Covid-19 Meningkat di Sejumlah Negara, Warga Diimbau Tidak ke Luar Negeri
Warga diimbau tidak bepergian ke luar negeri untuk menghindari potensi Covid-19 terbawa saat kembali ke Tanah Air. Anak di bawah 18 tahun yang sudah dua kali divaksin tidak perlu tes antigen atau PCR saat mudik.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, NINA SUSILO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak bepergian ke luar negeri saat masa liburan Lebaran tahun ini. Terjadinya kenaikan kasus di beberapa negara menjadi peringatan bahwa pandemi Covid-19 hingga saat ini belum berakhir sehingga semua pihak diminta tetap waspada agar tidak terjadi penularan.
Terkait mudik jelang Lebaran, Presiden Joko Widodo memutuskan anak-anak berusia di bawah 18 tahun, sepanjang sudah mendapat vaksinasi dua dosis, tidak perlu tes antigen atau PCR sebagai syarat mudik. Kepala Negara pun memberikan catatan agar halalbihalal diselenggarakan dengan protokol kesehatan dan diimbau untuk tidak ada makan minum.
”Terkait kegiatan di tempat hiburan atau tempat keramaian dilakukan sesuai protokol kesehatan dan kapasitas. Kegiatan ini nanti akan dituangkan dalam instruksi mendagri,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keterangan pers seusai rapat terbatas terkait evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (18/4/2022).
Airlangga menuturkan, dengan adanya libur panjang, masyarakat diimbau tidak bepergian ke luar negeri karena situasinya tidak sama dengan di Indonesia. Lonjakan kasus di sejumlah negara berpotensi menimbulkan penularan dari luar negeri dan menjadi peringatan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir.
”Oleh karena itu, kita tetap harus waspada dan kita lihat di beberapa negara, termasuk di Shanghai, China, terjadi kenaikan. Tentu kita tidak ingin kenaikan tersebut membawa virus yang nanti dibawa oleh PPLN (pelaku perjalanan luar negeri) kita ke dalam negeri,” kata Airlangga.
Kita tetap harus waspada dan kita lihat di beberapa negara, termasuk di Shanghai, China, terjadi kenaikan. Tentu kita tidak ingin kenaikan tersebut membawa virus yang nanti dibawa oleh PPLN (pelaku perjalanan luar negeri) kita ke dalam negeri.
Pada kesempatan tersebut, Airlangga menjelaskan, kasus aktif pada Minggu (17/4/2022) tercatat 60.475 kasus aktif dan 602 kasus harian. Adapun rata-rata tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit sebesar 4 persen.
Secara keseluruhan, di berbagai pulau, kasus sudah turun, yakni 42 persen untuk non-Jawa-Bali dan 57 persen di Jawa-Bali. ”Di luar Jawa-Bali, kasus tinggi di Papua dan Lampung. Di Papua masih 12.000 kasus aktif dan di Lampung 7.400 (kasus). Sementara yang lain, Sumatera Barat 2.500 (kasus), yang lain di bawah 1.000 (kasus),” ujar Airlangga.
Di luar Jawa-Bali, tinggal Papua Barat dan Papua yang cakupan vaksinasi dosis pertamanya di bawah 70 persen. Daerah dengan capaian vaksinasi dosis kedua di bawah 70 persen adalah Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, seluruh Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Daerah dengan cakupan vaksinasi dosis kedua di bawah 50 persen hanya Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Dalam rapat terbatas tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga melaporkan hasil sero survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dalam sero survei Desember 2021, diketahui 88,6 persen dari masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi, baik dari vaksinasi maupun infeksi.
Menjelang Lebaran ini, sero survei juga dilakukan dan kadar antibodi masyarakat mencapai 99,2 persen. ”Artinya 99,2 persen populasi sudah mempunyai antibodi, bisa dari vaksinasi atau infeksi,” ujar Budi dalam keterangan pers secara daring.
Dari pengukuran kadar antibodi, diketahui pada sero survei Desember 2021, titer antibodi masyarakat berkisar 500-600. Adapun dalam sero survei Maret ini, titer antibodi masyarakat sudah berkisar 7.000-8.000. ”Jadi, bukan sekadar punya antibodi, tetapi titernya tinggi. Harapannya kalau diserang virus bisa mengurangi kemungkinan harus masuk rumah sakit,” tambah Budi.
