SLEMAN, KOMPAS — Jenazah Pastor Yoseph Suyatno Hadiatmojo Pr (57), seorang imam Katolik yang juga dikenal sebagai pejuang kemanusiaan, dimakamkan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (6/7) sore. Selama hidupnya, Romo Yatno aktif berjuang melakukan advokasi untuk orang-orang yang terpinggirkan serta giat mempromosikan hubungan harmonis di antara pemeluk agama yang berbeda.
”Romo Yatno aktif memperjuangkan keadilan dan nasib-nasib orang-orang kecil,” ungkap Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko dalam Perayaan Ekaristi Requiem di Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Sleman, Kamis siang.
Romo Yatno, yang merupakan imam di Keuskupan Agung Semarang, meninggal Selasa (4/7) pukul 23.23 di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, Jakarta, setelah menjalani operasi bypass jantung. Jenazah pria kelahiran Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 8 Mei 1960, itu, kemudian dibawa ke Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan.
Sesudah Perayaan Ekaristi Requiem, jenazah Romo Yatno dimakamkan di Pemakaman Pastor-pastor Praja Keuskupan Agung Semarang (KAS) di Kompleks Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan.
Upacara sebelum pemakaman jenazah dihadiri umat dan tokoh Katolik serta sejumlah pejabat, seperti Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Kepala Polda DIY Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Dofiri, serta Komandan Korem 072/Pamungkas Brigadir Jenderal TNI Fajar Setyawan.
Monsinyur Rubiyatmoko mengatakan, sejak menjadi calon imam, Romo Yatno sudah memiliki kepedulian terhadap masalah sosial. Itulah kenapa saat muda Romo Yatno pernah terlibat dalam advokasi warga yang rumahnya tergusur karena pembangunan Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah pada tahun 1980-an. ”Romo Yatno bergaul tidak hanya dengan kalangan atas dan menengah, tapi juga dengan masyarakat yang paling sederhana,” ujarnya.
Menurut Rubiyatmoko, beberapa waktu terakhir, Romo Yatno juga masih aktif dalam kegiatan sosial meski kondisi kesehatannya menurun. Saat Rubiyatmoko menjenguknya beberapa waktu lalu di rumah sakit, Romo Yatno bercerita tengah membantu pembangunan mushala di sebuah desa dan mencarikan beasiswa untuk anak-anak kurang mampu.
Romo Yatno juga terlibat dalam pendirian Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) di Yogyakarta. FPUB merupakan forum yang beranggotakan para tokoh lintas iman dan bertujuan mempromosikan toleransi dan persaudaraan di antara pemeluk agama berbeda. ”Romo Yatno sudah memberikan banyak hal untuk gereja dan masyarakat,” kata Rubiyatmoko.
Koordinator FPUB KH Abdul Muhaimin mengatakan, Romo Yatno adalah pastor yang bisa bergaul dan dekat dengan berbagai kalangan, termasuk umat dari agama lain, tanpa ada masalah. Dia mengatakan, Romo Yatno juga dikenal sebagai sosok yang bersedia membantu orang lain yang membutuhkan.
”Dia itu betul-betul seorang sahabat sejati yang saya kenal selama 20 tahun. Jadi, saya merasa sangat kehilangan,” kata Muhaimin yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat, Kotagede, Yogyakarta.
Karena pengabdiannya, Romo Yatno pernah mendapat penghargaan tingkat nasional dan internasional. Pada 2011, misalnya, ia mendapat penghargaan Ashoka Social Entrepreneur dari Asosiasi Para Wirausaha Sosial Global yang bermarkas di Washington DC, Amerika Serikat. Pada 2013, Romo Yatno mendapat penghargaan Kalpataru bersama 18 tokoh lingkungan lainnya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.