Dua Kasus Dugaan Hepatitis Akut pada Anak di Sumut, Seorang Meninggal
Dua kasus dugaan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ditemukan di Medan. Satu merupakan anak dua tahun yang meninggal dengan gejala hepatitis. Kasus lainnya bayi delapan bulan sedang dirawat intensif di RS.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Dua kasus dugaan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ditemukan di Medan, Sumatera Utara. Satu kasus merupakan anak berumur dua tahun yang meninggal dengan gejala hepatitis akut. Kasus lainnya merupakan bayi berumur delapan bulan yang sedang dirawat intensif di rumah sakit.
Masyarakat diminta tidak panik karena kasus ini masih dugaan dan sedang dalam investigasi medis. Kasus dengan gejala klinis serupa umum terjadi pada anak-anak yang terserang hepatitis akut biasa.
Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Ismail Lubis, di Medan, Selasa (10/5/2022), mengatakan, anak berusia dua tahun dirawat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dengan gejala mata menguning, mual, muntah, deman, dan kehilangan kesadaran. Kondisi pasien pun memburuk hingga akhirnya meninggal.
”Pasien meninggal sebelum ada pemeriksaan darah, tinja, urine, dan tes cepat adenovirus,” kata Ismail.
Peringatan tentang hepatitis akut pada anak diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 15 April 2022. Sejak kasus pertama dilaporkan di Inggris pada 5 April 2022, sudah lebih dari 200 kasus yang dilaporkan oleh 20 negara, termasuk Indonesia.
Tiga anak di Jakarta meninggal dengan dugaan hepatitis akut misterius ini. Disebut misterius karena hepatitis ini tidak terkait dengan virus hepatitis A, B, C, D, dan E (Kompas, 4 Mei 2022).
Ketua Tim Penanganan Pasien Hepatitis Akut Unknown RSUP H Adam Malik, Ade Rachmat Yudiyanto, mengatakan, RSUP H Adam Malik juga sedang merawat bayi berusia delapan bulan dengan dugaan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya.
Bayi itu dirujuk dari RS Santa Elisabeth Medan ke RSUP H Adam Malik, Minggu (8/5), dengan gejala badan menguning dan hasil pemeriksaan fungsi hati menunjukkan enzim serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) mencapai 500.
Sesuai dengan kriteria dari Kementerian Kesehatan, kasus itu pun dianggap probable (dugaan) hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya. ”Pasien mengalami perburukan kondisi. Sebelumnya kuningnya tidak begitu menonjol, saat ini semakin pekat,” kata Ade.
Ade pun meminta masyarakat agar tidak panik atas dua kasus dugaan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya itu karena kasus itu belum dikonfirmasi dengan pemeriksaan adenovirus.
”Gejala klinis hepatitis akut seperti ini umum terjadi sehingga masih harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Masyarakat jangan panik dan tidak perlu berlebihan menanggapinya,” kata Ade.
Masyarakat jangan panik dan tidak perlu berlebihan menanggapinya. (Ade Rachmat Yudiyanto)
Ade mengatakan, kasus meninggal di RS Santa Elisabeth juga sebenarnya tidak mempunyai data pendukung yang lengkap, tidak selengkap kasus yang sedang ditangani sekarang. Menurut Ade, Ikatan Dokter Anak Indonesia melaporkan kasus tersebut ke Dinas Kesehatan Sumut melalui formulir daring.
”Itu sebenarnya laporan awal, ternyata oleh Dinkes Sumut dianggap sebagai hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya,” kata Ade.
Direktur Utama RSUP H Adam Malik Zainal Safri mengatakan, pihaknya menyiapkan tim untuk Sumut dan juga untuk penanganan di RSUP H Adam Malik dalam penanganan hepatitis akut tersebut. Semua kasus dugaan hepatitis akut itu pun akan dirawat di ruang perawatan intensif anak (PICU). ”Kami menyiapkan 15 tempat tidur untuk perawatan hepatitis akut,” katanya.
Zainal mengatakan, penularan hepatitis akut tidak semudah penularan Covid-19. Penularan umumnya lewat makanan. Masyarakat pun diminta untuk tidak kontak dengan pasien dengan gejala hepatitis dan menjaga makanan dan peralatan makanan agar selalu higienis.