Hal ini meyakinkan pemerintah bahwa mudik masyarakat akan berjalan lancar dan tidak berdampak negatif. Kendati demikian, kata Budi, Presiden Joko Widodo tetap berpesan supaya seluruh masyarakat ataupun pemerintah tetap waspada dan berhati-hati. Masker harus tetap digunakan.
Presiden menilai masih banyak hal yang belum diketahui dari virus ini. Selain itu, beberapa negara, seperti China, Hong Kong, dan Korea, masih mengalami penambahan kasus baru yang cukup tinggi. Indonesia tidak semestinya jemawa.
Menjelang mudik, Presiden Jokowi juga memutuskan anak-anak berusia di bawah 18 tahun, sepanjang sudah mendapat vaksinasi dua dosis, tidak perlu tes antigen atau PCR sebagai syarat mudik. Adapun orang dewasa yang akan mudik harus mendapatkan vaksinasi dosis penguat (booster). Setelah divaksinasi dosis penguat, orang dewasa tak perlu membawa tes PCR atau antigen sebagai syarat mudik.
”Ini hadiah dari beliau kepada anak-anak yang keluarganya mau menikmati mudik. Selamat menikmati mudik. Kalau bisa, di Indonesia saja sekaligus menggerakkan ekonomi daerah kita,” tambah Budi.
Ini hadiah dari beliau kepada anak-anak yang keluarganya mau menikmati mudik. Selamat menikmati mudik. Kalau bisa, di Indonesia saja sekaligus menggerakkan ekonomi daerah kita.
Secara umum, vaksinasi yang disuntikkan sudah mencapai 392 juta dosis. Jumlah ini diberikan kepada 192 juta penduduk Indonesia. Budi pun menyampaikan terima kasih kepada para kepala daerah, TNI, Polri, dan BIN yang telah membantu merealisasikannya.
Secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati pada Forum Merdeka Barat 9 bertajuk ”Mudik Aman, Mudik Sehat”, Senin, menuturkan, mudik Lebaran 2022 berbeda dengan kondisi dua tahun sebelumnya ketika masyarakat tidak dapat mudik karena situasi pandemi Covid-19 yang belum memungkinkan.
”Tahun ini pemerintah sudah memutuskan mudik diperbolehkan, tetapi tentu ini suatu hal yang juga harus kita sambut dengan berbagai antisipasi,” katanya.
Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan menunjukkan ada 85,5 juta orang yang akan melakukan mudik menggunakan berbagai moda transportasi. Hal yang sekarang mesti diantisipasi adalah jumlah pemudik yang sedemikian besar ini, yang bahkan naik 40 persen dibandingkan tahun 2019 atau masa sebelum pandemi Covid-19.
Apabila dilihat lebih detail lagi, sebanyak 47 persen pemudik akan menggunakan transportasi darat, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. ”Tentu ini hal yang harus kita persiapkan dengan cara memastikan semua transportasi itu; moda, prasarana maupun sarananya, siap melayani. Dan, kalau bicara transportasi, unsur utama adalah keselamatan,” katanya.
Kita persiapkan dengan cara memastikan semua transportasi itu; moda, prasarana maupun sarananya, siap melayani. Dan, kalau bicara transportasi, unsur utama adalah keselamatan.
Adita menambahkan, di masa pandemi ada dua keselamatan, yakni keselamatan di sisi kesehatan dari sisi Covid-19 dan keselamatan dari aspek transportasi. ”(Hal) ini adalah tanggung jawab besar kita semua, khususnya kami di pemerintahan. Untuk itu, kami melakukan pengecekan langsung ke lapangan, ke para operator, termasuk ke Pelni, KAI, dan semua operator transportasi, untuk memastikan modanya sudah layak dan siap beroperasi,” tuturnya.
Kru atau awak kendaraan juga harus dalam kondisi fit dan sehat guna memastikan penumpang yang diangkut di kendaraannya selamat sampai tujuan. Selain itu, harus dipastikan ada cadangan alat transportasi agar jangan sampai nanti terjadi kelebihan kapasitas dan banyak masyarakat tidak terlayani.
”Hal yang terakhir adalah kami memastikan pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua dikurangi, (bahkan) kalau bisa jangan (mudik menggunakan kendaraan roda dua), karena mudik roda dua ini aspek keselamatannya akan sangat berisiko. Belum lagi cuaca. Jadi, kami sediakan juga mudik gratis tahun ini,” kata Adita.