Konsumsi Buah Plum Lindungi Tulang Keropos Warga Lansia
Hasil kajian terbaru menunjukkan bahwa buah plum dapat membantu mencegah tulang keropos pada wanita pascamenopause. Plum mampu mengurangi peradangan dan stres oksidatif yang berkontribusi pada pengeroposan tulang.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Warga lanjut usia (lansia) mengikuti senam osteoporosis di area parkir Stadion Gajayana, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (29/5/2009). International Osteoporosis Foundation (IOF) mencatat, setidaknya satu dari tiga wanita dan satu dari lima laki-laki usia di atas 50 tahun di seluruh dunia terkena osteoporosis.
Hasil kajian terbaru para peneliti dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat, menemukan bahwa buah plum dapat membantu mencegah tulang keropos pada wanita pascamenopause. Hal ini diperkirakan karena buah plum mampu mengurangi peradangan dan stres oksidatif yang berkontribusi pada pengeroposan tulang.
Sejumlah kajian dari para peneliti telah menunjukkan bahwa buah plum yang kaya akan oksidan sangat baik untuk usus manusia. Sekarang, hasil kajian dari Penn State University (PSU) yang telah terbit di jurnal Advances in Nutrition, Januari 2022, menunjukkan bahwa buah yang banyak dibudidayakan di Amerika dan Eropa ini juga baik untuk kesehatan tulang, khususnya bagi wanita pascamenopause.
Profesor Ilmu Gizi dan Fisiologi PSU Connie Rogersdikutip dari situs resmi PSU, Senin (14/2/2022), mengemukakan, kadar estrogen yang lebih rendah pada wanita pascamenopausedapat memicu peningkatan stres oksidatif dan peradangan. Kondisi ini juga akan meningkatkan risiko melemahnya tulang hingga menyebabkan patah tulang.
Risiko ostoeporosis akan besar pada mereka (pria) yang memiliki kadar lemak tubuh yang tinggi.
Dalam kajian tentang buah plum ini, para peneliti menganalisis data dari 16 studi praklinis pada model hewan pengerat, 10 studi praklinis, dan 2 uji klinis. Saat menganalisis seluruh studi tersebut, para peneliti menemukan bukti bahwa mengonsumsi plum membantu mengurangi peradangan dan stres oksidatif serta meningkatkan kesehatan tulang.
Peneliti mencontohkan, uji klinis menemukan bahwa mengonsumsi 100 gram plum atau sekitar 10 buah setiap hari selama satu tahun dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang-tulang di lengan bawah. Kepadatan juga akan terbentuk pada tulang belakang bagian bawah dan mengurangi tanda-tanda pergantian tulang.
Kompas/Fransisca Romana Ninik
Pendamping hidangan utama berupa sayuran, acar buah plum (ume), udang kering, dan ikan manis.
Selain itu, mengonsumsi 50 atau 100 gram plum sehari selama enam bulan dapat mencegah hilangnya kepadatan mineral tulang total dan penurunan TRAP-5b atau penanda resorpsi tulang. Sebaliknya, wanita yang tidak mengonsumsi plum berpotensi akan mengalami kehilangan kepadatan mineral tulang total.
”Secara keseluruhan, bukti dari in vitro, studi praklinis, dan studi klinis terbatas menunjukkan buah plum dapat membantu mengurangi keropos tulang. Hal ini mungkin terjadi karena pergantian tulang yang berubah dan dengan menghambat peradangan dan menekan penanda stres oksidatif,” kata Rogers.
Menurut para peneliti, salah satu mekanisme potensial untuk efeknya adalah plum yang memicu perubahan mikrobioma usus yang kemudian menurunkan peradangan di usus besar. Kondisi ini kemudian dapat menurunkan kadar sitokin pro-inflamasi dan penanda kerusakan oksidatif. Buah plum memiliki banyak manfaat nutrisi, seperti mineral, vitamin K, senyawa fenolik, dan serat makanan untuk melawan beberapa efek ini.
Ke depan, para peneliti berencana untuk melaporkan lebih lanjut tentang efek konsumsi plum selama 12 bulan. Mereka akan melihat efek ini pada tulang, jalur inflamasi, dan mikrobiota usus dalam uji coba terkontrol secara acak.
Risiko osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu kondisi ketika tulang menjadi lemah atau rapuh yang dapat terjadi pada semua orang dengan segala usia.Namun,peneliti melihat bahwa osteoporosis paling sering terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun. Kondisi tersebut memengaruhi lebih dari 200 juta wanita di seluruh dunia dan menyebabkan sembilan juta patah tulang setiap tahun.
Selama ini beragam obat-obatan sudah dikembangkan untuk menyembuhkan osteoporosis. Akan tetapi, pengobatan osteoporosis dengan menambahkan nutrisi kepada seseorang tengah gencar dikembangkan oleh berbagai pihak.
”Buah dan sayuran yang kaya akan senyawa bioaktif, seperti asam fenolat, flavonoid, dan karotenoid, berpotensi membantu melindungi dari osteoporosis. Plum juga mendapat perhatian dalam kajian sebelumnya untuk mencegah osteoporosis,” kata Mary Jane De Souza, Profesor Kinesiologi dan Fisiologi PSU.
Hasil kajian para peneliti, saat orang tumbuh dewasa, kepadatan tulang akan terus dipertahankan sekaligus membangun sel-sel tulang baru. Namun, setelah menginjak usia 40 tahun, penghancuran sel-sel tua ini mulai melampaui pembentukan sel-sel baru. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk peradangan dan stres oksidatif, yaitu ketika radikal bebas dan antioksidan tidak seimbang dalam tubuh.
Sementara untuk pria, hasil kajian terbaru dari Endocrin Society yang terbit di Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 10 Februari 2022, menemukan bahwa risiko ostoeporosis akan besar pada mereka yang memiliki kadar lemak tubuh yang tinggi.
Selama ini, tenaga kesehatan cenderung tidak melakukan penapisan osteoporosis kepada pasien, khususnya pria obesitas atau memiliki berat badan tinggi. Sebab, mereka menganggap orang gemuk cenderung memiliki kepadatan tulang yang tinggi dan berisiko rendah mengalami patah tulangataupun osteoporosis.
”Kami menemukan bahwa massa lemak yang lebih tinggi terkait dengan kepadatan tulang yang lebih rendah dan tren ini lebih kuat pada pria daripada wanita. Penelitian kami menunjukkan bahwa efekberat badan tergantung pada susunan massa tanpa lemak dan lemak seseorang. Berat badan yang tinggi saja bukanlah jaminan terhadap osteoporosis,” kata Rajesh K Jain dari University of Chicago Medicine.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pria bertubuh gemuk memiliki risiko osteoporosis.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis data kepadatan mineral tulang dan komposisi tubuh dari 10.814 orang berusia di bawah 60 tahun dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) sepanjang 2011-2018.
Mereka menemukan hubungan positif yang kuat antara massa tanpa lemak dan kepadatan mineral tulang pada pria dan wanita. Sebaliknya, massa lemak memiliki hubungan yang cukup negatif dengan kepadatan mineral tulang, terutama pada pria.
”Penyedia layanan kesehatan harus mempertimbangkan penapisan osteoporosis untuk pasien dengan berat badan tinggi.Terutama jika mereka memiliki faktor risiko lain, seperti usia yang lebih tua, patah tulang sebelumnya, riwayat keluarga, atau penggunaan steroid,” kata Jain.