Mencegah Perilaku Antisosial pada Remaja dengan Kegiatan Seni
Kegiatan kreatif dan seni tak hanya menyenangkan, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan dan mencegah perilaku antisosial serta kriminal pada anak muda. Sejumlah studi membuktikan hal itu.
Oleh
EVY RACHMAWATI
·4 menit baca
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)
Masyarakat mengikuti pelatihan tari Piring Batuah karya Eeng Koti di anjungan Sumatera Barat, di kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (24/10/2021). Kegiatan kreatif dan seni tak hanya menyenangkan, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan dan mencegah perilaku antisosial .
Kegiatan kreatif dan seni menyenangkan bagi banyak orang. Sejumlah bukti ilmiah mengungkap manfaat terlibat dalam kegiatan kreatif dan seni, seperti menulis, menari, dan melukis bagi kesehatan, termasuk mencegah perilaku antisosial dan kriminal pada remaja.
Sejak nenek moyang kita paling awal mulai bercerita untuk memahami dunia, kita telah berevolusi untuk belajar dari narasi melalui media visual, lagu, dan pertunjukan. Seni membantu kita memahami serta mengomunikasikan konsep dan emosi dengan memanfaatkan semua indra dan kemampuan berempati.
Beberapa dekade terakhir, kita memahami manfaat kegiatan kreatif dan seni bagi kesehatan mental. Menggambar, melukis, dan mencetak benda dari tanah liat, misalnya, membantu mengatasi trauma. Dikutip medicalnewstoday, 16 Februari 2018, dalam artikel karya Heather Stuckey dan Jeremy Nobil, seni membantu seseorang mengungkap pengalaman yang sulit diutarakan dengan kata-kata.
Sejumlah studi juga menemukan, kegiatan menulis, khususnya menulis ekspresif, yang mengharuskan partisipan menceritakan sebuah peristiwa dan bagaimana itu memengaruhi mereka, membantu seseorang mengatasi trauma dan mengelola emosi negatif.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Anak-anak berlatih menari tradisional menggunakan panggung terbuka di Sanggar Tari Puspo Budoyo, Sawah Lama, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (12/9/2021).
Sementara tinjauan yang diterbitkan pada 2014 menyebut, individu yang berlatih musik mengalami peningkatan konektivitas otak. Riset lainnya menemukan orang lebih tua yang berpartisipasi dalam pertunjukan teater meningkatkan kesejahteraan psikologis dan fungsi kognitif, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
Studi Kantor Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa, dalam laman WHO, menunjukkan pemakaian media artistik dalam perawatan kesehatan memiliki manfaat jangka panjang. Kegiatan seni memengaruhi determinan sosial kesehatan, mendukung perkembangan anak, dan mengurangi stres.
Mencegah perilaku negatif
Bagi kalangan remaja, kegiatan seni dan budaya berdampak positif terhadap perilaku mereka. Menurut studi terbaru, remaja yang terlibat kegiatan seni dan budaya, seperti menari, drama, membaca, dan menonton konser, cenderung tak terlibat dalam perilaku antisosial dan kriminal hingga dua tahun kemudian.
Demikian hasil studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti di University College London (UCL) dan Universitas Florida. Dalam studi peer-review, yang diterbitkan di Journal of Youth and Adolescence (JOYO), tim periset melihat data lebih dari 25.000 remaja di Amerika Serikat yang mengisi kuesioner selama beberapa tahun.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA
Anak-anak bermain musik di Rumah Balug, rumah adat masyarakat Dayak Bidayuh di Dusun Sebujit, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Rabu (13/6/2018).
Mereka mengukur keterlibatan remaja secara keseluruhan dengan kegiatan seni berdasarkan berbagai faktor, mulai dari keterlibatan dalam klub sekolah, orkestra, paduan suara, dan kelas seni di luar sekolah, hingga apakah mereka pernah mengunjungi museum atau pergi ke konser atau membaca sendiri.
Makin banyak remaja terlibat kegiatan ini, kian kecil kemungkinan mereka terlibat perilaku antisosialdari berperilaku tak baik di sekolah, berkelahi, hingga tindak kriminal, seperti mencuri dan menjual narkoba. Itu terlihat saat survei pertama dan saat ditanya lagi terkait perilaku antisosial satu dan dua tahun kemudian.
