NFT atau non-fungible token semakin populer sejak 2021. Keberhasilan beberapa orang menjual “karya seni”-nya dengan harga fantastis membuat orang memburu NFT seperti saat mengalami demam emas.
Oleh
Ninuk M Pambudy
·5 menit baca
NFT atau non-fungible token semakin populer sejak 2021. Popularitas NFT tampaknya didukung keharusan tinggal di rumah karena merebaknya pandemi Covid-19. Keberhasilan beberapa orang menjual ”karya seni”-nya dengan harga fantastis membuat orang memburu NFT seperti saat mengalami demam emas.
Artis yang namanya kurang dikenal, Mike Winkleman atau lebih dikenal sebagai Beeple di media sosial, melelang karya NFT-nya berjudul ”Everydays - The First 5000 Days” senilai 69,3 juta dollar Amerika Serikat (AS) di Christie’s tahun lalu. Pelelangan itu mewakili satu dari tiga artis yang masih hidup dengan nilai lelang tertinggi.
Di Indonesia, Sultan Gustaf Al Ghozali (22) menjual 1.000 foto diri yang diambil setiap hari di depan komputer dari 2017 hingga 2021. Karya berjumlah 993 foto diri itu dinamai ”Ghozali Everyday”.
Dari karya pertama terjual 0,001 ETH atau ethereum, mata uang kripto, senilai sekitar Rp 48.000 pada 10 Januari 2022, menurut Kompas.com, karya Ghozali berjudul ”Ghozali_Ghozalu #528” terjual hingga seharga 66.346 ETH atau sekitar Rp 3,1 triliun. Karya itu ada di OpenSea, salah satu dari sekurangnya 25 lokapasar NFT, dimiliki sonbook yang menjual kembali karya tersebut. Sebagai catatan, nilai mata uang kripto dapat naik dan turun saat dikonversi ke mata uang konvensional.
Nilai penjualan NFT terus naik tinggi. Salah satu pencatat pergerakan NFT, DappRadar, mengambil data dari 10 blockchain. Tahun 2021, nilai penjualan NFT mencapai 24,9 miliar dollas AS, sementara tahun 2020 baru 94,9 juta dollar AS. Sementara itu, kamus Merriam-Webster mencatat istilah NFT pertama kali pada tahun 2017.
Bentuk NFT beragam: karya seni, video dan foto olahraga populer langka, lagu, sepatu olahraga karya desainer, avatar virtual dan cuplikan gim video, benda koleksi, dan banyak lagi. Bahkan, cuitan pertama salah satu pendiri Twitter, Jack Dorsey, terjual sebagai NFT dengan harga 2,9 juta dollar AS. Sutradara Quentin Tarantino berniat menjadikan naskah asli film Pulp Fiction berisi catatan dengan tulisan tangannya sebagai NFT, meski menghadapi gugatan Miramax yang mengklaim sudah membeli seluruh hak cipta Pulp Fiction.
Cuitan pertama salah satu pendiri Twitter, Jack Dorsey, terjual sebagai NFT dengan harga 2,9 juta dollar AS.
Hati-hati buntung
Istilah non-fungible token merujuk pada aset digital yang masing-masing memiliki ciri khusus. Keunikan tiap aset menyebabkan tak memungkinkan aset ditukar atau setara dengan yang lain. Oleh karena itu, disebut non-fungible.
Sifat NFT berbeda dari uang konvensional dan uang kripto yang dapat saling dipertukarkan (fungible) dan memiliki nilai setara. Satu rupiah selalu bernilai satu rupiah, begitu pun satu bitcoin bernilai satu bitcoin.
Tiap NFT memiliki kode digital khas berisi data karya, termasuk catatan keuangan, yang tak bisa diubah. Catatan ini memfasilitasi transaksi dan penjejakan aset di dalam jejaring perdagangan, dimiliki bersama oleh pihak yang bertransaksi, mulai dari pencipta karya hingga pembeli atau pemilik yang boleh jadi berganti-ganti.
Banyak orang tergiur melihat harga jual NFT yang fantastis. Dalam praktik, membuat NFT bisa jadi tidak mudah dan membutuhkan biaya. Situs Finextra.com menjelaskan delapan langkah menjadikan karya sebagai NFT, yang disebut proses minting. Pemilik karya harus menyediakan biaya untuk mendokumentasikan karyanya pada blockchain, biaya sewa tempat di lokapasar, biaya komisi penjualan untuk pemilik lokapasar, dan dana transaksi.
