Cukupkah Penghasilan Dokter?

Seseorang bersekolah kedokteran umumnya dilandasi panggilan kemanusiaan. Namun, apakah benar setelah menjadi dokter diperlukan waktu yang lama untuk dapat mempunyai penghasilan yang cukup?

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Diorama suasana asrama sekolah kedokteran STOVIA yang saat ini menjadi Museum Kebangkitan Nasional di Senen, Jakarta, Kamis (20/5/2018).

Paman saya baru saja mengalami operasi sendi lutut. Memang lutut kanannya sudah lama sakit. Dia merasa nyeri jika naik atau turun tangga. Bahkan, sebulan yang lalu beliau tak mampu berjalan jauh. Dokter yang mengobati menyarankan untuk menjalani operasi lutut.

Dia telah dioperasi dan pulang dari rumah sakit sekitar satu minggu ini. Sementara dia tinggal di rumah kami karena dia sejak sepuluh tahun lalu tinggal di kota kecil. Dia menjalani operasi tak menggunakan fasilitas BPJS (Kesehatan) karena kartu BPJS-nya sudah lama tidak aktif. Biaya operasi ternyata mencapai puluhan juta.

Paman saya menyatakan biaya berobat sekarang ini mahal dibandingkan dulu. Menurut beliau, kehidupan dokter juga lebih makmur. Tempat parkir rumah sakit tak pernah kosong, selain untuk mobil pasien juga dipenuhi mobil pribadi dokter.

Kita dapat membayangkan beratnya kehidupan peserta pendidikan dokter spesialis ini. Pada umumnya mereka sudah berkeluarga, bahkan ada yang sudah punya anak.

Namun, keponakan saya seorang dokter umum yang sekarang masih bertugas di puskesmas luar Jawa merasakan kehidupan dokter cukup memprihatinkan. Sudah dua tahun dia bertugas belum mampu untuk mengirim uang bagi orangtuanya.

Gajinya hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan di kota besar, kesempatan untuk praktik pribadi di daerah tempat dia bertugas tak banyak. Sebagian besar masyarakat petani tak mampu berobat ke layanan swasta dan memilih berobat di layanan pemerintah yang dijamin oleh BPJS.

Untunglah dia merasa senang bertugas di daerah terpencil. Meski uang tak banyak, dia merasa senang bergaul dengan penduduk yang ramah. Dia merasa betah tinggal di tempat tugasnya. Salah satu yang sedang dia pikirkan adalah bagaimana mendapat biaya untuk melanjutkan sekolah menjadi dokter spesialis.

Pendidikan dokter spesialis ternyata cukup lama, sekitar empat tahun. Pendidikan tersebut dianggap sebagai sekolah sehingga peserta diharuskan membayar uang SPP. Biaya SPP tidak terlalu mahal. Namun, untuk dapat hidup di kota tempat pendidikan, diperlukan dana yang cukup. Apalagi dia sudah mempunyai anak berumur 2 tahun.

Istrinya semula bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan, tetapi sekarang berhenti karena ikut tugas suami. Istrinya lulusan fakultas sastra inggris dan gemar mengajar. Sekarang dia membantu suaminya mengajar les privat bahasa Inggris secara daring. Sedikit-sedikit dapat menabung, tetapi dia ragu apakah akan mencukupi jika nanti melanjutkan pendidikan dokter spesialis.

Jadi, saya mendapat informasi yang berbeda tentang penghasilan dokter. Sebagian besar dokter umum, apalagi yang bertugas di daerah, tampaknya tidaklah kaya. Dokter di kota, apalagi spesialis, mungkin pendapatannya lebih besar dan dapat mempunyai rumah dan mobil.

Baca juga : DPR Sepakat Bahas Revisi Undang-undang Pendidikan Kedokteran

Bagaimana pendapat Dokter tentang penghasilan dokter pada umumnya? Apakah benar setelah menjadi dokter diperlukan waktu yang lama untuk dapat mempunyai penghasilan yang cukup?

Saya memahami bahwa sebagian besar mahasiswa memilih kedokteran karena ingin mengabdi pada kemanusiaan. Namun, saya juga ingin mengetahui bagaimana sebenarnya kehidupan dokter di Indonesia. Terima kasih.

F di J

Jenjang karier dokter amatlah penjang. Untuk mencapai posisi yang mapan, diperlukan waktu yang lama. Pendidikan dokter memakan waktu minimal enam tahun. Setelah itu, biasanya dokter yang baru lulus akan bertugas di daerah, sering kali daerah terpencil.

Mereka rata-rata bertugas di daerah sekitar tiga tahun. Pada waktu bertugas di daerah ini sebagian dokter umum sudah menikah. Pada umumnya mereka hidup sederhana meski tak pernah kekurangan makan. Masyarakat di desa biasanya akrab dengan dokter dan tak jarang masyarakat mengirimi hasil pertanian mereka untuk dokter.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI FACP

Gaji dokter umum hampir sama dengan gaji pegawai negeri lain. Dokter yang mendapat peluang untuk praktik pribadi di samping tugas di pemerintah lebih beruntung karena ada tambahan penghasilan. Namun, biasanya tambahan tersebut tidaklah besar.

