Teman
Teman spiritual hidup dengan sederhana, tidak mentereng, sangat menginjak bumi sehingga dekat dengan mereka itu saya akan jauh lebih tenang dan tak perlu harus sehati-hati seperti terhadap teman duniawi.
Beberapa waktu lalu saya melakukan evaluasi terhadap pertemanan saya selama tahun-tahun ini, dan saya mengakhiri evaluasi itu dengan mengategorikan pertemanan itu. Yang Pertama adalah teman duniawi dan yang kedua adalah teman spiritual. Begini ceritanya.
Teman duniawi
Saya yakin ketika Anda membaca kalimat teman duniawi, Anda akan berpikir bahwa ini adalah sebuah kategori pertemanan yang sangat dangkal. Anda benar sebenar-benarnya. Kategori ini adalah teman yang hanya numpang lewat. Yang saya sapa dan yang disapa oleh mereka hanya kalau ulang tahun, atau merayakan hari raya.
Pertemanan duniawi ini adalah sekelompok orang yang saya percaya menjadi teman semata dan tidak saya percayai sebagai teman di mana saya menceritakan sebuah masalah atau meminta jalan keluarnya.
Kelompok ini adalah teman yang juga jarang saya temui, sejarang mengirim pesan atau menanyakan kabarnya. Pertemanan yang tidak menciptakan sense of urgency untuk disapa. Disebut duniawi, karena buat saya sekelompok manusia dalam kategori ini umumnya memang untuk kegiatan duniawi bukan maksiat, meski maksiat juga duniawi sifatnya.
Mereka adalah teman untuk tertawa di meja rumah makan, bercerita tentang kehidupan orang lain yang tak pernah saya dengar. Kadang membuat saya terkejut juga mendengar cerita-cerita mereka. tetapi harus saya akui, semua itu sungguh menyenangkan gendang telinga dan menambah pengetahuan saya tentang seseorang.
Kadang cerita itu belum tentu benar, tetapi paling tidak saya mendapat informasi terbaru supaya jangan terlalu kuper. Kelompok ini terdiri dari berbagai sifat manusia. Ada yang munafik, yang selalu menanyakan kabar saya kalau bertemu tetapi entah mengapa saya merasa pertanyaannya itu hanya sekadar basa-basi.
Ada yang sok jagoan, ada yang tak mau mengalah kalau sudah bercerita dan selalu ingin terlihat sangat maju dalam cerita-cerita mengenai kehidupan orang lain, ada yang senangnya pamer barang-barang bermereknya, ada yang bicaranya hanya seputar baju, jalan-jalan dan makan di resto mahal, dan hadir di beberapa pesta orang terkenal. Saya mendengar ceritanya, mengambil kesimpulan bahwa itu sangat penting bagi mereka.
Mereka berkumpul bersama, tetapi di belakang saling membicarakan. Ada saja yang menjadi topiknya. Kadang saya harus berhati-hati kalau masuk dalam kategori ini. Mereka bisa saja membicarakan saya di belakang meski di depan mereka memeluk dan menyapa saya dengan ramah.
Sudah berhati-hati saja, mereka bisa menciptakan topik untuk membicarakan saya di belakang. Saya dapat merasakan itu. Kesimpulannya, kategori pertemanan ini adalah kategori pertemanan yang benar-benar menaikkan adrenalin.
Teman spiritual
Saya juga yakin bahwa Anda sudah mengerti apa yang saya maksud dengan pertemanan spiritual. Pertemanan ini bukanlah sekelompok manusia tanpa dosa, bukan juga yang kerjanya hanya berdoa dan membaca alkitab, bukan juga yang pembicaraannya hanya seputar kehidupan spiritual, bukan yang tak pernah absen ke rumah ibadah sepanjang tahun.
Kategori ini tetap manusia biasa yang melakukan kesalahan di tengah usaha mereka untuk menjadi manusia yang berkenan kepada Tuhan dan bukan berkenan kepada persyaratan dunia. Kategori ini juga adalah sekelompok orang yang terdiri dari berbagai macam latar belakang yang berbeda baik secara kemampuan finansial maupun pendidikan.
Tetapi, satu hal yang jadi benang merahnya, mereka sangat sederhana. Mereka hidup dengan sederhana, tidak mentereng, sangat menginjak bumi sehingga dekat dengan mereka itu saya akan jauh lebih tenang dan tak perlu harus sehati-hati kategori pertemanan yang pertama di atas.
Mereka selalu memiliki waktu dan kemauan untuk menyapa saya, menelepon saya atau hanya mengirim pesan secara rutin. Apalagi ketika mendengar saya masuk rumah sakit. Mereka menolong saya, mengantar saya ke rumah sakit, menengok saya setiap hari sebisa waktu mereka di tengah kesibukan sebagai profesional dan ibu rumah tangga.
Kalau mendoakan saya itu sudah pasti. Beberapa di antaranya sangat rajin mengirimkan pesan berupa ayat-ayat alkitab yang selalu mengingatkan saya agar saya lebih mencintai Tuhan dan jalan-jalan-Nya, dengan demikian saya menjadi tahu tentang janji Tuhan, sehingga kalau saya mau menagih janji, dapat lebih kencang berdoanya karena sudah tahu begitu banyak janji-Nya yang saya ketahui dari ayat-ayat yang dikirimkan itu.
Mereka tak pernah memaksa saya dan menggurui dalam setiap percakapan, tetapi lebih banyak bercerita tentang pengalaman spiritual dalam hidup mereka sehari-hari sehingga saya bisa menyambungkan itu kepada kehidupan saya juga. Kadang cerita mereka membuat saya berpikir, ah…betapa saya ini sangat beruntung.
Saya sampai merasa bahwa kategori ini adalah sekelompok manusia yang dikirim Tuhan untuk membantu saya baik secara duniawi dan secara spiritual. Saya malah berpikir bahwa Tuhan sendirilah yang datang kepada saya, dengan menggunakan mereka sebagai mediumnya.
Maka saya mau menyarankan kepada Anda semua, mintalah support system yang datang dari Tuhan bukan dari dunia ini. Saya telah membuktikan bahwa punya teman yang tepat itu bukan sekadar mengenal seseorang, itu juga sebuah anugerah Ilahi.