Masih Nihil Kasus Hepatitis Akut, Jateng Gencarkan Penapisan dan Sosialisasi
Kasus positif ataupun suspek hepatitis akut belum ditemukan di Jateng. Namun, hal itu tidak mengurangi tingkat kewaspadaan pemerintah setempat dalam menekan risiko penyebaran penyakit misterius tersebut.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah belum melaporkan adanya temuan kasus ataupun suspek penderita hepatitis akut di wilayahnya hingga Rabu (11/5/2022). Antisipasi terus dilakukan, mulai dari penapisan di setiap fasilitas layanan kesehatan hingga sosialisasi ke sekolah-sekolah.
Hingga Senin (9/5/2022), Kementerian Kesehatan mengumumkan ada 15 kasus hepatitis akut di Indonesia. Jumlah itu bertambah dari yang dilaporkan sehari sebelumnya, yakni empat kasus.
Sementara itu, di Jateng, belum ada laporan kasus positif ataupun suspek hepatitis akut. Meskipun demikian, pemerintah di sejumlah daerah di Jateng terus berupaya meningkatkan kewaspadaan. Di Kota Semarang, misalnya, penapisan terhadap pasien yang mengeluhkan gejala mirip hepatitis akut terus digencarkan. Para petugas kesehatan, mulai dari puskesmas, klinik, hingga rumah sakit dibekali informasi terkait gejala penyakit misterius yang dilaporkan lebih banyak menyerang anak-anak tersebut.
”Dokter-dokter yang memeriksa pasien, khusunya pasien anak, sudah dibekali dengan formulir penapisan hepatitis akut. Kalau memang ada pasien yang menunjukkan gejala, nanti kami berikan penanganan dan pengobatan sesuai dengan kemampuan kami. Kami akan merujuk ke rumah sakit jika memang pasien dicurigai mengarah ke sana (gejala hepatitis akut),” kata Kepala Puskesmas Miroto, Kecamatan Semarang Tengah, Dien Hasanah, Rabu (11/5/2022).
Gejala hepatitis akut, antara lain, mual, muntah, diare, nyeri perut, demam ringan, mata atau kulit menguning, kejang, hingga penurunan kesadaran. Menurut Dien, pihaknya belum menemukan adanya pasien dengan gejala-gejala tersebut.
Sementara itu, di Kota Tegal, pasien anak yang datang ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit dengan gejala mengarah hepatitis akut akan diperiksa lebih lanjut. Pemeriksaan itu, antara lain, serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Keduanya dilakukan untuk memeriksa fungsi hati.
”Kalau kadar SGOT dan SGPT tinggi, kemungkinan itu hepatitis. Kemudian, akan dilanjutkan dengan tes antibodi virus hepatitis. Dari tes itu akan diketahui jenis hepatitis apa yang diderita, apakah hepatitis A,B,C, D, atau E. Kalau dari kelima jenis itu negatif, bisa dipastikan bahwa itu suspek hepatitis akut,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari.
Pasien suspek, menurut Prima, akan dirawat hingga gejalanya membaik. Sementara itu, sampel darahnya akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium kesehatan milik Kementerian Kesehatan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jateng juga akan menerjunkan 420 anggotanya untuk membantu proses deteksi dini hepatitis akut di Jateng. Menurut Sekretaris IDAI Jateng Choirul Anam, seluruh dokter anak di kabupaten/kota sudah mendapatkan petunjuk teknis terkait deteksi dini dan penanganan hepatitis akut. Mereka diminta melapor jika menemukan kasus yang diduga hepatitis akut.
”Kami juga sedang membentuk satuan tugas pengawas gabungan bersama dengan rumah sakit-rumah sakit rujukan dan pemerintah daerah. Hal ini sebagai upaya pencegahan terhadap hepatitis akut ini,” kata Anam.
Hal ini supaya siswa dan guru paham sehingga tidak panik jika menemui kasus seperti itu.
Selain penapisan dan pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas layanan kesehatan, pemerintah juga menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan melalui media sosial hingga ke sekolah-sekolah. Sosialisasi ke sekolah di Kota Semarang dilakukan oleh puskesmas. Target sosialisasi itu siswa dan para guru.
”Sosialisasi ke sekolah sudah kami mulai sejak Selasa (10/5/2022). Kegiatan ini akan terus kami lakukan bergantian ke semua sekolah. Materi sosialisasinya terkait apa itu hepatitis akut, apa saja gejalanya, bagaimana cara pencegahannya, hingga bagaimana penanganannya. Hal ini supaya siswa dan guru paham sehingga tidak panik jika menemui kasus seperti itu,” tutur Dien.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Mochmad Abdul Hakam meminta masyarakat menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk menekan risiko terpapar hepatitis akut. Hakam juga menganjurkan supaya masyarakat memakan makanan yang bersih dan dipastikan sudah dimasak hingga matang.
”Karena penyakit ini mengganggu sistem pencernaan, kemungkinan makanan juga bisa menjadi media penularan sehingga saya sarankan agar masakan benar-benar matang dan bersih,” ucap Hakam.