Buruh Pun Butuh Dana Pensiun

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Buruh dari berbagai organisasi di Batam, Kepulauan Riau, menggelar unjuk rasa dalam rangka Hari Buruh Internasional di depan Kantor Wali Kota Batam, Selasa (1/5/2018). Dalam unjuk rasa itu, salah satu tuntutan mereka adalah agar Gubernur Riau segera menetapkan upah minimum sektoral Kota Batam.

Menurut definisi buruh yang tertuang dalam Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Dalam keseharian, istilah buruh merujuk pada banyak profil, seperti buruh, karyawan, pegawai, dan lainnya. Intinya sama, buruh bukanlah pemilik modal, melainkan pihak yang bekerja untuk pemilik modal.

Menjadi buruh atau pekerja tentu tidak dapat dilakukan selamanya. Bisa jadi, seorang buruh akan pindah kuadran menjadi pemilik modal ketika ia mulai menjual makanan beku secara daring di lokapasar dan mempekerjakan orang lain.

Satu hal yang pasti, semua pekerja atau buruh akan menua dan berkurang kekuatannya. Masa produktif akan berakhir dan tenaga semakin berkurang.

Satu hal yang pasti, semua pekerja atau buruh akan menua dan berkurang kekuatannya. Masa produktif akan berakhir dan tenaga semakin berkurang. Padahal, kebutuhan masih terus berjalan sampai kita menutup mata.

Pada masa inilah tetap diperlukan penghasilan. Dana pensiun merupakan uang atau aset yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan di masa tidak produktif seperti ini.

Menurut survei dari Asosiasi Dana Pensiun, tunjangan pensiun yang diperoleh dari dana pensiun publik seperti Jamsostek Ketenagakerjaan atau dana pensiun perusahaan hanya dapat menutupi 30 persen kebutuhan pada masa pensiun. Kebutuhan ketika pensiun juga hanya berkurang 10-15 persen dibandingkan kebutuhan pada akhir masa produktif.

Baca juga: Margin, Pisau Bermata Dua

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Aparatur sipil negara (ASN) yang akan segera pensiun dan yang sudah pensiun tertawa lepas saat komedian Cak Lontong dan Nur Akbar menghibur mereka dalam acara Program Wirausaha ASN dan Pensiunan di Sentul International Convention Center, Bogor, Rabu (16/1/2019). Kegiatan ini sebagai ajang untuk menyiapkan ASN agar bisa berwirausaha setelah pensiun.

Yang terbaik adalah mempersiapkan dana pensiun mandiri untuk memenuhi kebutuhan setelah pensiun. Setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan sumber penghasilan ketika pensiun, yaitu menyewakan aset properti, seperti rumah atau apartemen.

Salah satu cara menentukan harga sewa per tahun adalah dengan menggunakan patokan 3-5 persen dari harga properti. Misalnya, jika harga properti senilai Rp 500 juta, harga sewa per tahun berkisar Rp 15 juta. Tentu cara ini bukan satu-satunya, melainkan dapat dikombinasikan dengan fasilitas sekitar, lokasi, dan faktor lain.

Sumber lain adalah pembagian dividen dari saham atau kupon bunga obligasi. Emiten yang memberikan dividend yield tertinggi bisa dicek pada daftar indeks IDX High Dividend 20.

PT Adaro Energy Indonesia, misalnya, memberikan dividend yield sebesar 5,1 persen. Dividend yield dihitung dari jumlah dividen yang diberikan dibagi harga saham. Ini belum memperhitungkan harga saham Adaro yang naik lebih dari 100 persen sepanjang tahun 2021.

Tanpa memperhitungkan keuntungan dari harga saham, investor yang membeli saham Adaro sebesar Rp 500 juta pada tahun 2021 akan menerima dividen sebesar Rp 25 juta sebelum dipotong pajak.

Sumber penghasilan selanjutnya adalah bisnis. Memiliki warung makan yang dijaga pekerja, memiliki minimarket, atau memiliki perusahaan berskala kecil merupakan beberapa macam bisnis yang dapat memberikan imbal hasil.

Baca juga: Riset Mandiri agar Tak Jadi Korban "Pom Pom"

KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA

Susana di salah satu swalayan di Balikpapan, awal Desember 2018. Bisnis minimarket dapat dijadikan andalan untuk memenuhi kebutuhan dana hari tua.

Saat ini, tidak perlu memiliki modal besar untuk membangun sebuah bisnis. Dengan adanya platform urun dana atau crowdfunding, investor dapat mulai berinvestasi mulai dari Rp 1 juta.

Sebuah prospektus usaha penjualan minuman yoghurt di sebuah mal menjanjikan dividend yield 23-38 persen per tahun. Tentu saja, realitasnya akan sangat tergantung dari bisnis tersebut. Penerapan pembatasan mobilitas selama pandemi tentu mengurangi potensi keuntungan.

Investor juga dapat melakukan diversifikasi karena ada banyak penawaran bisnis. Jika rata-rata dividend yield bisnis ini sebesar 20 persen per tahun, dengan modal Rp 500 juta investor berpotensi mendapatkan imbal hasil sebesar Rp 100 juta per tahun.

Persoalannya, bagaimana mengumpulkan modal untuk memiliki aset tersebut? Jika dilakukan sejak dini, tentu tidak memberatkan. Tabungan investasi sebesar Rp 380.000-an sebulan dengan imbal hasil 10 persen per tahun selama 25 tahun sudah dapat dijadikan modal. Semakin awal mempersiapkan dana pensiun, tentu semakin baik.

Masa pensiun adalah keniscayaan, persiapkan dengan cermat, ya.

Selamat Hari Buruh….