Tantangan Mengajak Anak Balita dan Orang Lansia Saat Mudik
Mengajak anak balita dan orang lanjut usia dalam perjalanan mudik Lebaran mendatangkan beragam tantangan. Namun, berbagai cara dapat dilakukan untuk mendampingi mereka agar nyaman sepanjang perjalanan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·5 menit baca
Mengajak anak balita dan orang lanjut usia dalam perjalanan mudik Lebaran mendatangkan beragam tantangan. Apalagi, di tengah situasi pandemi, mereka rentan tertular Covid-19. Namun, berbagai cara dapat dilakukan untuk mendampingi mereka agar nyaman sepanjang perjalanan yang bisa memakan waktu berjam-jam.
Selama beberapa hari terakhir, Lestari (33) sibuk menyiapkan perjalanan mudik yang akan dilakukannya. Warga Depok, Jawa Barat, itu berencana mudik menggunakan mobil pribadi ke Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu (30/4/2022). Beragam persiapan pun harus dilakukan karena dia akan mengajak putrinya yang masih berusia 4 tahun.
Salah satu hal yang dilakukan Lestari adalah menyampaikan rencana mudik kepada sang putri sejak jauh-jauh hari. Hal ini supaya putrinya tidak kaget dengan perjalanan mudik yang bisa memakan waktu berjam-jam.
”Perjalanan menuju Semarang lewat jalan tol sekitar 6-7 jam. Kalau terkena macet, bisa lebih lama. Dari awal, saya sudah bilang ke anak akan naik mobil dalam waktu lumayan lama. Lebih baik jujur. Harapannya dia bisa mengerti karena sudah diberi tahu dari awal,” ujar Lestari, Jumat (22/4/2022).
Lestari juga berencana mengajak buah hatinya berbelanja makanan ringan dan buah-buahan untuk dikonsumsi saat mudik. Dia pun memberi kebebasan pada sang putri untuk menentukan makanan dan buah-buahan yang akan dibawa.
”Menurut rencana, saya juga mau mengajak dia ke toko boneka. Dia ingin punya boneka baru. Jadi, dia punya mainan selama perjalanan. Ini lebih baik dibandingkan nonton video kartun di handphone saat perjalanan karena bisa buat pusing,” katanya.
Dengan sejumlah keterbatasan, anak balita memang membutuhkan intervensi khusus dari keluarga saat perjalanan pulang ke kampung halaman. Bukan hanya proteksi kesehatan, tetapi menyiapkan banyak kebutuhan lainnya, mulai dari asupan nutrisi hingga trik khusus agar anak tidak gampang rewel.
Salah satu yang jadi prioritas adalah aspek kesehatan. Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Anggraini Alam mengatakan, proteksi kesehatan pada anak perlu melibatkan anak itu sendiri. Salah satunya terkait kebiasaan memakai masker.
“Untuk anak usia di atas dua tahun, harus mulai dibiasakan pakai masker. Bisa dicontohkan oleh orangtua atau pengasuhnya untuk disiplin prokes (protokol kesehatan). Pada dasarnya, anak akan mengikuti kebiasaan orang-orang di dekatnya,” ujarnya.
Hingga sekarang, anak balita memang belum boleh disuntik vaksin Covid-19. Namun, imunisasi dasar, seperti hepatitis B, polio, dan campak, wajib dipenuhi sesuai jadwal pemberian. Hal ini karena Covid-19 bukan satu-satunya ancaman kesehatan dalam perjalanan. Oleh karena itu, beberapa jenis obat juga harus dibawa.
“Lindungi anak balita dari berbagai penyakit yang vaksinnya sudah tersedia. Jangan lupa bawa obat-obatan umum juga, misalnya obat batuk, demam, diare, dan alergi seperti gatal-gatal,” ucap Anggraini.
Seperti pindahan
Kebersihan makanan juga harus benar-benar dijaga agar anak balita tidak mengalami gangguan pencernaan. Oleh karena itu, asupan makanan dan minuman lebih baik disiapkan dan dibawa sendiri dari rumah. Selain menjamin kebersihan, hal itu juga untuk memastikan anak menyukai makanan yang diberikan karena sudah terbiasa mengonsumsi sehari-hari.