Dokter biasanya akan menabungkannya untuk pulang ketika hari raya Lebaran. Jika tempat tugas jauh, bukan tak mungkin pulang Lebaran menghabiskan uang sampai Rp 10 juta. Uang yang ditabung sedikit-sedikit akan habis.

Kadang-kadang pemerintah daerah memberi tambahan kepada dokter yang bertugas di daerah. Jadi, pada umumnya dokter yang baru lulus penghasilannya cukup untuk hidup sehari-hari. Beruntung yang dapat menabung untuk persiapan sekolah lanjutan baik untuk meneruskan menjadi spesialis maupun melanjutkan kuliah magister.

Pendidikan spesialis

Pendidikan spesialis di Indonesia agak berbeda dengan banyak negara. Di luar negeri kebanyakan pendidikan spesialis dianggap magang. Jadi, dokter yang akan menjadi spesialis bekerja di bawah bimbingan seniornya di suatu rumah sakit.

Ketika sudah selesai diadakan ujian untuk menilai bahwa kemampuannya sudah mencukupi untuk menjadi spesialis. Selama magang dia mendapat penghasilan, tetapi tak sebesar penghasilan dokter spesialis.

Baca juga : Mengamalkan Etika, Menjaga Marwah Profesi Kedokteran

Di Indonesia pendidikan dokter untuk menjadi spesialis dianggap sebagai sekolah. Untuk itu, peserta tak memperoleh honorarium, bahkan harus membayar uang sekolah berupa SPP serta biaya-biaya lain yang diperlukan.

Kita dapat membayangkan beratnya kehidupan peserta pendidikan dokter spesialis ini. Pada umumnya mereka sudah berkeluarga, bahkan ada yang sudah punya anak. Mereka harus bekerja keras, tugas siang hari dan juga mendapat tugas malam hari, termasuk hari libur. Waktu untuk keluarga sedikit. Kesempatan untuk mendapat penghasilan tambahan juga terbatas karena kesibukan dalam pendidikan.

Beberapa dokter yang menjalani pendidikan dokter spesialis ini beruntung mendapat beasiswa dari daerah. Sudah tentu, jika sudah selesai pendidikan, dia harus bersedia kembali ke daerah yang memberikan beasiswa, bertugas sebagai dokter spesialis di sana.

Adakah dokter dalam pendidikan spesialis yang punya mobil? Ada. Mungkin dibelikan orangtua, tetapi kebanyakan membeli secara kredit. Mereka membutuhkan mobil karena tidak boleh terlambat tiba di rumah sakit tempat pendidikan.

Adakalanya kegiatan pendidikan dokter spesialis pukul 07.00 sudah berlangsung. Jadi, banyak dokter yang mempunyai kendaraan atau rumah, tetapi pada umumnya semuanya itu dibeli dengan kredit. Mungkin lima tahun atau lebih lama lagi.

Sebagian dokter spesialis yang telah bertugas di rumah sakit kabupaten akan melanjutkan lagi pendidikan menjadi konsultan. Perlu lagi pendidikan 3 sampai 4 tahun. Pendidikan konsultan seperti pendidikan spesialis juga harus membayar. Hanya biasanya dokter yang mengikuti pendidikan konsultan sudah mempersiapkan diri secara finansial dengan baik.

Ketika dokter menjadi konsultan, dia sudah menjalani pendidikan sekitar 6 ditambah 4 ditambah 4 tahun sehingga total 14 tahun. Untuk itu, biasanya bertugas di daerah baik sebagai dokter umum 3 tahun atau dokter spesialis sekitar 3 sampai 5 tahun. Jadi, pada umumnya dokter konsultan usianya sudah sekitar 45 sampai 50 tahun.

Baca juga : Covid-19 Menyingkap Masalah Pendidikan Dokter Residen

Pada umumnya penghasilan konsultan lebih tinggi daripada dokter spesialis. Penghasilan dokter spesialis lebih tinggi dari dokter umum. Di Indonesia sekarang ada sekitar 150.000 dokter. Sekitar 40.000 orang di antaranya adalah dokter spesialis dan konsultan, selebihnya dokter umum.

Jadi kalau melihat penghasilan dokter pada umumnya, tentu kita harus lebih memperhatikan dokter umum yang jumlahnya lebih banyak itu. Mereka pada umumnya hidup cukup. Sudah tentu ada yang mempunyai rezeki yang banyak.

Banyak dokter yang berpraktik sampai usia yang cukup lanjut. Sebagian karena ingin tetap mengabdi di samping agar tetap dapat mandiri di bidang keuangan. Nah, begitulah perjalanan karier dokter yang berkecimpung di bidang klinik.