Puluhan foto Presiden pertama RI terpasang dalam panel-panel berwarna. Semua foto dikelompokkan dalam kategori tertentu, kiprahnya dalam pembangunan, persahabatannya dengan para pemimpin negara lain, kedekatannya dengan anak-anak dan keluarga, serta kehidupannya saat di pengasingan.
Tak hanya foto, surat, tulisan tangan, sampai dokumen terkait kehidupan Sukarno juga bisa diamati. Bahkan, beberapa buku koleksi Sukarno pun ditampilkan.
Memang, inilah pameran arsip terkait Presiden Sukarno yang diselenggarakan di Aula Serbaguna Gedung III Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta. Pameran berlangsung 22-25 Agustus 2017. Pameran ini pun dibuka untuk umum dan sekaligus menjadi rangkaian perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI.
Riwayat Sukarno yang dilahirkan di Surabaya, 6 Juni 1906, dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai menjadi pembuka dalam pameran. Kendati menjadi Proklamator Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 bersama M Hatta dan sehari setelahnya menjadi Presiden RI, Sukarno tetap menjadi pribadi yang berbakti kepada Ibundanya. Foto Sukarno bersimpuh sungkem kepada ibunya merupakan salah satu foto yang sangat kuat.
Rekaman Sukarno bercengkerama dengan anak-anaknya atau mengajak anak-anak saat menjamu tamu negara juga menjadi bukti betapa keluarga menjadi salah satu yang paling utama dalam hidup Presiden pertama RI tersebut. Selain itu, interaksi Sukarno dengan anak-anak yang ditemuinya dalam kunjungan kerja baik di dalam dan luar negeri juga tampak alami.
Hubungannya dengan para tokoh nasional, seperti KH Agus Salim yang sama-sama menjalani pembuangan di Muntok, Bangka Belitung, ditampilkan dalam foto-foto dan surat. Ada pula foto saat Presiden Sukarno memeluk Panglima Besar Sudirman saat tiba di Gedung Agung Yogyakarta pada 9 Juli 1949. Selain itu, dalam surat Sukarno kepada Sudirman pada 27 Desember 1949, panggilan yang digunakan Sukarno kepada Sudirman adalah ”Adinda”.
Kedekatan Sukarno dengan para pemimpin negara lain, seperti Perdana Menteri USSR Nikita Kruschev, Presiden Kuba Fidel Castro, Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, PM India Jawaharlal Nehru, dan Presiden Vietnam Ho Chi Minh, juga tak lepas dari dokumentasi. Dokumentasi ini ditampilkan dalam pameran tersebut.
Menurut Menteri Sekretaris Negara Pratikno, koleksi yang dipamerkan di Kantor Setneg ini adalah pembelajaran luar biasa yang bisa dipetik bangsa Indonesia. Di sisi lain, pameran tersebut sekaligus menunjukkan pentingnya arsip yang bisa dimanfaatkan untuk belajar oleh anak bangsa. Kendati demikian, arsip-arsip tersebut harus dijaga kelestariannya.