Gelombang pandemi Covid-19 akibat varian Omicron diprediksi masih berlangsung. Penguatan 3T menjadi penting demi mengantisipasi puncak gelombang pandemi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Gelombang pandemi Covid-19, terutama akibat varian Omicron, diprediksi masih berlangsung. Penguatan penelusuran (tracing) dan pemeriksaan (testing) serta penguatan fasilitas perawatan menjadi penting demi mengantisipasi terjadinya puncak gelombang pandemi Covid-19.
Ahli virologi dari Universitas Udayana, Bali, I Gusti Ngurah Kade Mahardika, mengatakan, penyebaran virus SARS-CoV-2 varian Omicron memengaruhi terjadinya lonjakan kasus Covid-19.
Belajar dari pengalaman negara-negara lain yang terlebih dahulu mengalami lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron, menurut Mahardika, lonjakan kasus di Indonesia dapat melebihi puncak gelombang pandemi Covid-19 varian Delta pada Juli 2021.
”Diprediksi kenaikannya dapat mencapai dua sampai tiga kali dari puncak kasus Covid-19 varian Delta pada Juli sampai Agustus 2021,” kata Mahardika saat diminta menanggapi perkembangan kasus Covid-19 di Bali, termasuk di Indonesia, Kamis (10/2/2022).
Dikatakan, penyebaran penyakit Covid-19 ibarat fenomena gunung es sehingga langkah pemeriksaan dini dan penelusuran kontak menjadi penting ditingkatkan sehingga kasus Covid-19 dapat ditangani sedari awal.
Ketika masa puncak pandemi Covid-19 varian Delta pada Juli-Agustus 2021, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia pada 13 Agustus 2021 mencapai 30.788 kasus dalam sehari. Adapun di Bali, berdasarkan laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan kasus harian Covid-19 pada 13 Agustus 2021 sebanyak 1.910 kasus dalam sehari.
Diprediksi kenaikannya dapat mencapai dua sampai tiga kali dari puncak kasus Covid-19 varian Delta pada Juli sampai Agustus 2021.
Pada Rabu (9/2/2022), penambahan kasus baru Covid-19 secara nasional sebanyak 46.843 kasus dalam sehari. Penambahan kasus Covid-19 di Bali pada Rabu sebanyak 2.556 kasus. Penambahan jumlah kasus harian sebanyak 2.556 kasus itu menjadikan Bali berada di posisi keempat di Indonesia dalam sebaran kasus Covid-19 di Indonesia.
Melalui pesan tertulis, Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, yang juga Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin menyebutkan, laporan perkembangan pandemi Covid-19 menunjukkan penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di provinsi ini pada Kamis (10/2/2022) sebanyak 2.184 kasus. Terdapat 609 pasien yang sembuh pada Kamis dan sebanyak 13 kasus meninggal.
Penguatan 3T
Sementara itu, dalam Surat Gubernur Bali tentang Instruksi Penanganan Peningkatan Kasus Covid-19 di Bali tanggal 3 Februari 2022, Gubernur Bali Wayan Koster menginstruksikan enam hal kepada wali kota dan bupati di Bali, di antaranya menggencarkan pelaksanaan pemeriksaan, penelusuran, dan perawatan (
testing, tracing, treatment
/3T) bersinergi dengan para kepala polres dan komandan kodim.
Hal berikutnya, menyiapkan fasilitas isolasi terpusat sesuai kebutuhan, membatasi aktivitas masyarakat yang menimbulkan kerumunan, dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Pemerintah menyiapkan 28 tempat isolasi terpusat dengan kapasitas mencapai 1.673 tempat tidur di seluruh kabupaten dan kota di Bali. Hingga Rabu (9/2/2022), tempat tidur yang sudah terisi sebanyak 803 unit, atau sebesar 48 persen, sehingga tersisa 870 tempat tidur.
Ketika menggelarmberikan jumpa pers di Gedung Jayasabha, Kota Denpasar, Selasa, Gubernur Koster menyatakan sudah mengarahkan wali kota dan bupati seluruh Bali agar meningkatkan penanganan pandemi Covid-19.
Koster menyebutkan, dari kecenderungan penyebaran dan penularan serta gejala-gejalanya, peningkatan kasus Covid-19 di Bali mulai akhir Januari 2022 diperkirakan dipengaruhi penularan virus Covid-19 varian Omicron.
Sebelumnya, ketika dihubungi secara terpisah, epidemiolog dari Universitas Udayana, Pande Putu Januraga, menilai lonjakan pandemi Covid-19 yang terjadi belakangan ini disumbangkan penularan varian Omicron.
Januraga, yang juga Ketua Unit Center for Public Health Innovation (CPHI) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, mengingatkan, protokol kesehatan pencegahan Covid-19 menjadi penting dijalankan karena vaksinasi Covid-19 tidak mencegah atau melindungi dari infeksi.
Mahardika menambahkan, upaya mempercepat memutus mata rantai pandemi Covid-19 juga memerlukan peran serta dan kesukarelaan masyarakat. Selain dengan berdisiplin menerapkan protokol kesehatan, warga juga diharapkan bersedia memeriksakan diri apabila pernah kontak dengan kasus terkonfirmasi Covid-19 atau merasakan dirinya mengalami gejala tertentu yang mengindikasikan infeksi Covid-19.