C-20 Mendorong 90 Persen Warga Dunia Divaksin Covid-19
Forum C-20 tidak hanya menyoroti pemerataan vaksin, tapi juga percepatan vaksinasi di seluruh dunia. C-20 mendorong agar setidaknya 90 persen warga dunia divaksinasi pada akhir 2022.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Forum Civil 20 atau C-20, kelompok masyarakat dalam forum G-20, mendorong agar negara anggota G-20 berani menargetkan 90 persen populasi dunia divaksinasi Covid-19 lengkap hingga akhir 2022. Pengendalian pandemi pun diharapkan tercapai.
Hal ini disampaikan pada konferensi pers C-20 di Badung, Bali, pada Selasa (8/3/2022). Sherpa C-20 Indonesia Ah Maftuchan optimistis target itu bisa dicapai. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan 70 persen warga dunia divaksinasi pada pertengahan 2022.
”Angka 90 persen memang ambisius, tapi ini penting sebagai pelecut negara-negara untuk segera bergegas,” kata Maftuchan saat dihubungi terpisah, Rabu (9/3/2022). ”Saya pikir mengejar target 20 persen lagi setelah target WHO masih bisa dilakukan,” tambahnya.
Indonesia dinilai mampu mendorong negara-negara G-20 untuk menggenjot vaksinasi Covid-19. Ini berkaca dari capaian vaksinasi dalam negeri yang dinilai baik. Per 9 Maret 2022, persentase vaksinasi dosis pertama di Indonesia mencapai 92,4 persen, dosis kedua 71,6 persen, dan dosis penguat 6,38 persen.
Angka 90 persen memang ambisius, tetapi ini penting sebagai pelecut negara-negara untuk segera bergegas
Pemerataan vaksin Covid-19 juga menjadi salah satu isu utama yang diangkat Indonesia dalam presidensi G-20. Indonesia mendorong agar akses vaksin diperluas, khususnya bagi negara miskin. Keterbatasan daya beli vaksin membuat capaian vaksinasi di negara berpenghasilan rendah jauh di bawah negara maju.
Pada Januari 2021, Uni Eropa membeli 1,6 miliar dosis vaksin Covid-19 atau setara 3,5 dosis vaksin untuk setiap orang. Inggris membeli 367 juta dosis vaksin yang setara 5,5 dosis per orang. Kanada membeli 362 juta dosis vaksin atau setara 9,6 dosis per orang. Sementara itu, Afrika tercatat membeli 270 juta vaksin yang setara hanya 0,2 dosis vaksin per orang.
”Ada ketimpangan yang sangat nyata. Akses vaksin di Afrika kurang dari 10 persen, sedangkan negara-negara G-20 memiliki akses yang cukup baik,” kata Koordinator Kelompok Kerja Akses Vaksin dan Kesehatan Global C-20 Agung Prakoso.
Ia menambahkan, sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, G-20 diharapkan memberi dukungan pendanaan di sektor kesehatan. Pemerataan vaksin ke semua negara bisa mencegah pandemi berkepanjangan. Pemerataan vaksin juga akan mendorong pemulihan ekonomi di dunia terjadi serempak.
Agung mengatakan, kelompok kerjanya akan mengangkat empat isu selama forum C-20 berlangsung beberapa bulan ke depan. Pertama, isu membangun arsitektur kesehatan global yang inklusif. Kedua, peningkatan akses vaksin. Ketiga, pembiayaan kesehatan global. Keempat, pelibatan kelompok masyarakat sipil.
Selain Kelompok Kerja Akses Vaksin dan Kesehatan Global C-20, masih ada enam kelompok kerja lain yang membidangi berbagai isu, antara lain pajak dan pembiayaan berkelanjutan, antikorupsi, serta kesetaraan jender. Ada pula kelompok kerja di bidang lingkungan, edukasi, serta kemanusiaan. Hasil pembahasan setoap kelompok akan direkomendasikan ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 pada Oktober 2022.
Total ada 33 isu utama yang diangkat C-20. Isu-isu tersebut dibagi dan dibahas oleh tujuh kelompok kerja C-20.
Menurut Ketua C-20 Indonesia Sugeng Bahagijo, Indonesia memiliki keistimewaan mengangkat isu-isu negara berkembang di forum G-20. C-20 juga mendorong reformasi pajak minimum untuk korporasi sebesar 25 persen. Sebelumnya, KTT G-20 di Italia pada 2021 sepakat memberlakukan pajak 15 persen bagi perusahaan global. Kebijakan ini akan berlaku mulai 2023.
Namun, menurut Maftuchan, pajak korporasi di sejumlah negara sudah relatif tinggi, lebih tinggi dari 15 persen. Penerapan pajak 15 persen dinilai bisa mengancam potensi penerimaan negara-negara berkembang. Ini menghambat pendanaan mereka untuk melakukan pembangunan.