Meski bisa membahayakan kesehatan, jenis makanan minim gizi atau junk food justru cenderung disukai masyarakat.
Oleh
Wirdatul Aini
·4 menit baca
Makanan minim gizi yang selama ini dikenal dengan junk food tidak asing lagi di lidah masyarakat. Makanan jenis ini bisa menjadi santapan enak di berbagai kesempatan. Meski bisa membahayakan kesehatan, namun jenis makanan ini masih cenderung disukai masyarakat.
Junk food kaya akan rasa, seperti manis, asin, gurih, atau kombinasi dari ketiganya. Rasanya yang sangat memanjakan lidah, membuat masyarakat sulit untuk menolak godaannya. Berbeda halnya dengan rasa sayuran yang cenderung tawar sehingga hanya disukai oleh sebagian orang.
Jenis makanan ini dikatakan nirnutrisi dan tidak sehat dikarenakan mengandung tinggi lemak jenuh, garam, gula, dan natrium pada bumbu perisanya. Penentuan suatu makanan terkategori jenis ini harus berdasarkan penelitian. Rutin mengonsumsi junk food dapat menyebabkan overdosis kalori, lemak, dan karbohidrat.
Menurut Kementerian kesehatan, sering mengonsumsi junk food dapat menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi penting dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Risiko terkena penyakit serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, kanker, diabetes, gangguan ginjal, dan kerusakan hati akan semakin tinggi.
Meski banyak risiko di balik gurihnya berbagai jenis junk food, masyarakat tetap menggemarinya. Hal ini terlihat dari hasil Jajak Pendapat Kompas pada 7 hingga 12 Maret 2022 yang memotret seberapa besar masyarakat gemar mengonsumsi jenis makanan ini. Sepertiga responden (34,9 persen) menyatakan suka dan sangat menyukai rasa makanan kategori rendah gizi tersebut. Sebanyak 27,8 persen lainnya menyatakan sebaliknya.
Berdasarkan jajak pendapat, mayoritas masyarakat masih cenderung memilih junk food sebagai rutinitas menunya dibanding makanan bernutrisi seimbang. Empat dari sepuluh responden rutin mengonsumsi makanan minim gizi sebanyak satu hingga tiga kali dalam seminggu. Bahkan, dua responden lainnya rutin mengonsumsinya setiap hari dan 1,4 persen di antaranya mengonsumsi setiap kali jam makan.
Gaya hidup dan lingkungan dapat menjadi salah satu faktor yang membentuk kecanduan dan rutinitas pola konsumsi makanan tersebut. Kemudahan dalam memperoleh dan menyajikan makanan junk food semakin mendukung rutinitas pola konsumsi ini. Selain itu, harga makanan kategori ini sangat terjangkau di kantong masyarakat.
Alasan makanan minim gizi dijual dengan harga yang murah karena komposisi bahan pangannya berharga murah dan sangat mudah didapatkan. Tidak seperti sayur dan buah segar yang dijual dengan harga yang lebih mahal.
Sebagai contoh, gorengan dan mi instan dapat dengan mudah ditemukan di setiap sudut kota. Masyarakat bisa menikmati mi instan dan gorengan yang sudah tersaji hanya dengan merogoh kocek Rp 5.000. Praktis dan mengenyangkan.
Tidak heran jika makanan ini merupakan makanan minim gizi favorit yang biasanya dikonsumsi masyarakat. Kedua makanan tersebut cukup digemari di Tanah Air.
Jajak pendapat menunjukkan hal serupa. Sebanyak 45,7 persen responden biasa mengudap gorengan sebagai salah satu jenis junk food. Sebanyak 43,1 persen lainnya biasa mengonsumsi mi instan.
Gorengan sebagai junk food terfavorit, termasuk dalam kategori makanan minim gizi karena tingginya kandungan kalori, lemak atau minyak, dan oksida. Jika mengonsumsi gorengan secara rutin dapat memicu penyakit kanker dan serangan jantung.
Adapun mi instan minim gizi karena mengandung garam cukup tinggi, serta sedikit vitamin dan mineral.
Cepat Saji
Masyarakat sering kali memandang bahwa makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang minim gizi. Sebanyak 36,5 persen responden dalam jajak pendapat menyatakan bahwa keduanya memiliki pengertian yang sama. Hal tersebut karena kedua jenis makanan ini tergolong cepat disajikan.
Padahal, jika ditelusuri, keduanya berbeda dalam kandungan gizinya. Artinya, makanan cepat saji belum tentu tergolong minim gizi dan tidak sehat. Banyak makanan cepat saji yang memiliki kandungan nutrisi dan protein yang baik bagi tubuh. Jika dalam satu porsi makanan cepat saji mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, maka makanan tersebut tergolong makanan sehat.
Beberapa makanan cepat saji tetap menggunakan bahan-bahan segar dan bernutrisi meski proses penyajiannya dilakukan dengan cepat. Oleh karena itu, kandungan gizi makanan cepat saji biasanya lebih terjamin dan seimbang. Contoh makanan cepat saji yang kaya akan nutrisi dan vitamin yakni salad sayur dan buah.
Adapun, junk food seringkali fokus pada bahan berkalori tinggi dan sudah diproses sebelumnya sehingga memiliki gizi yang rendah.
Dampak buruk kesehatan yang mengintai dari makanan yang nirgizi membuat masyarakat harus selalu waspada. Jika mengonsumsi makanan, sebaiknya perlu mencari tahu kandungan nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut. Kecukupan gizi dari makanan akan berpengaruh pada kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, membiasakan mengonsumsi makanan sehat sangat perlu dilakukan.
Sebelum timbul keluhan karena mengonsumsi junk food, ada baiknya jika melakukan upaya untuk mengontrol atau mengurangi konsumsi makanan rendah gizi, serta menggantinya dengan makanan kaya nutrisi. Upaya tersebut dapat berupa menyediakan bahan makanan sendiri di rumah, merencanakan menu makanan sehat setiap hari, mencoba makan pada jam makan saja, serta memperhatikan cara pengolahan.
Jika upaya ini dilakukan secara konsisten, sangat besar kemungkinannya terlepas dari candu asupan makanan tidak sehat. Sadar akan pentingnya menjaga kesehatan sudah selayaknya dilakukan.
Sudahkah Anda mengelola asupan gizi demi kesehatan jangka panjang?