Elon Musk Sesumbar Akan Membuat Media Sosial Tandingan
Kejengkelan tak akan mudah menjadi bahan bakar yang cukup untuk membangun bisnis, termasuk media sosial.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·5 menit baca
Pebisnis yang sukses membangun Tesla dan SpaceX, Elon Musk, kembali membuat sesumbar. Tak suka dengan Twitter yang dirasakan tidak menghargai kebebasan, ia akan mendirikan platform media sosial baru. Niat yang sama pernah dikeluarkan oleh Donald Trump dan pendukungnya ketika ia kalah dalam pemilihan presiden Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Laman CNBC melaporkan, Elon Musk mengatakan, dirinya tengah memikirkan secara serius untuk membangun platform media sosial baru dalam sebuah cuitan pada hari Sabtu (26/3/2022). Dia tidak menginformasikan secara spesifik tentang bentuk atau nama platform media sosial atau bagaimana cara kerjanya. Pernyataan itu muncul setelah ia merasa Twitter tidak mengizinkan kebebasan berbicara.
Elon Musk mengatakan, dirinya tengah memikirkan secara serius untuk membangun platform media sosial baru.
Sehari sebelumnya Musk mencuit, ”mengingat bahwa Twitter yang seharusnya berfungsi sebagai sebuah alun-alun kota secara de facto namun mereka telah gagal mematuhi prinsip-prinsip kebebasan berbicara. Secara fundamental langkah Twitter disebut merusak demokrasi”. Musk kemudian bertanya, ”apa yang harus dilakukan?” Dia juga melanjutkan dan menanyakan, ”apakah platform baru diperlukan?”
Niat sejenis ini juga pernah diungkapkan oleh Trump tak lama setelah ia kalah dalam pemilihan presiden. Trump menyampaikan ingin membangun media sosial alternatif setelah sejumlah perusahaan teknologi Amerika Serikat akhirnya mengambil tindakan tegas dengan menghentikan akun Presiden Donald Trump. Ia tak bisa lagi bebas mengumbar kebencian dan rasisme serta pembelokan informasi. Perusahaan teknologi juga menghentikan penggunaan media sosial alternatif yang digunakan oleh kaum konservatif pendukung Trump.
Saat itu Trump kerap menggunakan media sosial untuk melontarkan kebencian dan rasisme. Tindakan ini makin sering dilakukan pasca-pemilihan presiden hingga mengeraskan keyakinan para pendukungnya: Trump telah dicurangi. Mereka percaya dengan ucapan Trump. Kerusuhan di Capitol Hill menguatkan keyakinan bahwa Trump seharusnya menang karena mereka bertemu dengan orang-orang yang memiliki keyakinan yang sama.
Kerusuhan itu ternyata tidak bisa diterima oleh publik, bahkan oleh sejumlah pendukung yang berasal dari internal Partai Republik. Twitter kemudian menghentikan akun Trump untuk selamanya. Facebook menghentikan sementara akunnya. Sejumlah perusahaan teknologi, seperti Amazon, Google, dan Apple, tidak memberi tempat untuk aplikasi media sosial alternatif yang selama ini digunakan pendukung Trump seperti Parler. Media sosial alternatif itu digunakan kaum konservatif itu untuk lari dari pengaturan media sosial oleh perusahaan teknologi dan juga kembali menjadi tempat untuk mengumbar kebencian.
Keputusan sejumlah perusahaan teknologi diapresiasi karena diyakini bisa menghambat penyebaran kebencian yang telah membelah warga Amerika Serikat. Meski, beberapa kalangan menilai langkah itu terlambat karena kehancuran dan keterbelahan telah terjadi. Mereka juga menilai tak cukup hanya akun Trump yang ditutup, masih banyak akun yang menyebar kebencian. Selama ini, Trump dan pendukungnya memahami penggunaan media sosial dan kerumunan untuk menggembleng militansi pendukungnya, sekalipun dengan kebencian.
