Bertepatan dengan Idul Fitri, Filipina menghentikan penyerbuan di Marawi sebagai bentuk penghormatan terhadap warga Muslim.
Oleh
A Tomy Trinugroho
·1 menit baca
MANILA, MINGGU — Militer Filipina, Minggu (25/6), mulai menerapkan penghentian selama delapan jam serangan terhadap kelompok ekstrem di kota Marawi, Pulau Mindanao, Filipina selatan. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan bagi warga Marawi merayakan berakhirnya puasa Ramadhan atau Idul Fitri.
Juru bicara militer Filipina, Brigjen Restituto Padilla, mengatakan, penghentian serangan mulai diberlakukan pada pukul 06.00 waktu setempat atau 05.00 WIB. Namun, ia menambahkan, penghentian serangan akan dicabut jika kelompok ekstrem mulai melepaskan tembakan yang membahayakan pasukan pemerintah ataupun warga sipil.
”Kalau musuh mulai menembak... siapa pun boleh melakukan upaya pembelaan diri,” ujar Padilla dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 500 milisi yang menyatakan diri berafiliasi dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyerbu Marawi, kota berpenduduk sekitar 200.000 orang, pada 23 Mei. Mereka menduduki sejumlah gedung, membakar bangunan sekolah, serta mengibarkan bendera NIIS.
Menghadapi krisis tersebut, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menerapkan darurat militer di wilayah Filipina selatan. Ia juga memerintahkan penyerbuan secara masif untuk mengalahkan kelompok ekstrem Maute.
Menurut Padilla, gencatan senjata diterapkan sebagai wujud sikap militer yang menghormati Muslim.
Pertempuran di Marawi telah memaksa lebih dari 300.000 orang mengungsi. Mereka memadati pusat-pusat pengungsian. (AP)