Kemungkinan bahwa hepatitis akut akan mewabah seperti Covid-19 diperkirakan kecil. Walakin, kewaspadaan setiap kita tidak boleh kendur.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Pemerintah Kota Jambi coba mencegah penularan penyakit hepatitis akut lewat sejumlah kebijakan. Salah satunya diterapkan di sekolah lewat larangan bertukar peralatan makanan pada siswa. Siswa di SDN 190 Kota Jambi.
JAKARTA, KOMPAS – Kasus diduga hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya bertambah sejak terdeteksi pertama kali di Indonesia pada April 2022. Kendati demikian, kemungkinan bahwa hepatitis akut akan mewabah seperti Covid-19 diperkirakan kecil.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, per 13 Mei 2022, ada 17 kasus diduga hepatitis akut di Indonesia. Satu di antaranya berstatus probable, yaitu pasien terdeteksi nonreaktif terhadap hepatitis A, B, C, D, dan E. Pasien probable juga memiliki kadar serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) di atas 500 IU per liter darah.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan hepatitis akut sebagai Kejadian Luar Biasa pada 15 April 2022. Penyakit ini ditemukan di sejumlah negara, antara lain Inggris, Skotlandia, Spanyol, dan Amerika Serikat. Pada 27 April 2022, tiga dugaan kasus hepatitis akut ditemukan di Indonesia. Hingga kini, tujuh anak diduga pasien hepatitis akut meninggal di Indonesia.
”Dugaan peningkatan kasus hepatitis akut ini sedang diproses dan diuji. Kami juga melakukan investigasi (terhadap kasus hepatitis) di dunia secara aktif,” kata Maxi pada diskusi Kagama Health Talks secara daring, Sabtu (14/5/2022).
TANGKAPAN LAYAR
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu pada diskusi Kagama Health Talks secara daring, Sabtu (14/5/2022).
Adapun penyebab pasti hepatitis akut belum diketahui. Peneliti menemukan adenovirus pada sejumlah pasien yang diuji, tetapi belum ada cukup bukti untuk menentukan adenovirus sebagai penyebab hepatitis akut.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada Riris Andono Ahmad menyebut ada sejumlah kemungkinan penyebab hepatitis akut, seperti adanya adenovirus varian baru. Kemungkinan lain ialah adanya patogen yang benar-benar baru yang belum berhasil dideteksi. Kendati demikian, ia menilai bahwa kemungkinan hepatitis akut mewabah tergolong kecil.
”Jika melihat pola sebaran yang ada, tingkat penularan virus hepatitis tidak setinggi (virus penyebab) Covid-19. Kemungkinan bahwa hepatitis akut akan jadi outbreak yang meningkat cepat itu tidak terjadi. Walau begitu, kita perlu berhati-hati karena mekanisme transmisi (virus) belum diketahui pasti sampai sekarang,” katanya.
Perhatikan gejala
Beberapa gejala yang ditemukan pada pasien termasuk mual, nafsu makan hilang, mual muntah, urine berwarna seperti teh, tinja berwarna, seperti dempul, serta demam. Menurut Maxi, gejala ini bisa berbeda di beberapa negara. Misalnya, gejala demam tidak menonjol di Inggris, sedangkan di Indonesia menonjol.
Gejala lain adalah kulit dan sklera mata berwarna kuning. Maxi pun meminta agar setiap daerah memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice atau sindrom kuning.
Maxi mengatakan, sebanyak 76 persen laporan sindrom jaundice terjadi di Jawa. Hingga kini, penyebabnya belum diketahui.
”Faskes (fasilitas kesehatan) agar betul-betul tertib memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons,” tutur Maxi.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Siswa-siswi SD di Kendari, Sultra, berbelanja makanan di kantin dekat sekolah tanpa pengawasan ketat, Selasa (10/5/2022) . Kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak bermunculan di banyak tempat di Jawa. Meski begitu, pihak sekolah di Kendari belum mendapatkan pemahaman menyeluruh terkait kasus ini dan melaksanakan pembelajaran normal.
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Nenny Sri Mulyani, mengatakan, hepatitis dapat menular melalui saluran cerna. Kesehatan mulut, berikut kebersihan makanan dan minuman, mesti dijaga. Adenovirus juga dapat menyebar melalui percikan sehingga protokol kesehatan wajib dipatuhi.
”Semoga bukti yang lebih kuat untuk menentukan penyebab penyakit segera ditemukan. Dengan itu, kita bisa segera merekomendasikan pencegahan, tata laksana, dan pengendalian penyakit,” tutur Nenny.