Tim juga menemukan, remaja dan anak muda yang lebih terlibat aktivitas seni memiliki skor pengendalian diri lebih baik dan memandang perilaku antisosial secara negatif. Hasil ini sebelumnya telah ditemukan seni membuat kaum muda cenderung tidak terlibat dalam perilaku antisosial dan kriminal.
Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari EpiArts Lab, Lab Penelitian Seni Endowment Nasional. Penulis senior Dr Daisy Fancourt (Institut Epidemiologi & Perawatan Kesehatan UCL) mengatakan kepada sciencedaily, Selasa (22/3/2022), ”Riset sebelumnya menunjukkan,kegiatan seni berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan remaja.”
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah anggota komunitas Taman Suropati Chamber berlatih memainkan biola di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (20/1/2019). Taman kota yang nyaman tidak hanya menjadi paru-paru di tengah belantara beton Ibu Kota, tetapi juga dapat menjadi oase bagi warga.
”Studimenambah bukti manfaatseni dan budaya bagi kaum muda serta menunjukkan hubungan positif antara seni dan prevalensi perilaku antisosial lebih rendah. Temuan itu telah menimbang faktor seperti usia, jenis kelamin, etnis, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan orangtua, tempat tinggal, danperilaku antisosial sebelumnya,” tuturnya.
Studimenambah bukti manfaatseni dan budaya bagi kaum muda serta menunjukkan hubungan positif antara seni dan prevalensi perilaku antisosial lebih rendah.
Penulis utama Dr Jess Bone (Institut Epidemiologi & Perawatan Kesehatan UCL) mengatakan, ”Definisi kami tentang keterlibatan seni dan budaya sangat luas. Itu termasuk menari dan seni peran di klub sekolah, membaca, pergi ke bioskop, museum, konser, dan kelas musik, serta hobi lain yang dilakukan remaja.”
”Menemukan cara mengurangi perilaku antisosial di kalangan remaja penting karena perilaku ini dapat berlanjut hingga dewasa, memengaruhi kehidupan seseorang.Temuan kami menunjukkan pentingnya kegiatan seni dan budaya tersedia untuk semua anak muda, terutama setelah pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Para peneliti melihat data dari dua studi longitudinal berbasis di AS, National Longitudinal Study of Adolescent to Adult Health dan National Education Longitudinal Study tahun 1988, yang pesertanya mewakili secara nasional. Tim peneliti menganalisis kuesioner diisi remaja dan orangtua mereka antara tahun 1988 dan 2002. Usia rata-rata peserta pada awal studi ini 14-15 tahun.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga melihat peserta melukis udeng di Surabaya Suites Hotel, Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (24/2/2022). Kegiatan dalam rangka pameran seni Rentjana Ingati Part 3. Peserta diajak mengeksplor kreativitas agar udeng bisa lebih diterima di masyakarat. Udeng di sejumlah daerah mempunyai nilai filosofis yang tinggi.
Di salah satu studi kohort, setengah dari remaja terlibat perilaku antisosial dan kriminal 12 bulan terakhir. Meski peneliti menemukan keterlibatan seni dikaitkan persepsi positif lebih sedikit tentang perilaku antisosial dan skor kontrol diri lebih baik, mereka tak bisa menyimpulkan faktor ini bertanggung jawab atas relasi seni dan perilaku antisosial karena studi ini bersifat observasional.
Dalam mempertimbangkan mekanisme seni mengurangi perilaku antisosial, riset sebelumnyamenunjukkan peningkatan keterlibatan seni membuat empati, perilaku lebih prososial, pengurangan kebosanan, peningkatan harga diri, dan pengaturan emosi jadi lebih baik.
Jadi, jika dengan bermain gitar, menulis jurnal, menari, dan menonton konser memberikan manfaat positif bagi kesehatan serta mencegah perilaku antisosial ataupun kriminal, khususnya di kalangan anak muda, mari mengisi waktu dengan mengikuti kegiatan kreatif dan seni.