Setelah Lebaran, hidup Anda akan kembali pada keadaan seperti sebelum Ramadhan. Tidak ada lagi yang namanya THR. Jadi, kelola THR yang ada untuk kebutuhan masa depan, bukan untuk dihabiskan sekarang.
Oleh
Ike Noorhayati
·5 menit baca
Menjelang Lebaran, secara umum pekerja di Indonesia akan memperoleh tambahan penghasilan. Secara bervariasi, pelaku bisnis akan mengalami dinamika yang berbeda pada Ramadhan, bisa mengencang atau melandai. Apabila melandai, para juragan pasti akan melakukan akrobat sedapat mungkin supaya tetap kencang dan bisa bayar THR karyawan. Untuk karyawan, hidupnya lebih enak karena rezeki THR di depan mata dan mengalir ke rekening. Wah, uang besar!
Lantas, bagaimana kita menggunakan uang besar ini? Memang sangat mudah untuk mengikuti kebiasaan yang lazim berlangsung. Lebaran, ya, mudik, kumpul keluarga besar (besaran), barang-barang baru, bagi-bagi uang, dan lain-lain. Lantas, apa yang akan terjadi saat Lebaran lewat? Hmmm… agak keras kita berpikir, bahkan mungkin tidak terpikir sama sekali.
Justru inilah yang saya sarankan untuk jadi pertimbangan utama ketika menerima THR. Uang besar ini bisa berguna seperti apa untuk kehidupan saya yang lebih baik sesudah Lebaran?
Berikut saran saya untuk penggunaan THR yang lebih bijak dan bermanfaat. Pertama, tetapkan tujuan bahwa saya ingin uang THR ini membantu saya lebih dekat mencapai tujuan keuangan yang mana? Apakah bisa menambah simpanan hari tua, membuat saya bebas utang, bahkan memberikan anak saya kemungkinan lebih besar untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik?
Kedua, atur alokasi pengeluaran. Berikut pembagian sederhana yang mudah diterapkan, yakni 10-15 persen untuk zakat, infak, sedekah, dan hadiah. Ingat, kewajiban utama adalah zakat. Mau berbagi pada keluarga? Tentu boleh. Pakai ruang ini untuk menyalurkan afeksi Anda yang berbentuk pemberian.
Selanjutnya, 50 persen untuk menunjang tujuan keuangan yang sudah ditetapkan di atas. Apabila Anda ingin menyiapkan masa tua yang mandiri dengan lebih baik, alokasikan porsi ini untuk menambah simpanan pensiun Anda. Jika Anda masih punya utang, alokasikan ini untuk mempercepat pelunasan utang Anda. Dahulukan pelunasan utang yang bersifat konsumtif dan mengalami penurunan nilai, seperti kartu kredit dan kendaraan pribadi.
Sisanya, 35 persen bisa jadi ruang yang sehat jika hendak mengikuti keriuhan Lebaran. Pakai kisaran sepertiga THR ini jika ingin beli baju baru, urunan acara keluarga, atau keperluan mudik. Belanja secara tunai, bukan kredit.
Ketiga, disiplin. Teguhkan aksi Anda sesuai tujuan dan pembagian yang telah disusun. Seminimal mungkin yang bisa dilakukan adalah Lebaran tidak membuka utang baru.
Ruang 50 persen dari alokasi THR Anda sesungguhnya adalah ruang yang cukup besar yang bisa Anda kelola. Berikut beberapa prinsip utama untuk penggunaan ruang tersebut. Pertama, gunakan bagian itu sesuai prioritas, mulai dari dasar terlebih dahulu. Kembali pada prinsip dasar keuangan, yakni keamanan (arus kas, dana darurat, manajemen risiko), kenyamanan (tujuan keuangan, pensiun), dan distribusi (waris atau hibah).
Jika cash flow masih berantakan, pakai THR untuk benahi arus kas agar menjadi positif. Jika dana darurat Anda sempat tergerus saat pandemi, gunakan THR untuk isi lagi dana darurat Anda.
Kedua, kelola risiko yang meningkat saat Lebaran: bertemu orang banyak (ingat, kita masih pandemi) dan berada di perjalanan. Saya sangat menyarankan untuk memastikan asuransi Anda aktif sebelum berlibur Lebaran, minimal asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Kenapa? Supaya jika ada risiko kesehatan akan sudah ada yang menanggung, supaya jika terjadi kehilangan nyawa tidak menjadi beban tambahan untuk keluarga yang ditinggalkan.
