Tingkat Penularan Covid-19 Turun Signifikan, Masyarakat Tetap Diminta Waspada
Masyarakat tetap diimbau untuk waspada meski kasus penularan Covid-19 secara nasional terpantau turun.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki bulan Ramadhan, tingkat penularan Covid-19 di Indonesia turun signifikan. Meski demikian, masyarakat diimbau untuk tetap menjalankan protokol kesehatan guna mencegah lonjakan kasus setelah Idul Fitri. Percepatan vaksinasi, terutama dosis penguat, menjadi prioritas agar segera terbentuk kekebalan komunal di masyarakat.
Dalam konferensi pers, Selasa (29/3/2022), Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tingkat penularan (RT) di sejumlah daerah di pulau besar di Indonesia terpantau turun cukup signifikan. Penurunan paling besar terlihat di Pulau Nusa Tenggara dengan penurunan dari 1,14 menjadi 1,01.
Angka positivity rate mingguan juga turun di mana pada tingkat nasional kini sudah mencapai 5,20 persen, turun dibanding minggu sebelumnya sebesar 8,81 persen. Angka ini bahkan menurun drastis dibandingkan saat masa puncak Omicron di mana tingkat positivity rate menyentuh 17 persen.
Sayangnya, ujar Wiku, jumlah orang yang diperiksa, baik dengan PCR (reaksi rantai polimerase) maupun antigen mengalami penurunan. Sepanjang minggu ini telah diperiksa sebanyak 700.000 orang dengan jumlah pemeriksaan PCR 185.000 dan antigen 517.000. Angka ini terbilang rendah dibandingkan dengan pemeriksaan pada puncak Omicron lalu dengan pemeriksaan mencapai 2 juta orang dengan jumlah tes PCR sekitar 650.000 dan antigen sekitar 1,4 juta.
Walau angka penularan menurun signifikan, masyarakat diminta untuk waspada karena berkaca pada masa Ramadhan dan Idul Fitri dua tahun sebelumnya, biasanya akan terjadi lonjakan kasus. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya mobilitas dan kegiatan masyarakat.
”Untuk itu, di tahun 2022 ini, kita harus menekan potensi penularan, terlebih kita sudah memasuki transisi kegiatan masyarakat yang produktif dan aman Covid-19,” kata Wiku.
Setidaknya ada tiga indikator yang perlu dipantau, yakni menurunkan angka RT, positivity rate, dan meningkatkan angka vaksinasi. Hingga kini, vaksinasi dosis 1 sudah 72 persen dari populasi. Sementara vaksinasi dosis 2 sebesar 58 persen populasi. Adapun dosis penguat 7 persen populasi.
Targetnya, vaksin penguat dapat terus ditingkatkan setidaknya 70 persen dari total populasi, terutama pada daerah-daerah sasaran mudik seperti Jawa dan Sumatera. Apalagi sudah ada Fatwa MUI yang menyatakan vaksinasi bisa dilakukan pada saat puasa.
Adapun untuk warga lansia, ujar Wiku, dari target 21,5 juta populasi, jumlah warga lansia yang mendapat vaksin dosis satu telah mencapai 79 persen, dosis kedua 60 persen, dan dosis penguat 10 persen. Percepatan ini dilakukan untuk melindungi para kaum rentan seperti warga lansia, orang yang belum mendapatkan vaksin lengkap, dan para komorbid.
Agar tidak memicu lonjakan kasus, ujar Wiku, segala bentuk kegiatan termasuk peribadatan harus dilakukan dengan persiapan yang matang. Aspek dasar protokol kesehatan, yakni mencuci tangan dan mengenakan masker harus dikedepankan. Kegiatan peribadatan harus memperhatikan kapasitas maksimal ruangan dan tidak menimbulkan kerumunan di titik tertentu, baik sebelum maupun sesudah ibadah.
Pengurus dan pengelola masjid, lanjut Wiku, harus menerapkan protokol kesehatan menyediakan dan memanfaatkan dengan baik fasilitas pencuci tangan, pengukur suhu tubuh, dan menggunakan masker dengan benar. Pengurus juga diimbau untuk menyegerakan ibadah dan jemaah dapat melanjutkan ibadahnya di rumah masing-masing. ”Panitia khusus pengawas dan penegak protokol kesehatan harus dibentuk guna memastikan semua kegiatan sudah sesuai protokol kesehatan,” ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan untuk melindungi warga lansia dari risiko penularan. ”Karena mereka akan menjadi sasaran kunjungan dari anak-anak yang mudik,” katanya.
Karena itu, protokol kesehatan dan percepatan vaksinasi terus dilakukan. Budi berharap agar semua pihak berkomitmen untuk bekerja sama agar Indonesia bisa keluar dari pandemi. ”Saat ini, kita sedang berada dalam situasi transisi dari pandemi ke endemi,” ujarnya.
Karena itu, semua pihak harus berkomitmen untuk mencapai satu tujuan yang sama, yakni menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu menangani pandemi. ”Itu bisa terjadi kalau kita bisa bekerja sama dengan menciptakan situasi yang kondusif,” kata Budi.