SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, akan melebarkan lima ruas jalan pada tahun 2017. Pelebaran dilakukan di sisi jalan menuju Kota Surabaya dengan lebar sekitar 10 meter hingga 17 meter.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati, Jumat (3/2/2017), di Surabaya, mengatakan, kelima ruas jalan yang akan mengalami pelebaran jalan adalah frontage Jalan Raya Wonokromo, MERR, Wiyung, Babatan, dan Kedung Baruk. Pelebaran dilakukan secara bertahap sesuai dengan prioritas titik kemacetan.
Di sepanjang Jalan Raya Wonokromo, sejumlah persil yang terletak 10 meter dari bahu jalan telah ditandai dengan cat biru. Sejumlah toko sudah memasang pengumuman di depan pintu bahwa mereka akan pindah ke lokasi lain akibat rencana pelebaran jalan.
Setiap pagi dan sore hari, di lokasi-lokasi tersebut sering terjadi kemacetan. Hal itu disebabkan banyaknya kendaraan yang masuk dari Kota Sidoarjo menuju Kota Surabaya. Kebanyakan pengendara adalah para pegawai di Kota Surabaya yang berdomisili di Kota Sidoarjo.
Erna mengatakan, dari kelima titik tersebut, masih ada 24 pemilik tanah persil yang belum sepakat dengan ganti rugi dari Pemkot Surabaya. Ke-24 titik tersebut yakni di frontage Jalan Raya Wonokromo sebanyak tujuh titik, 10 titik di MERR, satu titik di Wiyung, lima titik di Babatan, dan satu titik di Kedung Baruk.
“Penyelesaian ke-24 pemilik tanah tersebut dilakukan melalui konsinyering dengan pengadilan. Pemkot Surabaya telah memberikan Rp 29 miliar untuk ganti rugi kepada pihak terdampak yang belum sepakat dengan uang pengganti,” katanya.
Pelaksanaan pelebaran jalan di lima lokasi tersebut dimulai tahun 2017. Saat ini, proses pembangunan sudah masuk ke tahap lelang fisik. Pemkot Surabaya menganggarkan Rp 56 miliar untuk pembangunan di lima lokasi tersebut.
Belum ada sosialisasi
Sejumlah warga yang berada di sekitar Jalan Raya Wonokromo mendukung proyek pelebaran jalan itu karena dipercaya bisa mengurangi kemacetan menuju arah pusat kota. Akan tetapi, para pedagang yang terdampak proyek tersebut mengaku belum mendapat sosialisasi dari pemkot terkait rencana pembebasan lahan di kawasan itu.
Saiful Affandi (42), pedagang pulsa dan aksesoris ponsel, menuturkan, hingga saat ini, informasi yang diterima pedagang masih simpang-siur sehingga menimbulkan kebingungan di antara mereka. Para pedagang berharap bisa segera mendapat arahan dari pemkot.
“Dengan adanya sosialisasi, para pedagang bisa menentukan langkah yang perlu diambil setelah ada pembebasan lahan,” ujarnya.
Bertha Silitonga (50), penjual buku, mengatakan, dia belum mengetahui kapan pembebasan lahan dimulai. Informasi yang dia dengar baru sekadar dari sesama pedagang. “Persiapan pindah itu butuh waktu lama sehingga kami berharap dapat informasi dari jauh-jauh hari,” kata Bertha. (IQBAL BASYARI)