Hari-hari ini ramai diperbincangkan dugaan adenovirus sebagai penyebab hepatitis pada anak. Ada banyak jenis adenovirus yang bisa menyebabkan radang pada saluran pernapasan, pencernaan, kandung kemih, dan saraf.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Setelah pandemi Covid-19 mereda, dunia dihebohkan dengan kejadian luar biasa hepatitis yang belum diketahui penyebabnya pada anak-anak yang semula sehat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hepatitis yang menyerang bayi hingga remaja itu pertama kali diidentifikasi di Inggris dan Irlandia Utara pada awal April 2022. Gejala umumnya berupa penyakit kuning, radang hati, diare, muntah, dan sakit perut.
Pada kasus di sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat, sejauh ini tidak terdeteksi virus hepatitis A, B, C, D ataupun E. Adenovirus tipe 41 terdeteksi setidaknya pada 74 kasus. Beberapa penderita mengalami koinfeksi dengan SARS-CoV-2. Umumnya para penderita sehat kembali setelah dirawat. Namun, 17 anak membutuhkan transplantasi hati dan satu anak meninggal.
Laporan Mingguan Kesakitan dan Kematian (MMWR) Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, 29 April 2022, menyebutkan, sepanjang Oktober-November 2021, di Alabama ada lima pasien anak dengan hepatitis parah, gangguan pernapasan, dan infeksi adenovirus. Hingga Februari 2022, ada tambahan empat kasus hepatitis anak dari negara bagian lain.
Pada mereka tidak terdeteksi virus hepatitis A, B, C, ataupun SARS-CoV-2. Adenovirus tipe 41 terdeteksi pada semua pasien yang diuji dengan reaksi rantai polimerase (PCR). Sebagian penderita juga positif virus Epstein-Barr (EBV), enterovirus/rhinovirus, metapneumovirus, virus pernapasan sinsisial (RSV), dan human coronavirus OC43. Tiga pasien mengalami gagal hati akut, dua di antaranya diobati dengan cidofovir dan steroid serta mendapatkan transplantasi hati.
Meski ada dugaan adenovirus berperan dalam kasus-kasus hepatitis, sejauh ini penyebabnya masih diteliti, belum dipastikan. Kecurigaan pada vaksinasi Covid-19 disingkirkan karena anak di bawah usia lima tahun belum divaksinasi.
Kecurigaan pada vaksinasi Covid-19 disingkirkan karena anak di bawah usia lima tahun belum divaksinasi.
Kasus hepatitis akut pada anak sehat sebenarnya bukan hal baru. Pia Kiwan dan Dany Al Hamod dari Departemen Pediatrik Rumah Sakit Pendidikan Saint George Universitas Balamand, Lebanon, melaporkan kasus hepatitis pada anak perempuan berusia enam tahun di Journal of Pediatrics & Neonatal Care, 16 November 2017. Meski lahir prematur, anak ini berkembang normal. Tidak memiliki riwayat penyakit hati, paparan agen toksik, atau pemberian obat yang bisa menyebabkan hepatitis.
Gejala diawali dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas, kemudian muntah, diare, sakit perut, dan mengalami kuning. Hasil uji PCR terdeteksi adenovirus, sedangkan virus hepatitis, EBV, sitomegalovirus, ataupun herpes simpleks negatif. Setelah mendapat perawatan, anak itu dinyatakan sembuh.
Menurut peneliti, meski jarang, infeksi adenovirus harus dipertimbangkan dalam hepatitis akut pada anak. Karena virus apa pun yang menyebabkan hepatitis akut berpotensi menimbulkan gagal hati.
Laman CDC menyebut, adenovirus adalah virus dengan 20 sisi berukuran 90-100 nanometer. Virus ini relatif tahan terhadap disinfektan umum, dapat dideteksi pada permukaan, seperti gagang pintu dan benda-benda lain, juga pada air kolam renang dengan khlorin tak memadai serta danau kecil.
Menurut laman Universitas Stanford, adenovirus pertama kali ditemukan tahun 1953 oleh Wallace Rowe dan kolega. Penelitian John Tretin dan kolega pada 1962 mendapatkan, adenovirus tipe 12 menyebabkan kanker pada bayi hamster di laboratorium.
Ada lebih dari 50 jenis adenovirus yang berbeda dan dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Umumnya adenovirus menyebabkan gangguan pernapasan, mulai dari flu biasa, bronkitis, hingga pneumonia, croup (batuk bertubi-tubi sehingga penderita kesulitan bernapas dan bernada tinggi saat menarik napas). Adenovirus tipe 3, 4, 7, dan 14 paling sering dikaitkan dengan penyakit pernapasan akut. Pada mereka dengan sistem kekebalan tubuh lemah, adenovirus tipe 7 bisa mengancam jiwa.
Jenis adenovirus lain, misalnya tipe 8, 19, 37, 53, dan 54, dapat menyebabkan konjungtivitis (radang selaput mata), tipe 40 dan 41 menyebabkan gastroenteritis (infeksi saluran pencernaan), ada pula yang menimbulkan sistitis (radang kandung kemih). Meski jarang ada adenovirus yang menyebabkan gangguan saraf.
Ringkasnya, adenovirus dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat. Orang dengan sistem kekebalan lemah, memiliki gangguan pernapasan, atau jantung, berisiko lebih tinggi mengalami gejala parah jika terinfeksi.
Virus ini menular melalui kontak penderita, misal lewat sentuhan tangan atau benda yang terkena virus, percikan batuk atau bersin penderita. Adenovirus juga menyebar lewat cemaran tinja pada makanan, air kolam renang, dan danau kecil.
Apa yang harus dilakukan jika anak terinfeksi adenovirus?
Laman Cedar-Sinai, 4 Desember 2018, menyatakan, pada anak dan orang dewasa dengan sistem kekebalan normal, adenovirus hanya menimbulkan gejala ringan yang bisa sembuh sendiri dalam 5-7 hari.
Perawatan umumnya bersifat suportif, seperti banyak istirahat, pemberian cairan elektrolit, juga pereda demam yang dijual bebas. Antibiotik tidak diperlukan karena tidak membunuh virus. Antivirus hanya digunakan untuk mengobati infeksi dengan gejala parah pada mereka dengan sistem kekebalan rendah.
Mencegah infeksi adenovirus bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan hidung, tangan, mulut, dan makanan. Juga tidak sembarangan berenang di perairan atau kolam renang yang tidak terawat.