AI membantu perusahaan memahami lebih tepat tentang operasi bisnisnya. AI menjalankan tugas lebih akurat dan lebih cepat dengan minimal kekeliruan dibanding dengan manusia.
Oleh
Albert Widjaja
·6 menit baca
Kecerdasan buatan (AI) berupa mesin yang bekerja dengan sistem komputer, dengan penampilan meniru inteligensia dan kemampuan manusia. AI dapat mencatat kejadian masyarakat dengan bahasa manusia seperti uraian surat kabar dan televisi. AI juga mengenali suara manusia yang dapat dijadikan tulisan, serta menyimak gambar visual untuk memberi rekomendasi pada manusia, dan lebih hebat lagi AI dapat mengemudikan mobil tanpa pengendalian manusia, serta bermain games dengan manusia.
Kegiatan AI malah lebih cermat daripada manusia. Intinya, AI berpenampilan sebagai mesin yang memiliki pemikiran seperti manusia, seperti menjalankan tugas, atau merumuskan konsep apa saja yang diajukan manusia pada mesin AI. Contoh, perusahaan katering memakai robot untuk mengirim pesanan makaman siang ke kantor sehingga karyawan tidak perlu keluar kanotr untuk makan siang.
Temuan teknologi AI dimotivasi oleh dongeng kuno Yunani tentang Dewa Hephaestus yang memiliki pelayan “robot” yang dapat disuruh apa saja. Cerita robot menjadi perhatian para ilmuwan, dan pada permulaan 1950-an ahli matematika Alan Turing mencipta komputer sebagai inovasi tentang mesin dengan kepandaian manusia.
Tahun 1956, John McCarthy mengenalkan teknologi kecerdasan buatan berbasis komputer pada konperensi di Dartmouth College, disponsori lembaga riset DARPA Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Tahun 1997, dunia digegerkan oleh kemenangan teknologi AI Deep Blue dari IBM, pada pertandingan catur dengan juara dunia Rusia Kasparov. Sejak itu, AI diminati sebagai teknologi komerserial oleh banyak perusahaan di dunia, untuk mempermudah menjalankan bisnis dan melayani pelanggan.
Kemampuan Teknologi
Salah satu komponen utama AI adalah mesin belajar (machine learning), berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat menulis dalam konsep dan melakukan proses pada tugas, dan malah memberi pedoman kerja (algorithm) untuk menyelesaikan tugas.
Program komunikasi popular yang dipakai manusia dari AI seperti komputer, adalah Python (kemampuan mengurai atau menterjemahkan bahasa), R (program statistik dan grafik), serta Java (perangkat luak pada Windows, Linux, Mac OS).
Sedangkan Windows adalah layar komputer menampilkan konsep atau statistik. Linux, sebagai singkatan dari Loveable Intellect Not Using XP, adalah system operasi teknologi terbuka, yang tidak dapat dilakukan oleh komputer, peladen, mainframe; seperti menyampaikan komunikasi pribadi, seperti salam “halo” dengan pesan kepada teman.
Menteri Nadiem Makarim menggalakkan pemakaian AI pada sekolah dan universitas agar generasi baru di Indonesia dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan pengetahuan dan teknologi. Pemakaian AI juga dapat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta membangun karakter dengan inteligen. Cita cita Menteri Makarim bukan impian, tetapi sudah nyata dimanfaatkan pada pendidikan di luar negeri.
Memang tepat bahwa generasi muda sudah sedini mungkin dibekali kapabilitas dalam AI. Hal itu disebabkan bahwa AI memiliki tiga ketrampilan seperti manusia; yaitu. kognitif (pemahaman seperti pikiran manusia): pembelajaran (menambah pengetahuan dengan penelusuran ide dan ketrampilan yang belum dikenal sebelumnya), penalaran atau pertumbuhan pikiran (untuk membangun inovasi) sebagai berikut:
Proses pembelajaran dapat mencarikan data dan mengkonstruksi pola kerja (seperti pada arkitektur membangun gedung bertingkat), bahkan dapat merubah data atau mengatur informasi dalam bentuk pola untuk melakukan kegiatan. Atau instruksi langkah demi langkah untuk menyelesaikan pekerjaan. Proses berpikir untuk memilih dan mengatur operasionalisasi algorithma agar memperoleh hasil yang diinginkan. Proses perbaikan untuk menyempurnakan dan mengkoreksi gambar atau tulisan.