Meski agak merepotkan, persiapan itu penting untuk mengantisipasi agar anak tidak kehilangan nafsu makan di perjalanan. Sebab, jika sampai kehilangan nafsu makan, anak akan kekurangan asupan bergizi sehingga rentan terserang penyakit.
”Tidak heran kalau pergi bersama balita itu seperti pindahan karena banyak bawaan. Siapkan yang biasa mereka konsumsi, khususnya cairan seperti susu, jus, dan air. Sediakan juga oralit untuk berjaga-jaga kalau kekurangan cairan tubuh,” ungkap Anggraini.
Mood atau suasana hati yang cepat berubah juga menjadi salah satu tantangan membawa anak dalam perjalanan jauh. Mereka bisa saja mengeluh, marah, bahkan menangis.
Untuk mengantisipasi hal itu, orangtua disarankan melibatkan anak yang sudah berusia di atas empat tahun untuk ikut merencanakan mudik. Memberitahukan mengenai sejumlah hal yang akan dihadapi, seperti waktu tempuh perjalanan, suasana di dalam kendaraan, dan orang-orang di dalamnya.
”Bangunlah komunikasi positif dengan anak. Biarkan mereka terlibat mempersiapkan mudik. Misalnya, mau membawa makanan, minuman, dan mainan yang disukai. Ini penting untuk menjaga mood mereka,” kata Anggraini.
Beragam trik juga bisa dipelajari dalam menghadapi keluhan anak. Sebab, biasanya kerewelan anak lebih dari sekali sehingga membutuhkan cara alternatif untuk mengatasinya.
”Perlihatkan boneka atau gambar tokoh favoritnya. Kalau masih kurang nyaman juga, alihkan perhatiannya dengan memandang suasana di luar kendaraan. Namun, apabila kondisinya macet, ajaklah bermain tebak-tebakan agar emosinya tidak keluar,” ujar Anggraini.
Warga lansia
Persiapan berbeda dilakukan Suhandi (29), warga Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Ia berencana mudik ke Cirebon, Jawa Barat, bersama kedua orangtua dan neneknya yang berusia 71 tahun. ”Sebelum pandemi, kami biasanya mudik naik kereta api. Karena saat ini masih pandemi, apalagi bersama nenek, lebih aman naik mobil pribadi,” ujarnya.
Melalui Jalan Tol Trans-Jawa, perjalanan ke Cirebon dapat ditempuh dalam waktu sekitar empat jam. Suhandi berencana berangkat pagi hari agar bisa tiba di tujuan sebelum pukul 13.30.
Sebuah tas kecil disiapkan sebagai tempat obat-obatan, mulai dari obat demam, sakit kepala, batuk, diare, dan obat luka. Tak ketinggalan obat herbal dan minyak kayu putih untuk mengatasi masuk angin.
”Untuk berjaga-jaga, kami juga bawa popok orang lansia. Walaupun perjalanan tidak terlalu jauh, tetap perlu persiapan agar perjalanan nyaman bagi semua anggota keluarga,” ujar Suhandi.
Dosen Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, I Gusti Putu Suka Aryana, menuturkan, proteksi kesehatan pada lansia selama mudik harus diprioritaskan karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Salah satu proteksi itu melalui vaksinasi dosis lengkap hingga booster atau dosis penguat.
”(Orang) lansia sangat berisiko tertular Covid-19. Vaksinasi orang lansia harus digenjot untuk melindungi mereka. Jangan terlena karena menganggap kondisi (pandemi) saat ini sudah aman,” ujar Suka dalam diskusi daring ‘Mudik Sehat dan Aman demi Keluarga Tersayang’ beberapa waktu lalu.
Suka juga mengingatkan pentingnya lansia menjaga asupan bergizi selama mudik, seperti mengonsumsi sayur dan buah. Tidak kalah penting, berolahraga rutin dan menjaga pikiran tetap positif. ”Pikiran penuh rasa syukur akan meningkatkan imunitas tubuh. Barulah setelah itu mengintervensi lingkungan sekitar dengan menerapkan prokes ketat,” katanya.
Setelah dua tahun dilarang, mudik Lebaran tahun ini akan menjadi ujian bagi masyarakat Indonesia dalam mengendalikan pandemi Covid-19. Kelompok rentan seperti anak balita dan orang lansia perlu perlindungan ekstra agar tetap sehat merayakan hari kemenangan Idul Fitri di kampung halaman.