Sepuluh Tahun Simpang Cikunir, Kemacetan Makin Menghantui
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
Sebuah artikel di harian Kompas, Sabtu (17/6), di halaman 1, mengingatkan kembali kepada kita soal kemacetan di Simpang Cikunir. Simpang itu menjadi pertemuan antara Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta dan Jalan Tol Cikampek. Kemacetan terutama terjadi pada arus lalu lintas dari Tol Lingkar Luar, khususnya dari selatan Jakarta menuju arah Cikampek.
Apa penyebab kemacetan? Berdasarkan pengamatan, itu diakibatkan oleh sempitnya koridor jalan menghubung dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta alias JORR menuju Tol Cikampek. Laju kendaraan pun harus melambat. Belum lagi, banyak kendaraan berat yang melintas di rute itu.
Sudah begitu, kini sedang berlangsung pembangunan kereta ringan (LRT) di sisi utara dari Tol Cikampek. Penyempitan ruas Tol Cikampek kemudian berimbas pada penumpukan kendaraan di bawah Simpang Cikunir dari berbagai arah. Antrean kendaraan pun mengular.
Meski demikian, kemacetan di Simpang Cikunir sesungguhnya tidak dapat begitu saja ditimpakan pada penyempitan jalan dan pekerjaan pembangunan LRT yang ”memakan” bahu jalan dari Tol Cikampek.
Akar persoalannya tentu saja karena lambatnya pembangunan infrastruktur. Seharusnya, kini sudah terbangun jaringan Jakarta Outer Outer Ring Road atau biasa disebut sebagai JORR II. Ruas tol itu seharusnya menghubungkan Serpong-Depok-Cimanggis-Cileungsi-Cibitung. Andai JORR II sudah jadi, Simpang Cikunir takkan lagi dibebani volume kendaraan sedemikian besar.
Andai JORR II sudah jadi, Simpang Cikunir takkan lagi dibebani volume kendaraan sedemikian besar.
Tahukah Anda bahwa Simpang Cikunir sudah hampir dioperasikan selama 10 tahun?
Setelah tertunda selama lebih dari dua tahun, JORR Ruas E1 Seksi IV, atau lebih dikenal sebagai ruas Jatiasih-Cikunir, akhirnya diresmikan pengoperasiannya hari Selasa (28/8/2007).
Ketika itu, peresmian tol seksi Jatiasih-Cikunir dilakukan Menteri Koordinator Perekonomian Boediono, disaksikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil.
”Beroperasinya ruas tol Cikunir ini semoga dapat mengurai kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Infrastruktur jalan radial untuk Jakarta ini pun sangat penting untuk mendukung mobilitas penduduk dan barang, apalagi 22 persen perekonomian nasional berada di Jadebotabek,” kata Boediono, ketika itu.
Mundur dua tahun
Djoko Kirmanto pernah menjelaskan, kendala pembebasan lahan di ruas Cikunir menyebabkan dimundurkannya pengoperasian tol hingga dua tahun.
Djoko dalam kesempatan itu juga mengumumkan tarif tol ruas Ulujami-Cilincing (45 kilometer) sebesar Rp 6.000 untuk golongan I. Kini, 10 tahun berselang, tarif tol itu mencapai Rp 9.500 untuk golongan I.
Direktur Utama PT Jasa Marga (saat itu) Frans S Sunito mengatakan, seksi Cikunir merupakan mata rantai terakhir di ruas Ulujami hingga Cilincing, yang selama ini terkendala pembebasan lahan.
Dengan beroperasinya seksi Cikunir, berarti untuk ruas JORR masih harus diselesaikan pembangunan ruas Kebon Jeruk-Penjaringan (ruas W1), Ulujami-Kebon Jeruk (ruas W2 Utara), dan Tol Akses Pelabuhan Tanjung Priok.
Nah, setelah 10 tahun berlalu, setelah ruas tol Ulujami-Kebon Jeruk dioperasikan, jelas sebuah kesalahan ketika hanya Simpang Cikunir yang menjadi tumpuan. Kemacetan di Simpang Cikunir pun hanya dapat terurai ketika JORR II benar-benar selesai. Atau, ketika ruas tol Jakarta-Cikampek II (elevated) selesai dibangun tahun 2019 sehingga akar persoalan kemacetan menjadi tuntas. Namun, 2019 ternyata masih dua tahun lagi, itu pun jika pembangunan tol Jakarta-Cikampek II sungguh tanpa hambatan.
Jadi, mohon maaf, tampaknya kemacetan di Simpang Susun Cikunir belum akan berakhir dalam waktu depan ini. Jika tidak ingin ”tersiksa” saat arus mudik ini, silakan gunakan alternatif transportasi lain atau atur strategi terbaik sebelum melintas di Simpang Susun Cikunir.