Ungkapan Duka untuk Kiper Persela Choirul Huda Terus Mengalir
Oleh
Adi Sucipto Kisswara
·2 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Ungkapan dukacita atas meninggalnya penjaga gawang Persela, Choirul Huda, lewat karangan bunga ataupun secara langsung dari para kolega, kerabat, pencinta dan pengurs sepak bola terus mengalir ke rumah duka di Jalan Basuki Rahmat, Lamongan, Jawa Timur. Bahkan, ada dua karangan bunga dari Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, satu terpasang di tepi jalan dan satu lagi di halaman rumah.
Ungkapan dukacita itu di antaranya dari Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Lamongan, Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama, Curva Boys, SDN Jetis III, Panpel Persela Askab PSSI Qusnul Aqib PAN, mantan Bupati Lamongan dan mantan Ketua Umum Persela Masfuk, Manajer PS TNI T Yulianto, KONI Lamongan, manajemen dan pemain Persipura, Persija Jakarta, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Lamongan, Kepala Kepolisian Resor Lamongan, dan Komandan Komando Distrik Milter 0812 Lamongan.
Ungkapan dukacita juga berasal dari Djohar Ling Eng PSSI Jateng, Joko Driyono Waketum PSSI, Admad Riyaadh PSSI Jatim, PSSI Pusat, Bupati dan Ketua Umum Persela Lamongan Fadeli, Manajer Persib Bandung Umum Muchtar, LA mania, LA mania Dewata Bali, LA mania Pantura Raya, Sriwijaya FC Dodi Reza Alex Nurdin.
Staf Kompetisi PT Liga Indonesia Baru Surya Binanga saat di rumah duka menyatakan ia mewakili manajemen LIB mengucapkan bela sungkawa. Kejadian yang menimpa tidak diduga, tetapi Panpel dinilai sudah cekatan. Ambulans siap dan bantuan oksigen cepat. ”Kami berharap insiden serupa tidak terjadi lagi,” katanya.
Menurut Surya, PT LIB berduka. Indonesia kehilangan salah satu kiper terbaik. ”Kami berdoa semoga keluarga tabah dan diberi kesabaran,” katanya.
Istri Choirul Huda, Lidya, memintakan maaf atas kesalahan suaminya. Ia menuturkan tidak ada firasat apa pun atas insiden yang menimpa suaminya. ”Saya menonton di rumah lewat televisi. Saya kira pingsan biasa. Saat diberi oksigen saya langsung ke stadion. Tetapi sampai di stadion, dibilang sudah dibawa ke rumah sakit. Sekitar satu jam dari kejadian, suami saya dinyatakan meninggal,” kata Lidya.
Manajer Persela Edi Yunan Ahmadi baru menyadari ada firasat. Sebelumnya manajemen dan pemain berencana menggelar baksos dan kunjungan ke Rumah Sakit Muhammadiyah bersama-sama khususnya untuk anak kecil. Rencana itu dialihkan ke RSUD Dr Soegiri yang direncanakan Senin (16/10). ”Ternyata kami ke RSUD semua untuk mengawak kepergian Huda,” katanya.
Manajemen berencana membingkai jersey nomor punggung 01 untuk mengenang dan mengabadikan jasa Huda. Jasa mewakili bentuk loyalitas dan kesetiaan kepada sepak bola. Jiwa raga Huda dipertaruhkan untuk bola dan Persela. Kepergian Huda bukan hanya duka Persela, melainkan duka dunia sepak bola dan duka Indonesia.