Penambahan Kasus Harian Lampaui 1.000 Kasus, Pengetesan Jadi Pekerjaan Rumah
Penambahan kasus baru harian lampaui 1.000 kasus. Disisi lain, pengetesan dan penelusuran kontak erat pasien positif menjadi pekerjaan rumah yang tidak ringan. Pembatasan kegiatan masyarakat level 3 diterapkan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Sidoarjo, Jawa Timur, memburuk yang ditandai, antara lain, dengan penambahan kasus baru harian melampaui 1.000 kasus. Di sisi lain, pengetesan dan penelusuran kontak erat pasien positif menjadi tantangan di tengah lonjakan kasus. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 3 diterapkan untuk mencegah situasi lebih buruk lagi.
Data Dinas Kesehatan Sidoarjo menyebutkan penambahan kasus pada Selasa (15/2/2022) menembus 1.030 kasus. Penambahan ini naik dua kali lipat dibandingkan sehari sebelumnya, Senin (14/2/2022), sebanyak 512 kasus. Adapun rata-rata penambahan kasus baru pada pekan lalu masih di kisaran 200-300 kasus setiap hari.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan penambahan kasus positif dalam jumlah signifikan menandakan sebaran virus SARS-CoV-2 yang semakin meluas di tengah masyarakat. Hal ini mengindikasikan penularan yang tinggi dan dalam waktu yang cepat.
”Dengan adanya penambahan 1.030 kasus dalam sehari, jumlah kasus aktif saat ini mencapai 2.872 kasus. Jumlah kasus aktif ini menempatkan Sidoarjo pada urutan tertinggi kedua di Provinsi Jatim, setelah Surabaya,” ujar Syaf, Rabu (16/2/2022).
Mengacu pada data Dinkes Sidoarjo, persentase kasus positif pekan ini lebih dari 16 persen. Angka itu jauh melampaui standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen. Persentase kasus positif ini meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan pekan lalu yang berada di angka 6,4 persen.
Syaf mengatakan, strategi pengendalian Covid-19 yang diterapkan di Sidoarjo ialah memperkuat 3T, yakni testing, tracing, dan treatment. Permasalahannya, dengan penambahan kasus positif mencapai 1.000 kasus dalam sehari, proses pengetesan dan penelusuran kontak erat bukan pekerjaan mudah.
Dengan ketentuan setiap kasus konfirmasi positif harus dilakukan penelusuran kontak erat sebanyak 15 orang, maka tim surveilans Dinkes Sidoarjo harus mendatangi 15.000 orang dalam sehari. Pekerjaan penelusuran kontak ini menjadi semakin berat dengan adanya penolakan dari masyarakat karena khawatir hasil uji usapnya positif.
”Dalam kondisi seperti ini, tim surveilans dari puskesmas di seluruh wilayah Sidoarjo tidak bisa bekerja sendiri. Mereka memerlukan bantuan kepolisian dan TNI untuk mendekati para kontak erat dan melakukan pengetesan Covid-19,” kata Syaf.
Terbatas
Selain mengalami keterbatasan tenaga surveilans, Dinkes Sidoarjo mengaku terkendala pada ketersediaan alat uji usap antigen yang jumlahnya terbatas. Saat ini, alat uji usap antigen yang tersisa tinggal 11.000 set. Padahal, kebutuhan pengetesan pada Rabu saja mencapai 15.000 set.
Menurut Syaf, pihaknya sudah mengajukan surat permohonan ke Kementerian Kesehatan agar mendapatkan bantuan alat uji usap antigen. Harapannya, hal itu bisa segera terealisasi sehingga pelaksanaan surveilans Covid-19 di wilayahnya berjalan optimal.
Surveilans merupakan upaya memetakan sebaran Covid-19 di suatu daerah. Dengan mengetahui peta sebaran tersebut sejak dini, pemda bisa melakukan intervensi secara cepat dan tepat untuk mencegah penularan semakin meluas. Selain itu, dengan ditemukan sejak awal, penderita Covid-19 bisa segera ditangani sehingga kondisinya tidak semakin parah yang berakibat pada kematian.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, daerahnya saat ini berada di zona oranye peta epidemiologi. Hal itu mengindikasikan risiko penularan Covid-19 masuk dalam kategori sedang.
Total ada 11 kabupaten dan kota di Jatim yang masuk zona oranye, yakni Banyuwangi, Kota Madiun, Batu, Gresik, Surabaya, Kota Kediri, Bangkalan, Malang, Sidoarjo, Kota Malang, dan Kota Pasuruan.
Dalam kondisi seperti ini, tim surveilans dari puskesmas di seluruh wilayah Sidoarjo tidak bisa bekerja sendiri. Mereka memerlukan bantuan kepolisian dan TNI untuk mendekati para kontak erat dan melakukan pengetesan Covid-19.
”Karena kasus konfirmasi positifnya melonjak signifikan, Sidoarjo saat ini masuk ketegori level 3 dalam kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sesuai ketentuan, ada pembatasan terhadap kegiatan masyarakat, seperti pembelajaran tatap muka, perkantoran, dan aktivitas ekonomi,” ucap Muhdlor.
Pembelajaran
Pembelajaran tatap muka dilakukan secara terbatas dan atau jarak jauh berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi; Menteri Agama; Menteri Kesehatan; dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Orangtua siswa yang menghendaki pembelajaran jarak jauh harus difasilitasi oleh sekolah.
Satgas Covid-19 Sidoarjo juga rutin melakukan surveilans di lingkungan pendidikan untuk menekan kasus positif pada anak-anak. Berdasarkan hasil surveilans pada awal Februari lalu, sebanyak 121 pelajar dan 21 guru terpapar Covid-19. Mereka berasal dari 40 sekolah yang diperiksa secara acak.
Strategi lain menekan laju sebaran Covid-19 di Sidoarjo ditempuh dengan memperluas cakupan vaksinasi primer dan dosis penguat. Capaian vaksinasi primer secara umum, untuk dosis pertama telah mencapai 91 persen dan dosis kedua sebanyak 76 persen. Untuk kategori lansia, capaian vaksinasi dosis pertama sebanyak 72 persen dan dosis keduanya sebanyak 57 persen.
Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas penanganan pasien konfirmasi positif, Sidoarjo menyiapkan 11 rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 dengan total kapasitas tempat tidur 2.454 unit.
Dari jumlah tersebut, yang disiapkan untuk tempat isolasi pasien Covid-19 sebanyak 384 unit dan saat ini terpakai 266 unit atau 69 persen.
Adapun untuk ruang perawatan intensif disiapkan sebanyak 93 tempat tidur dan saat ini telah digunakan sebanyak 27 tempat tidur atau 29 persen. Selain itu, Dinkes Sidoarjo menyediakan tempat isolasi terpadu atau terpusat untuk pasien bergejala ringan dan tanpa gejala. Lokasinya di Mal Pelayanan Publik Sidoarjo, Puskesmas Sedati, dan Puskesmas Porong.