WONOSARI, KOMPAS — Kebutuhan air bersih di sejumlah daerah di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga kini masih menjadi persoalan. Kawasan Gunung Kidul yang merupakan daerah dengan komposisi batuan berupa batu gamping menjadi salah satu tantangan menemukan air di kawasan tersebut.
Mengatasi hal tersebut, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral turun membangun sumur bor dengan menggunakan teknologi pengeboran untuk menemukan air.
Di Gunung Kidul, Badan Geologi yang didukung Komisi VII DPR dan pemerintah setempat membangun sumur bor di Dukuh Ngleri Lor, Kecamatan Playen, Gunung Kidul. Sumur bor yang dibangun sejak tahun lalu telah selesai dan diserahkan Badan Geologi, Rabu (23/8).
Penyerahan sumur bor secara simbolik dilakukan oleh Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Andiani. Hadir menyaksikan anggota Komisi VII Agus Sulistiyono, Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi, dan Sekda Gunung Kidul Drajat Ruswandono.
Sumur bor yang dibangun Badan Geologi tersebut memiliki spesifikasi kedalaman 127 meter dengan konstruksi pipa galvanis diameter 6 inci. Untuk mengoperasikan sumur tersebut dilengkapi genset dengan kapasitas 8 kilowatt dan menggunakan pompa selam (submersible) 3 PK. Adapun bak penampungan air berkapasitas 5.000 liter.
”Sumur bor ini memiliki debit 1,1 liter per detik sehingga dalam sehari (operasi selama 12 jam) dapat menghasilkan air bersih lebih kurang 47 kubik air bersih untuk melayani 147 keluarga,” ujar Andiani.
Menurut Andiani, Badan Geologi diberikan kewenangan dalam pengelolaan air tanah secara nasional merasa terpanggil untuk dapat membantu mengentaskan daerah sulit air bersih, yaitu dengan melakukan kegiatan eksplorasi dan pengeboran air tanah dalam.
”Program yang dimulai sejak awal tahun 2000-an ini telah banyak menyentuh sejumlah daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” katanya.
Anggota Komisi VII Agus Sulistiyono yang berasal dari daerah pemilihan DIY dan Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi menyampaikan terima kasih atas bantuan dari Badan Geologi yang membangun sumur bor di dukuh tersebut.
Immawan mengakui untuk kebutuhan air di Gunung Kidul baru dijangkau PDAM sekitar 70 persen sehingga kebutuhan air bersih di Gunung Kidul belum semuanya terpenuni. ”Saya minta pengelolaan air nantinya berbasis masyarakat dilakukan secara mandiri,” ujarnya.
Budi Joko Purnomo, Kepala Seksi Pendayagunaan Air Tanah Badan Geologi, menyatakan, peresmian sumur bor tersebut merupakan wujud bantuan pemerintah pusat langsung kepada masyarakat dalam rangka pengentasan daerah sulit air bersih melalui pengeboran air tanah dalam.
”Seiring dengan berjalannya musim kemarau pada tahun 2017, banyak pemberitaan di media massa dan elektronik tentang adanya beberapa daerah di Indonesia yang mengalami permasalahan penyediaan air bersih. Salah satunya di Kabupaten Gunung Kidul,” kata Budi.
Warga Dukuh dan Kepala Desa Ngleri Supardal menyampaikan banyak terima kasih kepada Badan Geologi. Ia berharap sumur tersebut akan berdampak pada produktivitas masyarakat dan akhirnya meningkatkan perekonomian warga setempat.
”Kami berharap ke depan akan tumbuh ekonomi-ekonomi kreatif di dukuh ini karena air sudah tersedia. Kalau dulu susah air, sekarang melimpah sehingga masyarakat bisa beraktivitas tanpa halangan,” ujarnya.