SURABAYA, KOMPAS — Rektorat Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/9), mengukuhkan tiga profesor baru. Tiga profesor tersebut akan menajamkan peran pendidikan di universitas tersebut.
Pengukuhan dipimpin langsung oleh Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih. Ketiga profesor baru tersebut adalah Badri Munir Sukoco (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Yosephine Sri Wulan Manuhara (Fakultas Sains dan Teknologi), dan Tuti Kusumaningsih (Fakultas Kedokteran Gigi).
Badri adalah Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis aktif ke-22 di Unair serta menjadi profesor ke-463 Unair. Guru besar termuda Unair yang berusia 39 tahun itu menyampaikan orasi ilmiah berjudul ”Orkestrasi Kapabilitas Dinamis untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa”.
Badri menyampaikan tantangan universitas dalam mencetak strata kreatif (creative class). ”Creative class dibentuk oleh universitas, sedangkan universitas, kalau ingin menciptakan creative class, harus bisa memprediksi kira-kira pekerjaan apa yang akan eksis dalam tahun-tahun ke depan,” ujarnya.
Manuhara yang adalah Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi aktif ke-9 serta profesor Unair ke-464 menyampaikan orasi ilmiah berjudul ”Produksi Biomassa dan Senyawa Bioaktif Tanaman di dalam Bioreaktor: Upaya Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Obat di Indonesia”.
Ia mengatakan, saat ini sekitar 95-96 persen bahan baku obat di Indonesia masih didapat dengan cara impor, terutama dari China dan India. Hal itu karena kedua negara tersebut memproduksi bahan baku di dalam bioreaktor, bukan mengambil bahan obat langsung dari alam.
”Saya mulai dengan bioreaktor satu liter untuk dua tanaman yang jadi fokus saya, yaitu ginseng jawa dan sambung nyawa. Dalam hitungan bulan sudah bisa dibuat sama dengan tumbuhan alam yang umurnya 3-4 tahun. Ini tentu teknologi yang harus mulai kita kuasai,” ujarnya sembari menambahkan, pihaknya akan meningkatkan kapasitas produksi dalam skala yang lebih besar.
Profesor ketiga yang dikukuhkan adalah Tuti. Ia adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi aktif ke-17 serta profesor Unair ke-465. Dalan orasi ilmiah berjudul ”Oral Antimicrobial Peptides (AMPs) sebagai Model untuk Merancang Antibitika yang Efektif”, ia mengatakan, rongga mulut merupakan ekosistem yang unik karena banyaknya mikroorganisme yang hidup di dalam rongga mulut.
”Di dalam rongga mulut kita ada antibiotik alami yang fungsinya luar biasa. Ludah kita ini merupakan antibiotik alami,” kata Tuti.