Ketiga, pikirkan the after party: saat selesai Lebaran, hidup Anda akan kembali pada keadaan seperti sebelum Ramadhan, demikian pula penghasilan Anda. Tidak ada lagi uang besar tambahan seperti THR yang mampir ke rekening.
Karena itu, selepas Lebaran, Anda harus dapat hidup dengan besaran penghasilan reguler. Untuk memberi ilustrasi, jika penghasilan reguler bulanan Anda adalah Rp 10 juta dan Anda memperoleh THR sebesar Rp 10 juta, total pendapatan jelang Lebaran Rp 20 juta. Gunakan juta ke-11 hingga ke-20 dengan langkah di atas, gunakan juta 1 hingga 10 untuk cukup hidup dari bulan ini hingga bulan berikutnya. Pikirkan bahwa Anda tetap harus hidup nyaman sesudah Lebaran.
Pentingnya memikirkan hidup nyaman setelah Lebaran juga berkaitan dengan kondisi saat ini di mana kenaikan harga kebutuhan hidup terjadi. Pendapatan relatif sama, pengeluaran meningkat. Ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu meningkatkan penghasilan atau menurunkan pengeluaran. Apabila Anda bisa mengusahakan meningkatkan penghasilan, itu bagus. Artinya, Anda dapat melanjutkan kehidupan dengan kualitas yang Anda nikmati sekarang. Apabila itu tidak memungkinkan, lakukan opsi kedua untuk mengurangi pengeluaran. Ini memang tampak kurang menyenangkan, tetapi perlu.
Pengaturan lain yang sebenarnya bisa dilakukan untuk antisipasi kenaikan pengeluaran dengan pendapatan yang tetap adalah mengalokasikan uang besar seperti THR ini untuk menutupi gap yang timbul akibat inflasi. Dalam pengelolaan keuangan keluarga, saya menyarankan kebutuhan hidup sehari-hari dipenuhi dari 40 persen penghasilan.
Ini tentu saja karena porsi penghasilan Anda masih perlu dialokasikan untuk berbagai keperluan lainnya, seperti membayar utang. Nah, jika Anda sudah mengalokasikan 40 persen untuk kebutuhan hidup, biaya hidup saat ini meningkat. Di sisi lain, Anda punya THR yang sebagian bisa Anda gunakan untuk menutup gap akibat inflasi. Alokasikan ekstra 10 persen per bulan pengeluaran Anda. Dari 40 persen menjadi 44 persen. Jadi, kalau gaji per bulan Rp 10 juta per bulan, maka kini Anda skenariokan bahwa kebutuhan hidup Anda menjadi Rp 4,4 juta.
Alternatif lain agar THR lebih bermanfaat untuk diri Anda di masa depan adalah tambahkan Rp 400.000 per bulan tersebut dari THR tahun ini hingga tahun depan. Dengan demikian, simpan Rp 4,8 juta dari THR Anda, keluarkan setiap bulan untuk menambal inflasi kebutuhan hidup Anda hingga tahun depan. Anda bisa pilih metode penyimpanan yang tradisional saja, tak perlu mengejar imbal hasil, yang penting tidak mengurangi nilainya. Sesederhana simpan dalam e-wallet atau tunai cukup untuk keperluan ini.
Menutup tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa THR sebaiknya kita gunakan untuk membayar diri kita di masa depan. Paying yourself first adalah cara kita mengasihi diri untuk membangun kursi yang enak untuk kita duduki nanti dan menyiapkan cadangan jika tiba-tiba terjadi kedaruratan.
Kita mungkin tidak akan melihat langsung keuntungan dari membayar masa depan ini sekarang, terlebih mana kala Lebaran jadi ajang pemuasan gaya hidup. Berbesar hatilah untuk merayakan Lebaran tanpa berlebihan. Segala macam flexing saat Lebaran yang berlangsung atas nama tradisi dan kebersamaan itu perlu diubah dan ditata ulang. Kita semua perlu berlatih untuk membiasakan hidup semadyanya untuk menghindrasi frustrasi dan ketidakberdayaan di masa depan.
Ike Noorhayati, Pekerja Swasta, Perencana Keuangan Profesional