Keinginan Kaisar Jepang untuk Mundur Sebentar Lagi Terwujud
Oleh
A Tomy Trinugroho
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Rencana Kaisar Jepang Akihito untuk turun dari takhta tinggal selangkah lagi terwujud. Pada Jumat (2/6), majelis rendah parlemen Jepang menyetujui rancangan undang-undang yang memungkinkan pengunduran diri kaisar Jepang dilakukan.
Dalam waktu sekitar 200 tahun, baru kali ini bisa terjadi pengunduran diri oleh kaisar. Terakhir kali pengunduran diri kaisar terjadi pada tahun 1817.
Pada 2016, Akihito (83) menyampaikan kekhawatiran bahwa usianya yang menua akan membuat dirinya kesulitan untuk memenuhi kewajibannya sebagai kaisar. Akihito saat ini sudah menjalani operasi jantung dan upaya mpenyembuhan kanker prostat.
Akihito sudah bekerja selama beberapa dekade untuk mengobati luka yang dialami Jepang akibat Perang Dunia II. Jika mundur nanti, ia akan digantikan oleh Putra Mahkota Naruhito (57).
Tinggal tunggu majelis tinggi
Rancangan undang-undang itu diloloskan oleh majelis rendah yang memiliki kekuasaan lebih besar daripada majelis tinggi. Hanya sedikit di antara anggota majelis rendah yang tidak setuju dengan rancangan undang-undang pengunduran diri kaisar.
Rancangan undang-undang selanjutnya dibawa ke majelis tinggi sebelum sesi persidangan parlemen saat ini berakhir beberapa pekan mendatang. Undang-undang ini nantinya hanya berlaku untuk Akihito dan tidak berlaku bagi kaisar-kaisar selanjutnya.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga berharap pengesahan undang-undang tersebut berlangsung dengan cepat. Hal ini disampaikannya sebelum digelar pemungutan suara oleh majelis rendah.
Menurut undang-undang yang tinggal menunggu pengesahan majelis tinggi tersebut, pengunduran diri Akihito harus diakukan dalam waktu tiga tahun. Jika lebih dari batas waktu tersebut, regulasi ini tidak berlaku lagi. Regulasi juga menyebutkan bahwa pengunduran diri khusus diterapkan terhadap Akihito.
Sejumlah sarjana dan politisi khawatir, jika dibuat regulasi yang memungkinkan semua kaisar boleh mundur, monarki Jepang akan menjadi sasaran manipulasi politik.
Perempuan
Pada Jumat, majelis rendah mengeluarkan pula resolusi tidak mengikat yang meminta pemerintah untuk mempertimbangkan memberikan peran lebih besar kepada perempuan dalam monarki Jepang. Saat ini, selain tidak bisa menjadi kaisar, perempuan kerajaan juga kehilangan status sebagai anggota monarki jika menikah dengan warga biasa.
Hal ini tidak berlaku bagi anggota monarki yang laki-laki. Akihito dan kedua putranya menikah dengan orang biasa dan mereka tetap memiliki peluang untuk menjadi kaisar. Padahal, pada masa lalu, Jepang pernah diperintah oleh perempuan kaisar.
Jika nanti putra Akihito, yakni Naruhito, naik takhta, posisi putra mahkota akan ditempati adiknya, Akishino, karena satu-satunya anak Naruhito adalah perempuan. Setelah Akishino, calon pemegang takhta selanjutnya ialah putra Akishino yang kini baru berusia 10 tahun, Hisahito.
Setelah Hisahito, sekarang belum ada lagi penerus takhta. Dengan demikian, kelanjutan proses suksesi kekaisaran Jepang akan berhenti jika Hisahito tidak mempunyai anak laki-laki pada masa mendatang.
Kabar mengenai rencana pertunangan cucu kaisar, Mako (25), dengan teman kuliahnya memicu perdebatan tentang apakah regulasi perlu diubah sehingga anggota kerajaan yang perempuan dimungkinan untuk menjadi kaisar. (REUTERS/AFP)