Kasus Hepatitis Akut Bermunculan di Jawa, Sekolah di Kendari Belum Paham
Meski kasus hepatitis akut mulai bermunculan di Jawa, pihak sekolah di Kendari, Sultra, belum paham akan kasus ini. Proses pembelajaran berlangsung normal dan belum ada antisipasi berarti.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sejumlah sekolah di Kendari, Sulawesi Tenggara, belum mendapatkan informasi mengenai penyakit hepatitis akut. Pembelajaran berlangsung normal dan tanpa adanya antisipasi penyakit ini. Pemerintah diharap memberikan pemahaman luas ke masyarakat dan menyiapkan upaya kontigensi di layanan kesehatan.
Meski kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak telah terdeteksi di banyak daerah, sejumlah sekolah di Kendari belum paham mengenai penyakit misterius ini. Pihak sekolah belum mendapatkan instruksi atau pemberitahuan lebih lanjut utamanya dari Dinas Kesehatan Kendari, ataupun Dinkes Sultra.
Kepala Sekolah SDN 2 Kendari Husnah Faisal, Selasa (10/5/2022), menyampaikan, ia bahkan belum pernah mendengar terkait penyakit yang menyerang anak-anak ini. Selama ini, ia masih berkonsentrasi pada penanganan Covid-19, khususnya untuk vaksinasi anak. ”Saya baru dengar bahwa ada penyakit baru ini. Sampai sekarang belum juga ada pemberitahuan dari Dinas Pendidikan atau Dinas Kesehatan terkait hepatitis akut,” kata Husnah.
Dua hari terakhir, pembelajaran aktif telah dimulai. siswa kelas VI juga mulai mengikuti ujian sekolah, sementara siswa lainnya belajar seperti biasa. Proses pembelajaran dilakukan secara penuh meski terlihat minim protokol kesehatan.
Menurut Husnah, pihaknya belum melakukan antisipasi karena belum mendapat informasi terkait pemyakit ini. Meski kantin sekolah tidak dibuka selama pandemi, anak-anak tetap berbelanja secara bebas di warung depan sekolah.
Makanan dari rumah
”Kami selalu sarankan untuk bawa makanan dari rumah. Ke depannya mungkin kami arahkan untuk terus menjaga kebersihan dan melakukan protokol kesehatan,” katanya.
Kepala Sekolah SDN 36 Kendari Siti Arfa mengungkapkan hal serupa. Pihaknya akan mengarahkan anak untuk tidak mengonsumsi makanan sembarangan, tidak bergantian alat makan, dan membawa makanan sendiri.
Sejauh ini, ia melanjutkan, dari total 426 siswa, belum ada yang dilaporkan mengalami gejala penyakit hepatitis akut. Beberapa siswa hanya disebutkan mengalami flu dan demam pada umumnya.
”Kami juga belum dapat instruksi dari diknas atau dinkes terkait penyakit ini. Tapi karena kami dengar dan baca berita, bahwa ini menyerang anak-anak, kami berinisiatif rapat hari ini membahas dengan guru seperti apa antisipasi awal penyakit ini,” ujarnya.
Sejak pandemi, tambah Siti, kantin sekolah tidak pernah dibuka untuk siswa. Namun, seperti di sekolah lainnya, anak-anak tetap berbelanja di warung di sekitar sekolah. ”Kami akan minta untuk sarapan dan bawa makanan dari rumah untuk menjamin kebersihan.
Kepala Dinas Pendidikan Kendari Makmur menuturkan, pihaknya memang baru menyiapkan instrumen aturan dan imbauan terkait penyakit hepatitis akut ini. Instruksi kesehatan dan menjaga protokol kesehatan akan dimasukkan dalam surat imbauan tersebut ke depannya.
Menurut Makmur, dua hari pembelajaran berlangsung, belum ada laporan adanya kasus yang mirip dengan gejala hepatitis akut. Meski begitu, pihaknya akan tetap mengantisipasi terkait kasus ini sembari memantau perkembangan ke depannya.
Kepala Dinas Kesehatan Sultra dr Putu Agustin mengatakan, pihaknya juga baru akan melakukan sosialisasi terkait penyakit ini ke sekolah pekan depan. Ia beralasan aktivitas pembelajaran sekolah belum penuh pekan ini, meski di lapangan semua sekolah telah berjalan penuh.
”Meski belum ada temuan kasus, kami juga telah siapkan semua rumah sakit di Sultra untuk menangani penyakit ini. Ke depan, kami juga akan berkoordinasi dengan instansi lain untuk memantau arus masuk masyarakat, khususnya di bandara,” ungkapnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga melaporkan terkait kasus hepatitis akut yang hingga kini belum bisa dipastikan penyebabnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan adanya outbreak hepatitis akut ini pada 23 April 2022 di Eropa. Empat hari setelah pengumuman WHO, atau 27 April 2022, Indonesia menemukan tiga dugaan kasus hepatitis akut di Jakarta.
”Dan, pada 27 April itu, kita sudah langsung mengeluarkan surat edaran agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan melakukan survei monitoring terhadap kasus ini; 30 April, Singapura mungkin kasus yang pertama dan sampai sekarang kondisinya di Indonesia ada 15 kasus. Di dunia paling besar ada di Inggris, 115 kasus, kemudian di Italia, Spanyol, dan juga di Amerika Serikat,” ujar Budi. Terkait hepatitis akut, ia pun meminta masyarakat waspada. Sebagian besar kasus hepatitis akut memiliki gejala mulai dari muntah, diare, sakit perut, demam, hingga ikterus atau sakit kuning (Kompas, Senin 9/5/2022).
Epidemiolog Universitas Halu Oleo Ramadhan Tosepu berpendapat, pemerintah daerah harus meningkatkan kesiapan dan kewaspadaan akan penyakit ini. Meski belum ada temuan kasus, upaya untuk antisipasi harus dilakukan sejak dini.
Penyebarluasan informasi di masyarakat menjadi langkah awal yang penting dilakukan. Seturut dengan itu, pengawasan dan penyiapan sarana dan prasarana kesehatan harus dimaksimalkan lebih dini.