Kecelakaan Bisa Ditekan, Tinggal Evaluasi Kemacetan
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS — Angka kecelakaan lalu lintas di wilayah Gresik, Jawa Timur, selama arus mudik dan arus balik Lebaran 1438 Hijriah bisa ditekan. Musim mudik tahun ini tercatat tujuh kecelakaan tersebar di wilayah Driyorejo dua kasus, serta Menganti, Kebomas, Kedamean, Dukun, dan Duduksampeyan masing-masing satu kasus.
Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resor Gresik Ajun Komisaris Nurhalim, Kamis (6/7), menjelaskan, data korban yang dirawat di rumah sakit 11 orang dan semuanya sudah dipulangkan. Tidak ada korban yang meninggal.
Kepala Polres Gresik Ajun Komisaris Besar Boro Windu Danandito menuturkan, selain menekan angka kecelakaan, kemacetan di Duduksampeyan berhasil diurai. Selama arus mudik dan arus balik disiagakan polisi.
Ada personel yang siaga di titik putar balik sekaligus di tiga titik pelintasan kereta api tanpa rel.
Rekayasa lalu lintas dilakukan dengan memasang pembatas jalan dan mengatur arus lalu lintas yang dari arah pasar harus belok kiri ke arah barat sekitar 150 meter baru memutar ke kampung. Begitu pula sebaliknya yang dari Kampung Duduksampeyan harus belok kiri ke timur sekitar 150 meter baru putar balik ke arah pasar efektif mengurai kemacetan. Ada personel yang siaga di titik putar balik sekaligus di tiga titik pelintasan kereta api tanpa rel.
Kejadian menonjol adalah peristiwa terbakarnya tiga kapal pada 27 Juni lalu di pelabuhan rakyat Gresik saat sedang sandar, yakni Kapal Layar Motor Putri Artha Pesona, KLM Hikmah Bersama dan KLM Kabar Utama. Penyebab pasti kebakaran menunggu penyelidikan tim laboratorium forensik dan menunggu bangkai kapal yang tenggelam terangkat.
Sementara itu, operasi Ramadhan dan Hari Raya (Ramadniya) di Bojonegoro tercatat ada dua korban meninggal dan 107 orang korban luka-luka akibat 53 kejadian kecelakaan. Kerugian material mencapai Rp 44,8 juta. Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Bojonegoro Inspektur Muda Mukari menyebutkan, data itu terhitung 16 hari mulai 19 Juni hingga 4 Juli lalu. Titik rawan di Desa Prayungan, Kecamatan Sumberrrejo.
Empat Polres LGBT (Lamongan, Gresik, Bojonegoro, Tuban) juga telah berkoordinasi untuk evaluasi penanganan kemacetan sepanjang jalur wilayah tersebut. Kepala Polres Bojonegoro Ajun Komisaris Besar Wahyu S Bintoro mengungkapkan, kemacetan terparah berlangsung pada Senin (26/6).
Dua korban meninggal dan 107 orang korban luka-luka akibat 53 kejadian kecelakaan di Bojonegoro.
Kemacetan dari Pasar Babat hingga Bojonegoro berlangsung hingga lima jam. Setelah itu arus balik pun bisa diantisipasi baik di jalur pantai utara Gresik-Lamongan, jalur Lamongan-Tuban, jalur tengah Lamongan ke Bojonegoro-Blora.
Titik kemacetan di antaranya perempatan Duduksampeyan pada jalur Gresik-Lamongan, jembatan lampu lalu lintas Mira di jalur Lamongan-Tuban, dan Pasar Babat untuk jalur Lamongan-Bojonegoro. Pelintasan kereta api di dekat Stadion Lamongan; barat terminal Lamongan; Bayeman dan Gajahbolong, Baureno, Kabupaten Bojonegoro, juga menjadi biang macet.
Sementara itu, Polres Tuban mencatat kejadian menonjol selama arus mudik dan arus balik adalah kecelakaan saat arus tujuh hari sebelum (H-7) Lebaran. Kepala Unit Kecelakaan Polres Tuban Inspektur Satu Nungki Sambodo menyebutkan, saat itu seorang penyeberang jalan, Sukadri (78), warga Plumpang, tertabrak mobil Honda Jazz warna hitam berpelat nomor S 1440 PE yang dikemudikan Lianto (52), warga Soko, Kabupaten Mojokerto. Peristiwa itu terjadi di Kalan Tuban, Semarang, Kilometer 18-19 Desa Compreng, Kecamatan Widang.