Kehebohan sekarang ini menunjukkan masih sedikit di antara kita yang mau memahami secara mendasar fenomena ini. Intinya, orang seharusnya mempelajari teknologi yang menjadi dasar dari ekonomi baru ini, yakni rantai blok.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Seorang ibu bercerita. Anaknya tiba-tiba mendatanginya dan menangis. Si anak menuturkan, temannya ramai membicarakan aset kripto, NFT, metaverse, dan lain-lain, sementara ia tidak paham semua itu. Ia sedih, merasa tertinggal dibandingkan teman-temannya. Salah satu sisi hidup di zaman kini. Kehebohan di mana-mana dan banyak klaim besar teknologi sehingga kita bisa merasa tertinggal dibandingkan yang lain.
Di tengah situasi seperti itu banyak perusahaan yang menawarkan produk dan jasa berkait dengan ekonomi baru itu. Aktris dan para pesohor pun dimanfaatkan untuk makin menggemakan berbagai produk digital tersebut.
Akan tetapi, beberapa di antara mereka lebih banyak omong besar. Bahkan, mungkin ada yang berniat menipu. Pemahaman yang dangkal membuat orang mudah tergoda untuk memasuki bisnis ini.
Semua itu seharusnya membuat kita bertanya, apa sebenarnya yang tengah terjadi? Inti dari perubahan belakangan ini dengan kemunculan berbagai produk itu adalah peralihan penguasaan data di dalam teknologi digital.
Semula pengguna bergantung pada pengelolaan data oleh perusahaan teknologi, sekarang pengguna bisa memiliki dan mengelola data yang digunakan. Tulang punggung teknologi ini adalah rantai blok (blockchain). Dalam bentuk riil, publik nantinya akan mengenal sebagai teknologi laman (web) 3.0.
Semula pengguna bergantung pada pengelolaan data oleh perusahaan teknologi sekarang pengguna bisa memiliki dan mengelola data yang digunakan.
Laman 3.0 sudah mulai diperkenalkan. Untuk mengetahuinya, lebih baik kita kilas balik terlebih dulu. Pada bidang informasi, laman 1.0 pada tahun 1990-an ditandai kemunculan laman yang kita hanya bisa membaca konten. Laman 2.0 pada 2000-an ditandai dengan aktivitas membaca dan menulis konten.
Adapun, di laman 3.0 yang berkembang saat ini, kita bisa membaca, menulis, memiliki, dan mengelola data. Pada laman 3.0, semua data di tangan pengguna atau dikenal dengan sistem terdesentralisasi.
Kita tidak butuh lagi pihak ketiga yang menyimpan dan mengelola data aktivitas kita di dunia maya pada laman 3.0. Transaksi uang kita tidak lagi membutuhkan bank atau lembaga keuangan lain, karena dengan teknologi rantai blok semua jadi transparan.
Otoritas dikembalikan ke pengguna dan diawasi oleh pengguna lainnya. Oleh karena itu, perusahaan yang sekarang masih mengelola data pengguna suatu saat harus berubah.
Laman 3.0 memecah kekuatan pasar dari para pemain yang selama ini memegang data dengan mengganti infrastruktur yang semula terpusat menjadi teknologi semacam buku besar di dalam akuntansi yang terdistribusi.
Jadi, alih-alih semua data disimpan di peladen (server) terpusat, selanjutnya akan tersebar di jaringan komputer yang terdesentralisasi. Entitas terpusat, yang sebelumnya bertindak sebagai perantara, dengan demikian akan menjadi usang alias tertinggal. Kedaulatan dan kepemilikan data ada di tangan pengguna.
Fenomena
Kehebohan tentang aset kripto, NFT, metaverse, dan lain-lain hanyalah sebagian dari fenomena laman 3.0. Aset kripto sangat mungkin menggantikan mata uang fisik. NFT bisa menggantikan berbagai produk yang selama ini harus berbentuk fisik saat transaksi.
Metaverse menjadi dunia lain, di mana individu bisa terhubung satu sama lain. Data para pengguna tetap dimiliki mereka sendiri, tidak berada di perusahaan penyedia platform.
Secara lebih detail kaitan semua produk dan perubahan di zaman laman 3.0 tak lama lagi akan terjadi. Cryptostudio menjelaskan, laman 3.0 dapat menggantikan perusahaan konvensional dengan bentuk pengambilan keputusan model baru.
Metaverse adalah realitas virtual di mana orang berkomunikasi, berdagang, bermain, belajar, atau berinteraksi satu sama lain. Tidak seperti di laman 2.0, di mana pengguna adalah produk atau pihak yang pasif, di laman 3.0, pengguna juga adalah pemilik.
Organisasi otonom terdesentralisasi (DAO) menggantikan hierarki perusahaan tradisional yang terpusat dengan mekanisme tata kelola berdasarkan token. Keputusan di DAO dibuat secara demokratis melalui pemungutan suara dengan hak suara berdasarkan jumlah token yang dimiliki.
Karyawan di perusahaan DAO juga diberi kompensasi untuk pekerjaan mereka dengan token. Alih-alih menerima gaji yang ditetapkan oleh manajemen, mereka diberi kompensasi sesuai kontribusi mereka pada misi bersama DAO dengan hak kepemilikan di DAO. Tujuannya adalah untuk menciptakan insentif tambahan.
Bahkan proses demokrasi di dalam politik bisa berbasis token di laman 3.0. Alih-alih demokrasi perwakilan, di mana perwakilan terpilih membuat keputusan terpusat, demokrasi langsung bisa mengalami kebangkitan di laman 3.0. Perwakilan yang terpilih pada akhirnya juga merupakan perantara yang dapat digantikan oleh organisme tata kelola berbasis token.
Artikel di laman Cyrptostudio itu juga menyebutkan, semua produk dan layanan serta penggunaan ini akhirnya bisa bersatu dalam dunia lain yang disebut metaverse. Metaverse adalah realitas virtual di mana orang berkomunikasi, berdagang, bermain, belajar, atau berinteraksi satu sama lain. Tidak seperti di laman 2.0, di mana pengguna adalah produk atau pihak yang pasif, di laman 3.0, pengguna juga adalah pemilik.
Kehebohan sekarang ini jadi bukti berikutnya bahwa masih sedikit di antara kita yang mau kembali memahami secara mendasar fenomena ini.
Intinya, orang seharusnya mempelajari teknologi yang menjadi dasar dari ekonomi baru ini, yaitu teknologi rantai blok, bukan malah meriuhkan keadaan dengan membuat klaim-klaim besar.
Kehebohan saat ini adalah wujud dari fenomena yang dalam bahasa Jawa disebut ”gumunan” alias sikap sangat mudah terkagum-kagum pada wujud-wujud yang tampak dari luar.
Kehebohan sekarang ini juga menjadi tanda bahwa kita lebih cenderung bersikap konsumtif dibandingkan produktif karena tidak mau mempelajari secara mendalam di balik fenomena ini. Kehebohan hanya menimbulkan kecemasan baru bagi beberapa orang karena merasa tidak bisa mengikuti perkembangan terbaru.
Mereka yang sekadar ikut-ikutan bakal jadi korban penipuan dari perusahaan-perusahaan yang membuat klaim berlebihan. Jagat laman 3.0 telah lahir, tetapi sayang, sepertinya bakal menelan banyak korban lebih dulu. Itu karena kita tidak mau belajar dari hal mendasar.