Bagaimana kondisi daya beli masyarakat pasca-Lebaran? Kenaikan harga pangan dan energi yang berbuah inflasi, serta kebutuhan tahun ajaran baru 2022/2023, sudah menanti dan bakal menambah beban pengeluaran masyarakat.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pengunjung ramai di pujasera atau food court di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (3/5/2022). Libur Lebaran dimanfaatkan warga untuk bepergian bersama keluarga seperti ke tempat wisata dan pusat perbelanjaan untuk berburu kuliner.
Pelonggaran aktivitas pada libur Lebaran 2022 membawa berkah bagi perekonomian. Belanja masyarakat, jumlah uang beredar, dan omzet para pelaku usaha di berbagai sektor meningkat. Lalu, bagaimana kondisi dompet masyarakat pasca-Lebaran?
Jumlah uang beredar selama Lebaran diperkirakan sekitar Rp 250 triliun. Dilihat dari realisasi penarikan tunai saja, jumlahnya cukup besar. Bank Indonesia (BI) mencatat, realisasi penarikan uang tunai pada periode Ramadhan dan Lebaran 2022 mencapai Rp 180,2 triliun, tumbuh 16,6 persen dibanding periode yang sama 2021 yang sebesar Rp 154,5 triliun.
Indeks belanja sepanjang Ramadhan 2022 juga meningkat cukup signifikan. Mandiri Institute mencatat, per 1 Mei 2022, indeks belanja tersebut secara nasional sebesar 179,4 persen, tumbuh 31 persen dibandingkan Ramadhan 2021.
Geliat ekonomi hari raya itu akan menjaga tren positif pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan perekonomian pada triwulan tersebut tumbuh 3,5-4 persen ditopang oleh konsumsi selama Ramadhan-Lebaran 2022.
Pada triwulan I-2022, perekonomian Indonesia tumbuh 5,01 persen secara tahunan. Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,34 persen secara tahunan menjadi salah satu penopangnya. Namun, jika dibandingkan triwulan IV-2021, pertumbuhannya hanya 0,19 persen.
Geliat ekonomi hari raya itu akan menjaga tren positif pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022. Perekonomian pada triwulan tersebut diperkirakan tumbuh 3,5-4 persen ditopang oleh konsumsi selama Ramadhan-Lebaran 2022.
Hal itu menunjukkan konsumsi rumah tangga yang mencerminkan daya beli masyarakat belum pulih total. Kendati akan menjadi sumber pertumbuhan pada triwulan II-2022 lantaran efek geliat konsumsi pada Ramadhan-Lebaran, konsumsi rumah tangga pasca-Lebaran tetap perlu diperhatikan.
Kantong bolong
Seusai Lebaran, dompet sebagian besar masyarakat kembali berkurang drastis. Tunjangan hari raya dan dana bantuan langsung tunai hanya numpang lewat. Dengan kondisi itu, masyarakat masih harus berhadapan dengan tahun ajaran baru 2022/2023.
Banyak biaya yang perlu ditanggung, antara lain, uang gedung, buku pembelajaran, dan seragam. Belum lagi jika harus mengeluarkan uang untuk membeli sepatu dan tas baru, serta perlengkapan sekolah lainnya.
Selain itu, masyarakat juga masih dihadapkan pada kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dan energi. Harga minyak goreng curah masih tinggi, rata-rata Rp 17.000 per liter. Harganya masih di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kilogram.
Begitu pula harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium yang harganya mengikuti pasar. Harga rata-ratanya masih di atas Rp 23.000 per liter.
Harga gandum atau tepung terigu juga terus bergerak naik di kisaran Rp 11.500-Rp 12.000 per kg. Bahkan, akan dinaikkan dua kali secara bertahap sebesar 2-3 persen. Begitu juga dengan harga kedelai impor yang sudah menembus Rp 14.100 per kg, jauh di atas harga psikologisnya yang maksimal Rp 12.000 per kg.
Pekerja mengemas minyak goreng curah ukuran setengah kilogram di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (30/1/2022). Minyak goreng curah masih diminati pembeli.
Survei Konsumen BI menunjukkan keyakinan konsumen terhadap perekonomian nasional membaik. Indeks keyakinan konsumen (IKK) pada April 2022 sebesar 113,1, lebih tinggi dari Maret 2022 yang sebesar 111. Indeks itu berada di atas 100 atau level optimistis.
Namun, indeks ekspektasi kondisi ekonomi (IEK) turun. IEK April 2022 tercatat 127,2, lebih rendah dari Maret 2022 yang sebesar 128,1. Melemahnya ekspektasi konsumen ini disebabkan oleh penurunan ekspektasi konsumen terhadap kondisi usaha, penghasilan, dan ketersediaan lapangan kerja ke depan.
Indeks ekspektasi konsumen terhadap perkembangan kegiatan usaha, misalnya, turun 0,8 poin menjadi 125. Penurunan ini ditengarai oleh kekhawatiran responden terhadap melemahnya daya beli masyarakat akibat dampak kenaikan harga beberapa komoditas, seperti minyak goreng dan bahan bakar minyak, serta pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 persen.
Oleh karena itu, daya beli masyarakat pasca-Lebaran tetap perlu dijaga, terutama kelas bawah. Beberapa hal yang dapat digulirkan adalah menggeliatkan sektor informal, kembali memberikan perlindungan sosial, dan menumbuhkan lapangan kerja padat karya.
Dan yang paling penting adalah menjaga stok dan menstabilkan harga pangan. Optimalkan program Minyak Goreng Bersubsidi dan Minyak Goreng Rakyat tanpa subsidi seharga Rp 14.000 per liter. Pastikan program-program tersebut menyasar rumah tangga tak mampu dan usaha mikro.
Selain itu, pemerintah sebaiknya tidak menaikkan harga pertalite, elpiji bersubsidi, dan tarif dasar listrik. Apalagi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pada 19 Mei 2022, menyatakan APBN 2022 masih cukup longgar untuk menanggung subsidi energi. Tambahan subsidi bahan bakar minyak, elpiji, dan tarif dasar listrik diusulkan Rp 74,9 triliun.
Pasca-Lebaran, masih banyak hal yang menjadi beban masyarakat, termasuk tahun ajaran baru, serta kenaikan inflasi pangan dan energi. Daya beli belum sepenuhnya pulih. Jangan sampai masyarakat kembali didera ”kantong bolong”.