Imunitas Ganda Jadi Alasan Pemerintah Izinkan Warga Mudik
Imunitas ganda yang dimiliki warga Indonesia menjadi alasan tidak adanya lonjakan kasus akibat subvarian BA.2. Karena itulah, pemerintah melakukan pelonggaran protokol kesehatan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)
Suasana di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Jumat (30/4/2021), menjelang mudik Lebaran.
JAKARTA, KOMPAS — Imunitas ganda yang banyak dimiliki masyarakat mampu menekan lonjakan kasus akibat Covid-19 subvarian BA.2. Karena itulah, pemerintah melakukan pelonggaran protokol kesehatan menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri mendatang serta memperbolehkan warga untuk mudik.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Rabu (23/3/2022) malam, mengatakan, berdasarkan sejumlah informasi, terjadi lonjakan kasus di beberapa negara Eropa, seperti Inggris, Jerman, dan Perancis. Lonjakan juga terjadi di Selandia Baru serta di beberapa negara di Asia, seperti Korea Selatan, Jepang, Singapura, Hong Kong, dan China.
Lonjakan ini disebabkan merebaknya subvarian Omicron BA.2 yang risiko penularannya lebih tinggi dibandingkan dengan subvarian Omicron sebelumnya, yakni B.1 dan B 1.1. Bahkan, terjadi anomali di Hong Kong, yakni meski jumlah vaksinasi tinggi, jumlah yang dirawat dan jumlah kematian juga tinggi.
Setelah ditelisik, diketahui bahwa vaksinasi di Hong Kong kebanyakan diberikan kepada mereka yang bukan kaum lanjut usia (lansia), di mana untuk usia 12-19 tahun sekitar 65 persen dan 20-59 tahun 85,14 persen.
Sebaliknya, untuk kaum lanjut usia, tingkat vaksinasinya masih rendah, yakni untuk usia di atas 60 tahun tingkat vaksinasinya masih di bawah 60 persen, bahkan warga lansia dengan usia di atas 80 tahun tingkat vaksinasinya baru sekitar 28,62 persen. ”Hal inilah yang membuat tingkat kematian di Hong Kong tinggi,” kata Budi.
Berbeda dengan Indonesia dan India yang saat ini tidak terjadi lonjakan kasus walau sebenarnya subvarian B.2 sudah masuk ke dua negara tersebut. Penyebabnya karena warga kedua negara sudah mengalami imunitas ganda yang membuat mereka lebih kebal dari serangan B.2.
Imunitas ganda ini muncul karena pada Mei 2021 terjadi lonjakan kasus Covid-19 varian Delta. Hal ini membuat masyarakat Indonesia memiliki imunitas alami lantaran pernah terinfeksi. Kekebalan semakin kuat setelah pemerintah menggalakkan vaksinasi pada September 2021.
Melihat kondisi itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan protokol kesehatan asalkan tetap memprioritaskan vaksinasi. Tujuannya agar para kaum lanjut usia tetap terlindungi dari risiko penularan ketika hari raya tiba.
Bagi yang sudah menjalani vaksinasi dosis penguat, mereka akan dibebaskan mudik tanpa harus melakukan tes usap antigen dan reaksi berantai polimerase.
Tahun ini, umat Muslim di Indonesia bisa melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya Idul Fitri mendekati normal. Namun, semua dijalani dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan, utamanya memakai masker dan mencuci tangan.
Bagi yang sudah menjalani vaksinasi dosis penguat, mereka akan dibebaskan mudik tanpa harus melakukan tes usap antigen dan reaksi berantai polimerase (PCR). Namun, bagi yang baru menerima dosis kedua, mereka harus menyertakan hasil nonreaktif dari tes antigen. Bagi yang belum menjalani vaksinasi lengkap, mereka diwajibkan menyertakan hasil negatif Covid-19 dari pemeriksaan PCR.
Keputusan ini juga dibarengi dengan upaya pemerintah meningkatkan jumlah orang yang divaksinasi. Nantinya akan ditempatkan sentra vaksinasi di sejumlah jalur mudik. Bagi yang belum menerima vaksin lengkap atau dosis penguat, mereka akan divaksinasi di tempat itu. Hingga saat ini, ujar Budi, masih ada sekitar 80 juta dosis vaksin. Jumlah itu masih cukup untuk 4 bulan ke depan.
YOLA SASTRA
Seorang warga lansia mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dalam kegiatan vaksinasi warga lansia di Masjid Raya Sumatera Barat, Padang, Sumbar, Sabtu (24/4/2021). Pemprov Sumbar mengadakan vaksinasi di masjid agar mempermudah akses bagi warga lansia yang beribadah.
Bagi yang mudik dengan menggunakan transportasi umum, mereka diwajibkan mengikuti aturan tersebut. Sementara itu, bagi yang mudik menggunakan kendaraan pribadi, pemerintah akan melakukan pemeriksaan secara acak.
Kebijakan ini akan diterapkan setelah ada surat keputusan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Dengan cara ini, ujar Budi, diharapkan kaum lanjut usia dapat terlindungi dari risiko penularan. Pasalnya, merekalah yang akan menjadi sasaran kunjungan dari anak-anaknya.
”Kita rayakan Ramadhan dan Idul Fitri dengan baik. Jangan sampai kebaikan kita justru merugikan orangtua yang dikunjungi anak-anaknya,” kata Budi.
Meski begitu, protokol kesehatan, seperti memakai masker dan mencuci tangan, harus tetap dilakukan karena risiko lonjakan kasus setelah hari raya besar masih mengintai. ”Hanya saja, biasanya lonjakan terjadi jika ada varian baru,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengizinkan warganya untuk mudik dengan menggencarkan vaksinasi. ”Saya dukung rencana mudik ini. Apalagi, kita tidak bisa mencegah mereka yang ingin sekali pulang kampung,” katanya.
Herman meyakini banyak warganya yang rindu pulang kampung karena memang sudah 2 tahun terakhir ada larangan mudik yang membuat niat mereka untuk pulang kampung tertunda. Dengan kebijakan ini, Herman juga mendorong masyarakat untuk mengikuti vaksinasi, baik untuk dosis kedua maupun dosis penguat.