Lonjakan Kasus Belum Reda, Warga Diminta Tak Ragu Tes Covid-19
Tes dan pelacakan kontak menjadi faktor penting mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas. Di tengah gelombang penularan varian Omicron saat ini, warga diminta tidak ragu mengikuti tes dan disiplin menjalankan prokes.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penambahan kasus harian Covid-19 di Tanah Air dalam sepekan terakhir masih fluktuatif. Namun, lonjakan kasus di tengah gelombang penularan varian Omicron belum sepenuhnya mereda. Warga yang kontak erat dengan orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 diimbau tak ragu mengikuti tes Covid-19 untuk mencegah penyebaran virus lebih luas.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, ada penambahan 59.635 kasus pada Jumat (18/2/2022). Mayoritas kasus berasal dari Provinsi Jawa Barat dengan 13.780 kasus, DKI Jakarta 8.189 kasus, Jawa Timur 8.037 kasus, Jawa Tengah 5.905 kasus, dan Banten 5.343 kasus.
Penambahan kasus harian itu menurun dibandingkan Kamis (17/2/2022) dengan 63.956 kasus. Namun, jumlahnya masih lebih tinggi dari sepekan lalu sebanyak 40.489 kasus.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah terus memantau data-data dan mengevaluasi kinerja di lapangan dalam mengendalikan pandemi. Beberapa upaya pengendalian yang dilakukan adalah memperkuat tes, telusur atau pelacakan kontak, dan terapi(3T).
”Aktivitas testing dan tracing kontak erat ini sangat penting dalam mencegah penyebaran. Kami meminta masyarakat tidak takut melakukan testing, apalagi yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien Covid-19,” ujarnya.
Warga juga diharapkan tidak khawatir untuk melakukan karantina dan isolasi mandiri. Sebab, Kemenkes menyediakan layanan telemedisin dan konsultasi dengan tenaga kesehatan di puskesmas untuk memantau kesehatan masyarakat.
Upaya lainnya ialah mengendalikan keterisian tempat tidur rumah sakit (bed occupancy ratio/BOR) secara nasional tidak melebihi 60 persen. Rumah sakit diprioritaskan bagi pasien bergejala sedang hingga kritis.
Dengan demikian, pasien tanpa gejala dan bergejala ringan diminta untuk isolasi mandiri di rumah dan tempat isolasi terpusat (terpusat). Hal ini bertujuan mengurangi beban pelayanan kesehatan dan nakes yang bertugas di rumah sakit.
”Kebutuhan nakes untuk menghadapi kondisi terburuk juga dipersiapkan. Kekurangan nakes masih dapat diatasi melalui pengaturan SDM (sumber daya manusia) sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan,” katanya.
Rumah sakit dapat mengatur jadwal sif nakes yang bertugas merawat pasien Covid-19. Selain itu, dimungkinkan juga memobilisasi nakes dari unit lain. Nakes yang menjalani isoman bisa diperbantukan melayani konsultasi telemedik.
Selain layanan konsultasi, Kemenkes juga menyediakan paket obat dan multivitamin bagi pasien isoman dan isoter secara gratis agar segera pulih. ”Kami mengimbau agar masyarakat berkolaborasi dalam upaya pencegahan, seperti kooperatif untuk melakukan testing dan tracing, serta memperkuat protokol kesehatan untuk menjaga diri dari tertular Covid-19. Lengkapi vaksinasi dan lakukan vaksinasi booster apabila sudah saatnya menerima booster,” ucapnya.
Berdasarkan data Kemenkes, sasaran vaksinasi di Tanah Air sebanyak 208,26 juta jiwa. Hingga Jumat pukul 18.00, cakupannya mencapai 90,95 persen untuk dosis satu dan 67,04 persen untuk dosis kedua.
Pentingnya percepatan vaksinasi juga ditekankan Presiden Joko Widodo saat meninjau vaksinasi serentak Covid-19 di seluruh Indonesia secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/2/2022). ”Ini penting sekali karena memang kasus sedang naik sehingga diperlukan percepatan vaksinasi, terutama kelompok lansia dan anak,” katanya.
Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad, mengatakan, tes sangat penting untuk melacak penyebaran Covid-19. Selain peran aktif petugas di lapangan, langkah ini juga perlu didukung kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri jika kontak erat dengan orang terpapar Covid-19.
”Tanpa tes, mereka tidak akan tahu apakah mereka punya potensi untuk menularkan (Covid-19) ke lingkungan keluarga. Jadi, ini harus menjadi perhatian bersama,” ujarnya.