Kampanyekan Toleransi, Universitas Ma Chung Gelar OBOR
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, kembali menggelar Orientation Based on Reflections atau OBOR 2. Kegiatan itu berupa bermukim dan berbaur bersama dengan masyarakat berbeda keyakinan. Tujuannya untuk meningkatkan toleransi di antara mahasiswa yang berbeda latar belakang.
Kegiatan OBOR 2 dilakukan pada 24-26 Juli 2017 di beberapa lokasi. Kegiatan diikuti 35 peserta dan 18 panitia. Acara itu dilaksanakan oleh Biro Kemahasiswaan, Pendidikan Karakter dan Kepemimpinan.
Berikut ini lokasi kegiatan:
1. Pondok Pesantren Darush Sholihin Kota Batu (peserta menginap di Pondok Pesantren Santri – Komunitas Muslim), menerima 11 peserta.
2. Institut Injili Indonesia Batu (Komunitas Kristen Protestan - peserta menginap di seminari), menerima 7 peserta.
3. Biara Novisiat SVD Batu (Komunitas Katolik – peserta menginap di biara), menerima 12 peserta.
4. Kelenteng Kwan Im Tong (Komunitas Konghucu – peserta menginap di kelenteng), menerima 11 peserta.
5. Pura Luhur Giri Arjuna (komunitas Hindu – peserta menginap di rumah penduduk di Coban Talun), menerima 11 peserta.
6. Wihara Dhammadipa Arama (komunitas Buddha – peserta menginap di wihara), menerima 11 peserta.
7. Biara Kesusteran SSPS (komunitas Katolik – peserta menginap di biara), menerima 5 peserta.
”OBOR 2 dilaksanakan untuk membentuk karakter mahasiswa Universitas Ma Chung untuk menjadi insan yang berdaya cipta di masyarakat sesuai visi dan misi Universitas Ma Chung dengan menghidupi karakter toleransi antarumat beragama,” ujar Felik Sad Windu, Ketua Panitia OBOR 2, Kamis (27/7), saat menutup kegiatan tersebut.
Felix, yang juga Kepala Subbagian Pendidikan Karakter, mengatakan, kegiatan tersebut penting untuk terus memupuk kebersamaan antarmahasiswa dan lebih luas lagi antarbangsa.
”Toleransi antarumat beragama adalah keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Toleransi antarumat beragama adalah takdir yang harus dipahami dan dihidupi, terlebih bagi bangsa Indonesia saat ini di mana radikalisme telah mengancam kehidupan toleransi dan keberagaman,” ujarnya.
Saat berada di komunitas berbeda latar belakang, Felix berharap peserta mampu menggali pengalaman hidup bersama komunitas yang berbeda iman. ”Di akhir kegiatan, mahasiswa akan belajar membuat catatan refleksi diri yang berisikan tentang ilmu yang didapatkan selama kegiatan,” katanya.