Trump sepertinya tak terlalu serius dengan sesumbarnya. Pertanyaan yang muncul, akankah Musk serius? Apakah ia bisa membangun media sosial alternatif? Sejumlah kalangan memang mendukungnya. Beberapa di antaranya karena alasan fanatisme dan beberapa telah menyebutkan bahwa harus ada pemain baru di samping Facebook, Instagram, Twitter, dan lain-lain yang sudah sangat kuat.
Keputusan sejumlah perusahaan teknologi diapresiasi karena diyakini bisa menghambat penyebaran kebencian yang telah membelah warga Amerika Serikat.
Pemikiran media sosial alternatif memang sudah lama muncul. Pada tahun 2011, peneliti bernama Ignacio Siles dalam sebuah tulisan berjudul ”From Online Filter to Web Format: Articulating Materiality and Meaning in the Early History of Blogs”, di sebuah jurnal bernama Social Studies of Science menyebutkan, salah satu format media yang telah berkembang di internet adalah media sosial alternatif. Situs seperti Lorea, GNU Social, dan Diaspora telah muncul di peladen (server) gabungan di seluruh laman internet World Wide Web.
Sementara itu, di laman internet dengan sebutan Dark Web, yaitu jaringan yang hanya dapat diakses melalui perangkat lunak khusus seperti Tor atau i2p, terdapat situs jaringan ID3NT, Galaxy2, dan Visibility serta mikroblog antarteman (peer to peer) seperti Twister dan SOUP sedang dikembangkan dan dipasang pada ponsel dan komputer di seluruh dunia.
Semua layanan ini memungkinkan pengguna untuk terlibat dalam aktivitas media sosial, seperti berbagi dan mengomentari konten digital, membuat persona dan profil, bersosialisasi dengan mengikuti atau berteman satu sama lain, dan berkomunikasi dengan cepat di seluruh jaringan ikatan sosial yang kuat dan lemah. Oleh karena itu, sebenarnya keinginan membangun media sosial alternatif telah lama hadir dengan berbagai alasan.
Niat Musk tidak begitu saja direspons oleh publik. Entah mengapa. Orang yang akan menentang mungkin berpikir ulang karena sesumbar Musk selama ini selalu terwujud. Publik kemungkinan hanya bisa menunggu apabila memang benar, mereka baru akan merespons. Musk berbeda dengan Trump yang bermulut besar sehingga sesumbarnya mungkin tak terlalu digubris. Publik pun tak mudah untuk percaya kepada Trump.
Niat Musk sebenarnya muncul karena kejengkelannya. Pekan lalu, US Securities and Exchange Commission (SEC) atau badan pengawas pasar modal mengatakan kepada hakim bahwa cuitan Musk tentang Tesla pada tahun 2018 akan tetap menjadi subyek yang valid untuk penyelidikan pemerintah, bahkan jika pengadilan membatalkan sebuah perjanjian tahun itu antara Musk dan SEC.
Musk berusaha untuk mengakhiri pengawasan oleh SEC atas unggahannya di Twitter. Ia mengklaim perjanjian itu digunakan untuk menginjak-injak haknya untuk melakukan kebebasan berbicara. Dia juga meminta pengadilan untuk memblokir panggilan dari regulator pasar modal untuk sebuah dokumen yang berkaitan dengan peninjauan cuitannya tersebut.
Di bawah perjanjian penyelesaian SEC, regulator akan mendistribusikan dana dari perusahaan dan Musk kepada investor yang kehilangan uang akibat membeli saham Tesla setelah Musk mengklaim di Twitter bahwa dia berpikir untuk membawa perusahaan itu dari perusahaan publik ke perusahaan privat alias keluar dari bursa saham. Cuitan ini pernah muncul beberapa tahun yang lalu.
Kejengkelan tak akan mudah menjadi bahan bakar yang cukup untuk membangun bisnis, termasuk media sosial. Sama dengan Trump yang jengkel karena akun-akun media sosialnya ditutup. Sesumbar karena jengkel hanyalah sekadar gertak sambal dan ungkapan ngawur saja. Niat Musk sepertinya bakal sulit terwujud. Bisnis dengan kejengkelan pasti tak akan mendapat dukungan banyak pihak. Kali ini Musk sepertinya harus menelan ludah alias tak bisa seenak sendiri.