Kewaspadaan dini terhadap penularan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya juga dijalankan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Masyarakat diimbau menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kewaspadaan dini terhadap penularan penyakit hepatitis akut dijalankan pemerintah daerah di Bali, termasuk melalui tenaga kesehatan dan pusat kesehatan masyarakat. Masyarakat diimbau selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar kekebalan tubuh terjaga.
Walaupun hasil pemantauan dan pengawasan yang rutin dijalankan mengindikasikan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya belum ditemukan di Bali, menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom, jajaran dinas kesehatan di Provinsi Bali hingga ke kabupaten dan kota terus menjalankan strategi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan sebagai kewaspadaan dini terhadap penyakit menular.
”Kami juga mengimbau masyarakat agar segera melapor apabila ada anak yang tiba-tiba kulitnya kuning, atau matanya kuning,” kata Anom kepada Kompas di Denpasar, Kamis (5/5/2022).
Langkah kewaspadaan dini dan respons itu sejalan dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.
Dinas kesehatan di daerah diimbau memantau dan melaporkan kasus sindrom penyakit tersebut melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dan juga memberikan KIE serta upaya pencegahan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
Dihubungi secara terpisah, ahli epidemiologi dari Universitas Udayana, yang juga Ketua Unit Center for Public Health Innovation (CPHI) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Pande Putu Januraga menyatakan, pencegahan penyakit menular, termasuk pencegahan penularan hepatitis akut, dapat dijalankan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk dengan memakai masker dan mencuci tangan.
”Makanlah makanan yang sudah dimasak dengan baik,” kata Januraga, Kamis (5/5/2022).
Penyebab virus
Januraga menambahkan, mengacu siaran pers Kementerian Kesehatan, dugaan kasus hepatitis akut di Indonesia masih belum probable atau diyakini karena kemungkinan penyebab virus hepatitis A hingga virus hepatitis E belum disingkirkan.
”Keterangan Kementerian Kesehatan masih menunggu hasil laboratorium selesai,” ujar Januraga. ”Sejauh ini, hanya ada dua definisi, yakni probable dan epilink. Hal lain, belum ada bukti cukup antarkasus yang dilaporkan berhubungan. Masih membutuhkan bukti atau data lebih lanjut,” ujarnya lebih lanjut.
Adapun gejala penyakit menular tersebut, ujar Anom, ditandai dengan kulit dan bagian sklera mata berwarna kuning yang timbul secara mendadak.
Dalam pandangan mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit/Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, yang dimuat harian Kompas edisi Kamis (5/5/2022), WHO memasukkan temuan kasus hepatitis akut berat yang tidak diketahui penyebabnya itu sebagai disease outbreak news (DONs) pada 15 April 2022.
Kami juga mengimbau masyarakat agar segera melapor apabila ada anak yang tiba-tiba kulitnya kuning, atau matanya kuning. (Gede Anom)
Terkait hal itu, Tjandra menyarankan perlu dilakukan pendeteksian dini apabila menemukan anak-anak dengan gejala-gejala kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, dan lain-lain.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat, menurut Tjandra, dalam opininya berjudul ”Hepatitis Akut Berat yang Belum Diketahui Penyebabnya” (Kompas, 5/5/2022), adalah dengan menjaga kebersihan, mengonsumsi makanan dan minuman yang matang, membuang tinja dan atau popok pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, rajin mencuci tangan, dan menjaga protokol kesehatan.