Agar NFT terjual dengan harga bagus, harus ada konsep dan kerja kolaborasi antara artis atau kreator dan ahli teknologi informasi. Karya Beeple ”The First 5000 Days” dibuat satu per hari dengan sebuah konsep. Karya ini dikomunikasikan melalui media sosial Twitter.
”Karya Ghozali jika membaca wawancaranya dengan media, kelihatan memiliki konsep. Setiap hari dia membuat satu foto dari tahun 2017-2021, itu suatu konsep,” kata Esti Nurjadi, pemilik D Gallerie di Jakarta Selatan.
Calon pembeli ataupun pencipta NFT harus mewaspadai peniruan (impersonator), meskipun blockchain menjaga keaslian karya. Pembeli, menurut Esti, bisa terkecoh kalau tidak teliti.
Jebakan lain adalah harga NFT di lokapasar. Situs DappRadar secara ajek menampilkan daftar koleksi NFT dengan harga tertinggi dalam 24 jam terakhir. Pada Kamis (10/2/2022) pukul 10.50 WIB, yang tertinggi adalah Terraforms by Mathcastles dengan harga dasar 845,3 dollar AS, harga rata-rata 1,63 juta dollar. Ada info yang menyertai: sebagian besar koleksi ini mungkin mengalami wash trading, yaitu ketika pemilik NFT menjual NFT kepada diri mereka sendiri untuk merangsang perdagangan dan hadirnya volume yang mengesankan.
Memiliki, tak memiliki
Pertanyaan yang menggelitik adalah kenapa tertarik mengoleksi NFT yang produknya sudah ada di media sosial? Di mana nilai seni NFT dan siapa kolektornya?
”Kesenian adalah kebudayaan yang sangat fleksibel dan cair dalam menghadapi perubahan. NFT medan yang berbeda dari dunia kesenian konvensional. Penilaian dan bobot seni yang dikandung kesenian dunia NFT berbeda dengan kesenian di medan konvensional yang kita pahami selama ini,” komentar Eko.
Memahami popularitas NFT—Collin Dictionary menobatkan NFT sebagai istilah terpopuler 2021—adalah memahami perubahan perilaku akibat hadirnya teknologi digital dan pandemi Covid-19. Teknologi digital mengubah dunia ke arah yang berbeda dari dunia yang kita kenal selama ini, seperti perubahan besar dan mendasar yang diakibatkan Revolusi Industri.
Perupa Arahmaiani menyebut perdagangan barang seni konvensional sangat sepi selama pandemi. ”Kalau ada kesempatan dan jalan (baru) untuk menjual, pasti akan diambil,” ujar Yani, panggilannya.
Pemilik NFT sebagian besar kaum milenial. Sebagai digital native, mereka menghayati dunia baru yang menawarkan nilai-nilai dan gaya hidup yang bisa berbeda dari dunia analog. Sebagian kaum milenial pengoleksi NFT mendapat penghasilan dalam mata uang kripto.
Gengsi selalu membuat logika ekonomi tidak berlaku. Pembeli NFT mau membayar dengan harga fantastis karena gengsi dapat mengklaim sebagai pemilik asli suatu karya digital, terutama yang menjadi pembicaraan.
Gengsi selalu membuat logika ekonomi tidak berlaku.
Narasi yang terus dibangun melalui media sosial (biasanya Twitter) dan komunitas yang menyertai membuat NFT terus hidup dan diperjualbelikan. Seperti 10.000 aset NFT Bored Ape Yacht Club (BAY) yang hidup di blockchain ethereum. Penyanyi pop Justin Bieber dalam dua pekan hingga pertengahan Februari 2022 sudah membeli dua NFT BAY. Terakhir seri Bored Ape #3850 dengan harga setara 470.000 dollar AS.
Sampai kapan perburuan NFT berlangsung? Apakah kecenderungan ini akan menetap atau menghilang dalam waktu pendek ke depan? Yang jelas, institusi di dunia nyata harus siap beradaptasi dengan dunia digital atau lenyap.