Dalam Dua Hari, Dua Rekor Penambahan Kasus Pecah di Surabaya
Situasi Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, semakin memprihatinkan di mana rekor penambahan kasus harian hanya bertahan sehari sehingga memperlihatkan penularan varian Omicron yang amat luar biasa.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Dalam dua hari terakhir, dua rekor penambahan kasus harian Covid-19 pecah di Kota Surabaya, Jawa Timur. Penerapan protokol kesehatan dan sanksi bagi pelanggar aplikasi Peduli Lindungi mesti terus dilakukan.
Melalui laman resmi lawancovid-19.surabaya.go.id dan infocovid19.jatimprov.go.id, penambahan 2.195 kasus tercatat pada Rabu (16/2/2022). Angka itu melampaui rekor sebelumnya, 2.086 kasus dalam sehari pada 15 Juli 2021.
Akan tetapi, jumlah itu langsung tumbang oleh penambahan harian 2.430 kasus yang tercatat pada Kamis (17/2/2022). Diduga, penularannya dipicu varian Omicron. Di Surabaya, kenaikan kasus mulai terasa pada pertengahan Januari lalu. Kenaikan signifikan terjadi dalam kurun waktu sebulan.
Potensi penambahan kasus masih terus terjadi. Sesuai prediksi ahli kesehatan, gelombang ketiga akibat Omicron berlangsung Februari-Maret 2021.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, sejauh ini terjadi perbedaan angka kematian dalam kasus tahun ini dibandingkan dengan setahun lalu. Apabila sebelumnya angka kematian di Surabaya mencapai 100 jiwa per hari, kini belum menembus 10 jiwa per hari. Vaksinasi yang sudah diterima masyarakat diduga kuat ikut memengaruhi hal itu.
”Akan tetapi, masih adanya kematian harus menjadi perhatian serius karena Omicron juga berdampak fatal, terutama bagi kelompok rentan dan belum vaksin,” ujar Windhu.
Windhu melanjutkan, strategi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat sejauh ini belum diperlukan meski ledakan kasus saat ini terjadi. Tingkat kesembuhan 91 persen, sedangkan tingkat kematian 2,9 persen.
”Pemerintah sudah tepat menerapkan instrumen pengawasan tingkat risiko suatu daerah mengacu WHO atau disebut asesmen situasi. Dengan delapan indikator dan bersifat harian level 1-4 dapat dipakai sebagai acuan penerapan kebijakan pemerintah. Jika level membesar, tentu harus dibarengi pengetatan,” katanya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kembali meminta seluruh warga ibu kota Jatim ini untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Saat ini, Surabaya berada PPKM level 3.
Dengan status itu, Surabaya masih memberlakukan penutupan operasionalisasi sebagian tempat usaha, terutama hiburan dan wisata. Sejumlah tempat ibadah membatasi kehadiran umat di tempat ibadah. Sedangkan kegiatan belajar mengajar kembali dilakukan daring.