Baca juga:
Pusat Data Kecerdasan Buatan Diluncurkan
Pentingnya kecerdasan buatan
AI membantu perusahaan memahami lebih tepat tentang operasi bisnisnya. AI menjalankan tugas lebih akurat dan lebih cepat dengan minimal kekeliruan dibanding dengan manusia. Contoh, Uber menjadi perusahaan makin besar, karena memakai telepon pintar yang memanfaatkan algorithma dari AI, sehingga langsung menghubungkan calon penumpang dimana saja dengan sopir Uber. Malah sang supir dapat identifikasi pada jalan apa ada calon penumpang mengunggu taxi.
Google merupakan pemasok terbesar mesin pembelajar dari AI kepada Uber dan banyak pelanggan lainnya yang memerlukan data. Pada tahun 2017, Google malah bercita cita pada satu saat menjadi perusahaan “AI first” (AI yang pertama).
AI juga sudah banyak dipakai pada lingkungan pemerintahan di banyak negara, antara lain untuk layanan gawat darurat secara cepat. Anggota masyarakat juga dapat memanfaatkan AI untuk berkomunikasi secara virtual dengan pejabat dalam hubungan dengan kebutuhannya.
Presiden Joko Widodo belum lama ini juga telah mencanangkan strategi nasional untuk pengembangan AI, terutama di kalangan pemerintahan. Beliau juga mengharuskan para pejabat pemerintah harus menguasai kapabilitas AI, minimal pada kegiatan layanan kesehatan, program ketahanan pangan, serta kota cerdas.
Aplikasi kecerdasan buatan
Ada beberapa industri yang memanfaatkan kecerdasan buatan. Di bidang bisnis ada perusahaan yang sudah menguasai dan memakai AI untuk bekerja; yaitu, Accubits Technologies, FromLabs Pte. Ltd, Diffco, SoluLab, dan Mutual Mobile. Di bidang manufaktur, sejumlah perusahaan telah memanfatkan robot dari AI yang mengatur arus kerja pada mesin pabrik serta kegiatan rantai pasokan. Pesawat nirawak dipakai untuk mengirim barang di atas Teluk Tokyo karena lalu lintas darat padat.
Di bidang hukum, AI membantu ahli hukum, terutama yang masih baru dalam praktek, membantu analisis masalah hukum, serta mendeteksi orang yang berpotensi perbuatan kejahatan berulang-ulang. Di bidang pertanian, AI membantu petani, menemukan daerah kekeringan untuk persawahan, dengan bantuan mencarikan sumber untuk irigrasi, fertilisasi, atau pestisida,
Namun demikian, kehadiran AI di lingkungan masyarakat tampak pula adanya sikap “rindu tapi benci” dalam hubungan manusia dengan robot dan artificial intelligence. Di satu pihak, AI membantu manusia bekerja lebih cepat dan lebih mudah dengan otomisasi teknologi AI serta memanfaatkan fasilitas mega data. Namun di lain pihak, tahun 2020 ada viral berita dari TV CNBC bahwa ada robot bernama Sophia yang bergaya manusia dan dapat berbicara dengan suara “I will destroy humans” (“saya akan membunuh manusia”).
Kejutan yang dahsyat tersebut sempat membuat takut di beberapa kalangan terhadap mesin AI yang selama ini bekerjasama dengan manusia dan bahkan meringankan tugas manusia. Maka timbul pikiran negatif bahwa AI akan menggantikan manusia, menggusur karyawan kantor, sehingga secara cepat pengangguran dan dan kemiskinan menjadi makin parah.
Namun Manusama, Direktur Gartner Research (lembaga penelitian tentang kepuasan konsumen), mengingatkan bahwa: (1) mesin AI tidak dapat berpikir sendiri seperti manusia yang dapat berpikir baik maupun busuk. AI hanya dapat bekerja , karena diarahkan oleh mega data yang diberikan oleh manusia; (2) AI tidak mempunyai hati nurani seperti manusia yang dapat berpikir mulia dan jahat. (3) Tindakan AI tetap tergantung pada perintah manusia. AI dapat berbahaya kalau ada perintah khusus dari manusia yang berpikir jahat; (4) Namun demikian, manusia masih membutuhkan AI untuk membantu kegiatan manusia terutama kegiaan yang sulit dilakukan sendiri.
Maka dari dahulu sampai masa pendatang, manusia dan AI akan tetap saling mengisi, namum manusia yang mengambil inisitif dan membuat keputusan, sementara AI mematuhi dan menjalankannya.
Pada intinya, kecerdasan buatan bekerja sebagai proses intelektual dengan teknologi untuk membantu manusia, agar manusia bekerja lebih mudah dalam berpikir, melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
Albert Widjaja, pengajar dan anggota Indonesia Strategic Management Society (ISMS)