung dan nama jalan, nama lapangan bola, hingga nama salah satu sisi tribune. Saya pikir itu layak mengingat dedikasi dan loyalitas serta prestasi Huda. Ia menjadi salah satu legenda sepak bola,” ujarnya.
Selamatkan gawang
Huda meninggal setelah berupaya menyelamatkan gawangnya. Ia berbenturan dengan Ramon Rodrigues de Mesquita. Keluarga sempat terkejut, apalagi sebelumnya Huda tidak mengeluhkan sakit. Huda tetap disiplin ikut latihan rutin.
Sebelum laga terakhir kalinya, semua anggota keluarga dipamiti dan didoakan agar Persela menang. Huda pun shalat Subuh berjemaah bersama istri dan anaknya. Sejak Persela ditangani Pelatih Aji Santoso, ia tidak diturunkan dan dicadangkan.
Kepergian Huda bukan hanya duka Persela, melainkan duka dunia sepak bola Indonesia.
Pada Minggu (15/10), ia dipercaya lagi bermain dan menjadi kapten. ”Saat dipamiti main lagi, saya bilang alhamdulillah dikasih kesempatan dan dipercaya di bawah mistar gawang,” kata istrinya, Lidya Anggraini (36).
Ia tidak menyangka itulah penampilan terakhir Huda membela Persela melawan Semen Padang sampai babak pertama. Biasanya ia juga menyaksikan secara langsung saat laga kandang. Namun, saat itu Lidya hanya menyaksikan lewat televisi.
Ia terkejut saat terjadi benturan dan suaminya pingsan. Ia sempat panik lalu datang ke stadion saat suaminya diberi bantuan oksigen. Tetapi saat tiba di stadion, Huda sudah di ruang Unit Gawat Darurat RSUD Dr Soegiri. Sempat dipompa jantung tetapi gagal, pukul 16.45 Huda meninggal. ”Jika suami saya ada salah, mohon dimaafkan,” katanya.
Sebagai istri, Lidya, setia merawat anak dan mendampingi Huda. Ia turut merasakan bagaimana Huda menapak karier mulai Liga Indonesia Divisi II, Divisi I, Divisi Utama, hingga Persela masuk ke kasta sepak bola tertinggi Indonesia Super Liga dan Liga 1.
Saat senggang atau libur, Huda menyertakan anak-anak untuk bermain. ”Semua masih berhubungan dengan bola, baik games maupun futsal. Kadang kami menonton kartun bersama. Almarhum suka masakan rawon, sayur asem, dan bali telur,” kata Lidya.
Suaminya sempat menyatakan jika pensiun dari Persela ingin menjadi pelatih. Huda mendorong anaknya mencintai sepak bola. Saat latihan biasanya diajak serta, termasuk saat bermain futsal.
Anak pertama Huda, Muhammad Raul Maulana, siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lamongan, ingin menjadi pemain depan. Anak kedua Huda, M Rasyad Rafael Ramadhan, siswa kelas V SD Jetis III, ingin menjadi penjaga gawang sehebat ayahnya.
Loyalitas
Huda adalah pemain yang paling loyal di Persela. Sejak 1999 hingga meninggalnya, pria kelahiran 2 Juni 1979 itu membela ”Laskar Jaka Tingkir”, julukan Persela. Manajer Persela Edi Yunan Ahmadi merasa kiprah dan kesetiaan Huda pada klub belum tergantikan.
Rekan Huda, Taufik Kasrun, melihat sosok Huda sebagai pemain senior yang baik dan layak dijadikan panutan. Huda meninggal dalam posisi membela Persela. Jiwa raganya dipersembahkan untuk Persela dan Kota Lamongan. ”Kami semua kehilangan. Ia kebanggaan masyarakat Lamongan yang belum tergantikan,” kata Taufik.
Kepergian Huda juga membuat pendukung Persela, Lamania, berduka. Bahkan, ratusan Lamania ikut memastikan kondisi Huda di rumah sakit. Saat mendengar keterangan dokter Huda dinyatakan meninggal, tangis suporter, ofisial, dan pemain pun pecah. Teriakan mengelukan nama Huda bergema berbaur dengan gema lafaz Lailaha ilallah Muhammadur rasulullah.
Suporter pun mengikuti ambulans ke rumah duka di Jalan Basuki Rahmat, Lamongan. Suporter menyalakan lilin di tepi jalan dekat rumah Huda sebagai tanda keprihatinan dan penghormatan kepada Huda.
Mereka juga ikut mengiringi jenazah saat dishalatkan di Masjid Jami’, Lamongan, hingga dimakamkan di Pagerwojo. Mereka menggelar doa bergantian. Pemakaman itu dihadiri Bupati Lamongan Fadeli dan mantan Bupati Lamongan Masfuk.
Tim dokter mengungkapkan bahwa Huda mengalami trauma di dada, kepala, dan rahang. Kepala Unit Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Soegiri, Lamongan, Yudhistiro Andri Nugroho, dokter spesialis anestesi, menyatakan, Huda masih bernapas saat tiba di rumah sakit. Huda dinyatakan meninggal pukul 16.45 atau sekitar satu jam setelah kejadian. Huda mengalami henti napas dan henti jantung.
Ia berbenturan dengan Ramon Rodrigues de Mesquita saat penyerang Semen Padang, Marcel Sacramento, menembus jantung pertahanan Persela. Saat Sacramento hendak mengambil bola, Huda berupaya menjemput bola dengan sedikit melompat terbang, sementara De Mesquita ingin membuang bola.
Akibat perebutan bola dari tiga orang itu, De Mesquita yang ada di sebelah Sacramento berbenturan dengan Huda. Setelah berbenturan, Huda tergeletak, lalu berupaya bangkit berdiri, tetapi langsung ambruk lagi.
Dokter Zaki Mubarok yang menangani awal menuturkan, Huda meninggal akibat mengalami benturan keras di kepala dan leher. Dia masih bernapas saat tiba di rumah sakit. Huda termasuk mengalami hipoksia, yakni keadaan saat jaringan tubuh manusia kekurangan oksigen.
Surya Binanga, staf kompetisi PT Liga Indonesia Baru, secara khusus datang ke rumah duka untuk menyatakan belasungkawa. Ia berharap insiden itu tak terjadi lagi.
Kiprah Huda mewakili bentuk loyalitas dan kesetiaan pada sepak bola. Jiwa raga Huda dipertaruhkan untuk sepak bola dan Persela. Kepergian Huda bukan hanya duka Persela, melainkan duka dunia sepak bola.